Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pesan di Balik Bendera dan Simbol Baru Provinsi Aceh

26 Maret 2013   06:08 Diperbarui: 14 November 2019   19:46 2884
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar : sphotos-a.xx.fbcdn.net

Sejumlah pendapat dan pertanyaan itu juga sah-sah saja. Tapi dengarkan apa kata wakil Gubernur Aceh menyikapi tuntutan masyarakat agar segera menggunakan bendera Aceh tersebut. Dengarkan dan simak baik-baik petikannya berikut ini.

"Aceh tetap dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia." kata Mualem (sapaan akrab untuk wagub Aceh) pada harian Serambi Indonesia pada Sabtu (23/3) lalu. Bahkan pada laman berita yahoo ditemukan kalimat petikan Muzakir Manaf, "Rakyat Aceh akan sejahtera dalam NKRI."

Malik Mahmud selaku wali nanggroe Aceh  pernah mempertegas posisi Aceh dalam NKRI seperti dikutip dari salah satu blog di Aceh. "Saya rasa kalau kita dapat menjaga dan memenuhi semua butir-butir yang ada dalam kesepakatan Helsinki itu, tidak ada lagi problem Aceh dengan pemerintah pusat. Aceh tetap akan di dalam NKRI," tutur Malik, Minggu (12/2/2012). Sumber : http://gsfaceh.com

Jadi apa pesan yang kita dapatkan dari penggunaan simbol dan bendera provinsi Aceh secara resmi yang  telah menarik perhatian masyarakat Aceh dan nasional itu? Pesannya adalah :

  1. Dari pernyataan sejumlah pejabat Aceh di atas, Aceh tetap dalam NKRI.
  2. Jangan sampai ada yang memecah belah Aceh dengan alasan dan tujuan apapun. Semua pihak harus menjaga perdamaian dengan saling menghargai penuh persaudaraan di seluruh Aceh.
  3. Pembangunan harus diskala prioritaskan pada daerah-daerah pedalaman dan jauh selama ini. Bukalah lapangan kerja dan tingkatkan perekonomian dan transportasi ke daerah-daerah tersebut.
  4. Beri bantuan pendidikan untuk warga pedalaman dan posisi dalam pemerintahan yang sejajar dan merata.
  5. Terlalu banyak simbol yang penting dan dapat digunakan, tapi hanya ada satu simbol dan lambang saja yang harus dipakai.

Degan demikian, masih adakah  diantara kita mencari celah-celah untuk membalikan fakta setelah berdiksusi dan menemukan solusi yang tertuang  pada perjanjian bersama?

Masih adakah diantara kita berusaha selalu membelok-belokkan arti yang tertera pada sebuah aturan dan ketentuan yang telah memiliki pengertian baku menjadi pengertian menurut seleranya sendiri?

Adakah diatara kita rela disebut sebagai "Manusia yang tidak dapat dipercaya," atau pendusta, bahkan munafik? Ingat  salah satu faktor orang disebut munafik adalah, apabila ia dipercaya maka ia mengingkarinya.

Kalau tidak ada, mari kita jaga bersama-sama  menjaga kerukunan agar Aceh dan seluruh warganya akan terus sejahtera dan hidup dalam damai bersama NKRI. Seperti pernyataan yang disampaikan tanpa tedeng aling-aling oleh pejabat sekelas mantan panglima Gerakan Aceh Merdeka,yang disebutkan di atas.

Terserahlah simbol apapun digunakan asal TIDAK yang memecah persatuan dan kesatuan Aceh dan NKRI. Itulah satu hal saja lagi yang perlu diingat. Setuju???

Salam Kompasiana

abanggeutanyo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun