Hampir setahun lalu, tepatnya 8 Juni 2013, keluarga "mba Mega" panggilan akrab ibu Megawati Soekarnoputri berkabung atas meninggalnya suami, orang tua atau keluarga terdekat yang mereka cintai. Bagi "Adis" -nama kecil mba Mega- kepergian Taufik adalah kali kedua suaminya meninggal dunia setelah suami pertama Letnan (Penerbang) Surindro Suprijarso yang meninggal pada 22 Januari 1971 di Irian Jaya (Papua).
Entah karena peristiwa itu bu Mega larut dalam kesedihannya atau ada sejumlah persoalan politik pelik lainnya yang terpendam membara dalam batinnya dan tidak dapat berbuat apa-apa selain mengelus dada melihat lambat dewasanya sistem demokrasi di tanah air atau lambatnya para punggawa di berbagai lembaga tinggi negara membuat megawati terlihat tampil kurang segar dan nyaris tidak percaya diri dalam kancah politik di tanah air.
Nyaris tidak percaya diri atau skeptis terhadap peluang partainya sah-sah saja melambung dalam angan-angannya. Lihat saja betapa kuatirnya Megawati pada "Hantu Politik"" menjelang kampanye Pemilu, tapatnya pada Jumat, 6 September 2013, dalam konfrensi Pers pada Rakernas PDIP di Ancol.
Empat hantu politik yang dimaksud Mega adalah :
- KPU yang tidak netral
- IT yang dapat dimanipulasi
- Permainan Intelijen
- Money Politics.
Kini, Pileg 2014 telah terlaksana dengan aneka gelombang protes yang sampai ke meja MK mencapai 700-an kasus perkara. Puas tidak puas, legowo apa tidak, senang atau tidak Pileg telah tuntas dan berlalu meninggalkan tapak sejarahnya termasuk mengukir sejarah partai PDIP yang dijiwainya dari masa pembentukan hingga kini menjadi partai pemenang Pileg 2014.
Meski partainya tidak mampu mencapai kemenangan diatas 20% untuk mencalonkan presiden dan wapres dari partainya sendiri (harus berkoalisi) kenyataan memperlihatkan PDIP menjadi partai yang mampu mengalahkan partai lainnya bahkan meruntuhkan dominasi Partai Berkuasa sekalipun yang digadang-gadang oleh sejumlah politikus (katanya) kelas berat, ternyata terlilit banyak kasus di dalamnya.
Berlalunya hantu politik seketika membuat Megawati terlepas dari belenggu kekhawatirannya. Kini senyumnya terasa lepas, tawanya semakin menebarkan aura pesona seperti Adis yang masih gadis puluhan tahun yang silam.
Kini Megawati sedang menggalang konsolidasi dengan mengusung tokoh yang dianggap mampu mengubah kondisi aneka dimensi tatanan nasional negara dan bangsa Indonesia. Mengusung tokoh "Superman"Jokowi yang secara psikologis dan teoritis kini menjadi tokoh paling Favorite se tanah air.
Secara psikologis sang Superman dianggap mampu mewujudkan mimpi rindu tokoh pemimpin nasional yang merakyat, low profile, reaktif, repektif dan anti koruptif. Sosok yang telah lama dirindukan kehadirannya membela kehormatan bangsa yang telah terpuruk ke titik subordinat terdalam.
Secara teoritis sang Superman -berdasarkan aneka sumber survey dan peluang berdasarkan kebutuhan diperdiksikan sang superman ini akan memenangkan persaingan Pilpres 2014.
Salah satu lembaga riset terkenal dari luar negeri (Roy Morgan Research) pada 31 Maret 2014 bahkan memberi rating popularitas sebagai berikut : Joko Widodo 40%, Prabowo Subianto 17%, Aburizal Bakrie 11%, Wiranto 7%, Jusuf Kalla 5%, Megawati Soekarnoputri 4%, Dahlan Iskan 4%, Mahfud MD 3%, Hatta Rajasa 2%, nama lain 7%.
RMR memberi informasi : "Governor of Jakarta, Joko Widodo (40%, up 1%) – better known as Jokowi – remains the clearly preferred candidate for the Indonesian Presidency in February for July’s Indonesian Presidential Elections. Jokowi is clearly favoured ahead of main challengers Prabowo Subianto (17%, up 1%) and Aburizal Bakrie (11%, down 1%)." Sumber : http://www.roymorgan.com
Saat ini Adis memperoleh kembali kepercayaannya. Sang Hantu tidak terwujud atau mungkin saja sang Hantu berpihak pada partainya.
Kini, masa kampanye Pilpres siap sedia dimulai dan kita akan masuk pada hari pelaksanaan Pilpres pada 9 Juli 2014. Akankah si Hantu Politik itu akan berpihak kembali pada Adis? Kelihatannya ya, benar ini bisa terjadi. Dan mungkin ini menjadi kado untuk bangsa Indonesia meski sesungguhnya Jokowi bukanlah Superman tempat bangsa dan negara ini menyandarkan harapan setinggi bintang di langit.
Jika ini terjadi maka ini juga menjadi "kado"" untuk suaminya. Dari tempatnya almarhum Taufik Kemas ikut berbangga dan tersenyum "melihat" Adis mampu merealisasikan cita-citanya, mampu membangkitkan geloranya, sanggup bertahan meski ditinggal suami.
Sejumlah aksi menurunkan poplaritasnya pada masanya menjadi presiden menggelegar tiada henti rasanya. Dari issue Murahnya Gas Tangguh; Lepasnya Sipadan dan Ligitan; Jual Satelit ke Singapore sampai masalah UU Outsorching kaum buruh dan lain-lainnya seolah hanya Mega sendiri yang harus menanggung getahnya.
Megawati berhasil membuktikan ia adalah memang wanita besi, pantang menyerah untuk membesarkan partainya menjadi pemenang Pileg dan Pilpres 2014 sekaligus memberi sosok penyeimbang yang dianggap terbaik untuk kebutuhan bangsa dan negara pada kondisi saat ini.
Pantas mba Mega lebih segar dan munkgkin akan terlihat lebih segar, bukan? Merdeka.! Merdeka..!! Merdeka.!!!....
Salam Kompasiana
abanggeutanyo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H