Apa yang terjadi kini?
Sejumlah ketidak puasan dan kepuasan terlontar ke udara dari perut bumi. Bagaikan letusan gunung berapi yang mengeluarkan magma panas dan larva dingin, lontaran itu bermuatan kesan sebagai berikut :
- Kehilangan jumlah pembaca. Tidak bertambah jumlahnya tapi menurun bahkan menjadi tidak ada pembaca sangat berpeluang terjadi.
- Kehilangan daftar tulisan per katagori dan bulanan
- Kehilangan daftar balas komentar. Konten balas komentar dan jumlah komentar pada beberapa tulisan terdahulu belum terlihat (mungkin sedang dalam proses recovery).
- Kehilangan jumlah tulisan seperti yang penulis rasakan.
- Masuknya tulisan Kompasianer lain, seperti penulis rasakan.
- Ukuran gambar tulisan terlalu besar
- Ukuran font dan pewarnaan yang pucat pasi seperti kurang darah (mungkin karena masih baru, lama-lama juga akan bagus dan menarik).
- Pilihan penulisan model Visual tidak ada lagi, diganti dengan mode HTML. Hal ini membuat Kompasianer melek IT seperti penulis akan kelagapan dalam menulis dengan konsep atau gaya lama.
- Banyaknya space yang terbuang.
- Seluruh tulisan dalam dunia maya dengan url terdahulu kini lenyap tertelan luasnya alam maya. Padahal admin telah mengigatkan sebulan yang lalu, meminta Kompasianer mengawasi dan mem-back up tulisannya karena bisa berpotensi hilang dalam proses recovery.
- Kotak pesan yang mungkin berisi puluhan nomor telepon dan pesan dengan teman "seia sekata" sudah tidak ada lagi.
- Tampilan HL yang rumit dan kurang fokus. Dan masih banyak lagi magma pijar dan panas yang telontar ke udara yang nyaris tak sempat penulis sentuh dalam tulisan ini (karena terlalu panas, hehehehe).
Sejumlah lontaran magma panas di atas mungkin sebuah representasi kekecewaan sejumlah Kompasianer. Perasaan tidak puas tanpa merasa telah menjadi penghuni gratis sekian lama mebuat kesimpulan bernada melankolis, "keterlaluan" atau "Terlalu." Teganya dikau akibat sejumlah perasaan kehilangan di atas.
Bagi yang tak sempat melakukan print screen terakhir profil pribadinya akan semakin kecewa akibat kelalaiannya. Padahal admin secara implisit telah memberi kesempatan dan tanda-tanda agar (jika perlu) lakukan print screen terakhir profil kita, paling tidak sebagai kenangkenangan karena sebentar lagi sang teman itu akan lenyap ditelan oleh luasnya alam maya. Dan kita tidak akan dapat menemukannya lagi.
Sementara itu, lontaran larva dingin menyembur mendinginkan suasana dalam suasana haru biru. Beberapa diatnaranya adalah :
- Akses lebih cepat (meski log out juga lebih cepat, bahkan otomatis logout bekerja jika kita tidak menyentuhnya beberapa saat dari komputer atau seluler kita.
- Lebih praktis karena memberikan kesempatan yang setara pada aneka pilhan HL, TA dan Pilihan Editor.
- Anti lemot bin lelet karena (katanya) sistim ini menggunakan
- Sliding Article sebanyak 15 pilihan akan membuat pembaca dapat memilih leluasa HL mana yang paling pas (cocok).
- Rubrikasi semakin praktis dengan jumlah rubrik yang minimalis.
- Kompasianer akan terseleksi sendirinya oleh alam kompasiana.
- Dan lain-lain manfaat yang tidak dapat disebutkan satu per satu di ini.
Masihkan muncul perasaan Kompasiana beta bikin beta orang (kita orang) talalu? Sudahlah mari kita sonsong Kompasiana versi baru. Pengalaman ini penting (seperti kata pa Tjpta) agar ke depannya kita lebih sigap, bukan? Siapa tahu nanti akan muncul lagi Full Versioan Kompasiana yang membuat kita harus lebih sigap dan mengkritisinya sebagai sebuah hal yang wajar dan punya persiapan mem back up tulisan kita.
Sambil menanti proses recovery data kita semua (kompasianer) yang mungkin mencapai ribuan TeraByte jumlahnya ada kemungkinan sejumlah lontaran larva magma panas di atas menimbulkan kesan "Talalu" atau "Terlalu." Siapa tahu nanti ketika semuanya sudah selesai, kita akan senyum sendiri hingga terlupa beta kompasiana ternyata tidak bikin beta talalu. .
Namun demikian sebaiknya juga admin memperhatikan dan berupaya mengkomodir beberapa lontara larva panas di atas ya? Hehehehe..
Salam Beta Kompasiana
beta abanggeutanyo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H