Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jurus Baru Turki Jelang Masa Akhir Krisis Suriah

12 Februari 2016   04:41 Diperbarui: 12 Februari 2016   23:46 502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi pengeboman pengungsi oleh Rusia dan ambisi Turki di Buffer Zone. Dok.abanggeutanyo"][/caption]

Perkembangan signifikan yang diraih rezim Suriah dukungan Rusia di perbatasan Turki-Suriah telah membuat gelombang pengungsian skala besar melanda ke arah perbatasan Turki. Menurut aneka informasi, gelombang pengungsi dari Aleppo dan sekitarnya kini tertahan di pintu perbatasan Gaziantep Turki mencapai 75 ribuan pengungsi.

Propaganda gelombang pengungsi mulai terlihat pada saat pasukan rezim Suriah merebut kota Azas sekitat 25 km dari perbatasan Turki sekaligus menutup jalur suplai logisitik untuk IS dari Turki. Tentara Suriah mengurung Aleppo dari sisi selatan dan utara  atau dari dua arah hingga diperkirakan Aleppo, kota paling strategis yang telah dikuasai IS selama 3 tahun terakhir akan dikuasi kembali rezim Suriah.

Jika Aleppo benar-benar jatuh ke tangan pasukan rezim Suriah tidak saja mnjadi titik balik perlawanan di Suriah dan memukul moral pemberontak -khususnya IS yang telah bercokol di sana selama 3 tahun- tapi juga tamparan keras terhadap wajah Turki yang selama ini telah memberikan aneka bantuan dan perhatian terhadap kota-kota penting di perbatasannya  dalam hal finansial, bantuan kemanusiaan, persenjataan maupun dukungan politik.

Munculnya gelombang pengungsi mendadak -sebelum Aleppo benar-benar jatuh- ke Turki dan tertahan di pintu perbatasan Turki menjadi tanda tanya besar, apalagi peristiwanya terjadi sejak seminggu lalu dan dikemas dalam pemberintaan yang menyudutkan Rusia dan Suriah.

Beberapa portal berita online  mengutip sejumlah pernyataan pejabat Turki menyebutkan serangan Suriah ke Aleppo telah menyebabkan pembersihan etnis. Informasi lain megutip pernyataan pejabat Turki serangan ke Aleppo menyebabkan Turki tak mampu menerima pengungsi hingga dikhawatirkan terjadinya bencana kemanusiaan.

Petugas kemanusiaan dan sejumlah dokter yang bertugas di perbatasan Suriah dan Turki menyatakan serangan Rusia terhadap IS menyebakan korban jiwa sipil.

Mahmoud Mustafa, direktur asosiasi dokter independen yang bertugas di Gaziantep Turki menyatakan mengatakan terjadi peningkatan jumlah korban luka bakar dan harus diamputasi akibat trauma penggunaan senjata berat dan pengeboman Rusia diperbatasn Turki.

Sementara itu French charity Medecins Sans Frontiers (MSF) milik Perancis yang menyiapkan 6 rumah sakit di Suriah dan memfasilitasi 153 klinik diseluruh Suriah mengatakan petugas mereka terpaksa menyelamatkan diri akibat serangan berbahaya Rusia yang tidak membedakan sasaran sipil.

Issue kemanusiaan telah menggema melalui aneka portal berita dunia melukiskan penderitaan warga dibagian utara Suriah yang kini dikepung rezim Assad. Kondisinya semakin dramatis ketika Turki lmenutu pintu perbatasan yang meyebabkan 75 ribuan pengungsi kini tertahan di sekitar zona penyangga.

Bukannya mempertimbangkan issue kemanusiaan yang diekspos media international di atas AS malah membuat Turki berang akibat menolak permintaan PM Turki agar AS menghentikan kerjasamanya dengan YPG. Sebagaimana diketahui AS juga memberi bantuan persenjataan kepada YPG seperti dilakukan Rusia. Akibatnya dubes AS di Turki dipanggil oleh Menlu Turki menanyakan sikap AS tesebut.

Marahnya Turki menjadi-jadi tatkala pejabat AS menyebutkan pejuang Kurdi Suriah (milisi YPG) tidak termasuk organiasi teroris dan AS memilih bekerjasama dengan YPG (seperti Rusia) dalam kampanye melawan IS. Hal ini disampaikan oleh juru bicara US Department of States Mark Toner yang dikutip dari kantor berita Kuwait KUNA 11/2/2016.

Beberapa jam lalu saat tulisan ini dibuat, dalam upaya menekan dunia dan eropa atau perduli terhadap Turki, Recep Tayyip Erdogan dalam pertemuan pejabat tinggi di Brussels (Kamis, 11/2/2015) mengancam akan melepas semua pengungsi menjadi migran gelap ke Eropa.

"I am proud of what I said. We have defended the rights of Turkey and the refugees. And we told them (the Europeans): 'sorry, we will open the doors and say 'goodbye' to the migrants." katanya sengit.

Sementara itu NATO mengangnggap TIDAK PERLU menerapkan zona larangan terbang di atas wilayah zona penyangga yang dibuat Turki pada Oktober 2015 lalu. Sekjen NATO,Jeck Stoltenberg di Bursessel (11/2/2016) menyatakan tidak perlu menerapkan zona larangan terbang di sekitar batas wilayah Turki-Suriah.

"We are addressing the challenges we see to the south and also along the Turkish-Syrian border, but when it comes to the activities of the [anti-Daesh] coalition as such, I think it is important to leave that for the coalition to answer. We support the efforts of the coalition and we do it in different ways," katanya.Sumber:sputniknews.com

PM Turki, Ahmet Davutoglu berang pada PBB dan menuduh lembaga dunia tersebut bermuka dua terhadap Turki. Satu sisi meminta negaranya membuka kran mengurus pengungsi Suriah dan sekitarnya sementara di sisi lain tidak mampu menekan Rusia mengehentikan pengeboman terhadap warga Suriah, keluhnya seperti dilansir oleh thenational.scot 11/2/2016.

Pada saat yang sama, Presiden Turki mengatakan akan membuka kran pengunsi Suriah menuju ke Yunani untuk mewujudkan mimpi ke seluruh Eropa. Entah hal ini berkaitan dengan marahnya Turki atau memang demi kemanusiaan, yang jelas Erdogan menyampaikan hal tersebut ditengah-tengah sorotan dunia dan tekanan agar membuka pintu perbatasannya untuk pengungsi Suriah.

 "In the past we have stopped people at the gates to Europe, in Edirne we stopped their buses. This happens once or twice, and then we'll open the gates and wish them a safe journey, that's what I said," kata Erdogan. Rabu 11/2/2016, tulis todayszaman.

Ditengah pencapaian signifikan yang diraih oleh pasukan rezim pemerintah Suriah dukungan Rusia di medan pertempuran serta proposal Rusia menerapkan gencatan senjata mulai 1 Maret 2016 proses perdamaian Suriah di Swiss ditunda hingga 25 Februari 2016. Meski AS kurang yakin dengan rencana Rusia tersebut namun rencana itu perlu dibicarakan untuk mengakhiri perang 5 tahun di Suriah, kata Menlu John Kerry.

Tidak ada perkembangan signifikan dalam proses pembicaraan damai di meja perundingan juga disebabkan serangan udara gencar Rusia terhadap pemberontak dalam upaya mengakhiri perang -setidaknya gencatan senjata- yang diharapkan dapat terlaksana pada 1 Maret 2016. Reuters menyebutkan rencana Rusia ini sedang dibahas pada pertemuan Munich yang dihadiri oleh Menlu AS, Rusia, Arab Saudi dan UE dan utusan PBB.

Jika recana Rusia tersebut berhasil dibuktikan diprediksi akan menghentikan tambahan jatuhnya korban jiwa yang telah merenggut 470 ribu nyawa orang di Suriah dalam perang saudara terburuk sepanjang sejarah abad modern ini. 

Sayangnya yang terlihat sekarang adalah tuduhan Rusia terhadap Turki sedang malakukan persiapan intervensi ke Suriah ketika Aleppo sedang berupaya keras menahan laju pasukan Suriah yang diperkirakan akan segera menguasai total Aleppo dalam beberapa hari lagi jika tidak segera mendapat bantuan pasukan Turki.

Sementara itu, Arab Saudi mengumumkan siap mengirimkan ribuan pasukan daratnya ke Suriah. Solusi tersebut adalah harga mati dan jawaban final terhadap krisi Suriah dalam memerangi IS. Untuk itu Arab Saudi akan berkoordinasi dengan Turki dan pejuang Suriah di utara tenang mekanismenya dalam dua bulan ini. Yang jelas 35 kelompok milisi Sunni dari berbagai negara akan terlibat didalamnya, sebut pejabat militer KSA, Birgjen Ahmed Al-Assiry pada Al-Arabiya kemarin.

Fakta tentang Turki dan pengungsi Suriah sejak awal krisis (2011) hingga saat ini adalah :

  • Menurut data data ini arus pengungsi tertahan di perbatasan Turki saat ini akan melebihi 75 ribuan orang.
  • Selain itu 2,5 juta pengungsi Suriah telah dilayani di dalam wilayah Turki sejak 2011 lalu.
  • Sekitar 300 ribuan pengungsi lainnya dari Aleppo diperkirakan akan menuju perbatasan Afrin dan Turki.
  • Menlu Turki, Mevlut Cavusoglu memperkirakan satu juta pengungsi akan melarikan diri ke Turki jika serangan gencar Rusia dan Suriah tidak segera dihentikan.
  • Fakta lainnya adalah korban jiwa sipil akibat sasaran serangan udara Rusia memang terjai.
  • Konsesus Turki dengan UE dan PBB (UNHCR) dalam menangani krisi pengungsi, Turki akan menerima bantuan kemanusiaan sebesar €3 miliyar Euro  atau £2.1 miliar ponsterling. Dana tersebut
  • Hingga Desember 2015 Turki telah mengeluarkan dana sebesar 8,7 miliar USD. Sementara itu Turki menerima bantuan kemanusiaan untuk pengungsi Suriah dan dari negara lain pada 2015 sebesar 3,27 miliar USD. Dari jumlah penerimaan tersebut beberapa negara berkontribusi terbesar hingga terkecil dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

[caption caption="Dana bantuan Internasional untuk pengungsi Suriah sejak 2011 hingga 2015. Sumber http://www.vancitybuzz.com/2015/09/money-countries-spending-syrian-refugee-crisis/ dan http://www.dailymail.co.uk/news/article-3222250/How-Britain-given-aid-refugees-Germany-Netherlands-France-Italy-Hungary-Austria-Poland-COMBINED.html"]

[/caption]

Dari data di atas memperlihatkan pemerintah Turki sesungguhnya berada dalam posisi sulit dalam menangani krisis Suriah. Pengeluaran Turki dalam menangani krisis pengungsi Suriah masih lebih besar ketimbang bantuan negara pendonor.

Tampaknya jurus ledakan pengungsi menjadi kartu baru Turki menekan dunia internasional. Selain berharap akan memperoleh perhatian dari sisi finansial dari dunia internasional Turki juga berharap mendapatkan dukungan internasional menekan Rusia menjelang tercapainya damai Suriah yang diperkirakan akan terjadi pada Maret 2016 nanti atau tepat 5 tahun perang saudara Suriah.

Melihat pada perkembangan psotifif yang diraih rezim Assad dalam memulihkan kedaulatan di negaranya sendiri dan janji Rusia menghentikan pengeboman mulai 1 Maret  2016 serta tercapainya tujuan ganda Turki disebutkan di atas maka selebihnya tergantung pada Turki akan membawa kemana krisis Suriah tersebut.

Pada akhirnya Turki pasti akan memilih yang terbaik untuk dunia. Akan lebih bijaksana jika mampu membaca sikap NATO, AS dan UE yang terlihat lebih realistis sehingga tidak akan masuk lebih dalam pada krisis ini  apalagi untuk terjadinya perang dunia ke 3 hanya karena ambisi tertentu di balik zona penyangga (Buffer Zone) Turki yang "misterius" itu.

Salam Kompasiana

abanggeutanyo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun