Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Potensi Proxy War di Indonesia Semakin Nyata

16 Desember 2015   01:59 Diperbarui: 8 Juli 2019   13:08 3717
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Ilustrasi : dok. abanggeutanyo

Pernyataan Pnglima TNI, Jenderal Gatot Nurmantyo (13/12) tentang potensi keterlibatan pihak asing untuk menciptakan Proxy War (perang proksi) di Indonesia semakin nyata sungguh membuat kita tersentak rasanya.  Dalam pandangannya, Gatot menegaskan Indonesia menjadi incaran pihak asing yang akan membuat Indonesia terlibat dalam perang proksi. Salah satu penyebanya adalah kepentingan geopolitik asing terhadap Indonesia terutama untuk mengincar kekayaan alam Indonesia saat krisis sumber daya alam melanda dunia pada 2043.

Pada umumnya bentuk perang proksi merupakan upaya sistematis negara asing kepada kekuatan anti pemerintah guna meruntuhkan otoritas melalui penguasaan media massa, menciptakan hasutan dan konflik tanpa perlu terlibat langsung di dalamnya. Perang proksi kini merebak dimana-mana di sejumlah negara sehingga banyak kalangan memprediksi kegiatan ini menjadi pemicu pecahnya Perang Dunia ke 3 (PD-3).

Gambaran diatas mungkin terlalu buruk, akan tetapi apapun bentuknya perang proksi senantiasa bertujuan menciptakan agitasi melalui propaganda sistematis yang pada akhirnya menciptakan konflik, perang dan berkuasanya rezim baru yang dipengaruhi pihak asing pemenang proxy war untuk pengelolaan sumber daya alam di sebuah negara.

Mari kita lihat sejauh apa peningkatan kualitas dan kuantitas angkatan bersenjata kita dalam menghadapi ancaman negara asing yang dilontarkan oleh Pangab TNI tersebut di atas.

Menurut AFP posisi rangking alutsista TNI memang membaik, kini (2015) menjadi 12 terbaik dunia  dari sebelumnya pada 2014 dan 2013 rangking 18 dunia). Namun demikian meski kita patut berbangga hal itu bukanlah sebuah jaminan bahkan musti diwaspadai ada apa dibalik penghargaan itu seperti diungkapkan Kepala Staf Umum (Kasum) TNI Letjen Suryo Prabowo dalam menilai hasil survei Global Firepower tersebut. Suryo bahkan menekankan hal itu tidak benar dan tak bisa dipercaya.

"Penilaian tersebut harus dibaca sebagai motif. Sebelumnya disebut Kopassus rangking 3 pasukan elit dunia. Kemudian katanya dalam talkshow di TV ABC Amerika tahun 2014, Jenderal Tommy Frank, Peter Pace dan Mike Jakson mengatakan tentara Vietnam belajar bertempur dari TNI. Sekarang Globalfirepower menilai kekuatan TNI nomor 12 di atas Australia dan Asean. Tiap tahun selalu ada pujian dan penilaian untuk TNI. Kita perlu waspada maksud dibalik pemberitaan itu,” sebutnya. (intelijen.co.id 16/9/2015).

Dalam kaitan mewaspadai itulah kita perlu melihat "Celah" seperti apa yang dapat dipakai pihak asing guna menciptakan hasutan, propaganda, agitasi dan pemberontakan oleh sipil bahkan militer untuk menciptakan perang proksi di tanah air kita pada masa yang akan datang. Celah yang dapat digunakan oleh kekuatan asing melakukan kampanye perang proksi di tanahair kita adalah :

  1. Pemimpin negara yang bertolak belakang dengan konsep Globalisasi mewujudkan One World Government atau the New World Order (OWG atau NWO).
  2. Pemerintahan yang tidak mendukung kebijakan ekonomi dan keuangan liberal kapitalis
  3. Pemerintahan yang menolak bekerjasama ekonomi dan keuangan dengan IMF, Uni Eropa bank dan World Bank
  4. Tidak melakukan kerjasama jual beli alutsista produksi negara-negara barat
  5. Anti idiologi dan konsep demokrasi versi barat
  6. Menghentikan secara sepihak kerjasama pengolahan sumber daya alam dengan perusahaan barat
  7. Pemimpin ummat dan agama yang merasa tertindas akibat diskiminasi atau tertekan kebebasannya
  8. Mantan milisi luar negeri yang pulang kembali ke tanah air
  9. Sindikat jaringan narkoba internasional
  10. Organisasi bersenjata sipil yang masih bergerak secara rahasia (bawah tanah)
  11. Pejabat militer
  12. Elite politik ultra nasionalis
  13. Issue batas wiayah negara (laut, udara dan daratan)

Jika dikelompokkan dalam beberapa bidang celah-celah di atas dibagi dalam enam kelompok yaitu (1) Idiologi; (2) Politik; (3) Ekonomi; (4) Keamanan; (5) Sosial dan (6) Agama. Diantara 15 celah di atas manakah celah paling berpeluang menjadi sumber propaganda dan agitasi nomor wahid oleh asing di tanah air kita, tentu sangatlah sulit menentukan mana yang paling menjadi tunggangan asing dalam menjalankan poxy war di Indonesia karena semua berpeluang sekali bukan?

Berdasarkan uraian di atas, pihak asing (negara-negara) berpotensi melakukan propaganda dan agitasi hingga terjadinya perang proksi di Indonesia adalah, Australia- Singapore- Malaysia- Papua Nugini dan Filipina yang semuanya adalah element blok barat pimpinan AS. Diantara ke lima negara tersebut kelihatan Australia menjadi ancaman nomor satu meski pada bidang yang sama Australia menempatkan Indonesia sebagai ancaman nomor satu demi alasan penempatan blok maritim AS yang berpusat di Darwin.

Berdasarkan informasi jakartagreater (27/12/2014) menyebutkan ciri khas AS ketika berhasrat menguasai sebuah negara melalui beberapa tahapan, seperti kutipan Shotscreen di bawah ini:

[caption caption="Sumber : http://jakartagreater.com/skenario-perang-dunia-ketiga"]

[/caption]

Kelihatannya dugaan Pangab ada dasarnya yakni Indonesia bakal terlibat dalam proxy war. Meski kita tidak mengharapkannya namun apa daya, mungkin takdir Indonesia menjadi ladang pertarungan kepentingan geopolitik global antara AS dan sekutunya di blok barat dengan Cina atau antara AS dengan Rusia di blok timur. Jika perang proksi ini melebar dalam waktu bersamaan di negara-negara blok barat dan timur maka saat itulah pecahnya PD-3 dimana 12negara blok timur (termasuk Indonesia) dipimpian Rusia akan berhadapan dengan 100-an negara blok barat dipimpin AS.

AS dan sekutunya berperan sebagai penggagas perang proksi sementara Cina atau Rusia berperan sebagai peredam proksi yang mana jika perang proksi telah usai salah satu dari ke tiganya akan berperan lebih jauh dalam menentukan masa depan negara kita termasuk dalam mengelola sumber daya alam yang semakin langka.

Berdasarkan uraian di atas apa yang harus dilakukan Indonesia menyikapi takdir proxy war di masa depan, tak lain dan tak bukan diantaranya adalah :

  • Meingimplementasikan tahapan Rencana Strategis (Renstra) 1 hingga 3 secara konsekwen sesuai pedoman dalam buku putih Minimum Essential Force (MEF 2009-2024) secara berkelanjutan
  • Melaksanakan wajib militer dan bela negara bagi rakyat Indonesia secara bertahap dan sesuai usia dalam undang-undang yang berlaku
  • Melipatgandakan kemampuan intelijen dan Grand Design Cyber Defence
  • Mengurangi aktifitas aparatur militer yang terkonsentrasi pada bidang ekonomi dan bisnis apalagi bisnis untuk pribadi serta tidak menjadi kaki tangan untuk kepentingan elite poltikus apalagi menjadi centeng bos perusahaan
  • Meningkatkan profesional personil TNI melalui pendidikan dan latihan yang berkualitas
  • Menjaga hubungan yang harmonis sesama matra dan Kepolisian RI
  • Menempatkan warga sebagai orang yang patut dihormati dan dilindungi nomor satu

Kita berharap TNI akan mampu melindungi segenap bangsa Indonesia dan tumpah darah Indonesia lebih optimal di masa kini dan yang akan datang sehingga tidak membuat rakyatnya menjadi "bulan-bulanan" ganasnya angkara murka pelaku proxy war di bumi Indoneisa.

Tak salah prediksi pangab Gatot Nurmantyo pada bagian awal tulisan ini karena justru bertujuan agar membuat elite politik, pemerintah dan rakyat serta persobil TNI sendiri harus memahami dan mengerti bagaimana menyikapinya dengan serius dari saat ini, bukan memposisikan TNI semakin sulit (menyikapi ancaman proxy war bahkan ancaman PD-3) melalui debat-debat yang kontra produktif dengan MEF dan Renstranya, apalagi JIKA anggota TNI sendiri tidak menyikapi serius tentang masa depan negara dan bangsanya sendiri yang kini semakin nyata mengancam.

Salam Kompasiana

abanggeutanyo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun