Masa Fauzi Bowo hanya melanjutkan kebijakan proyek Gubernur sebelumnya yang mengusung nama fantastis yang dikelola oleh Japan International Cooperation Agency.
Kini masa Jokowi ancaman banjir memperlihatkan wujudnya kembali. Meski Jokowi tidak akan "membelah" Jakarta kembali tapi program modifikasi cuaca dengan biaya besar tersebut sifatnya hanya temporer. Tidakkah lebih bermanfaat dengan program yang lebih berkelanjutan dampaknya?
Jakarta terus bergulat untuk mengatasi banjir dengan aneka program bombastis. Meski jujur diakui ada perubahannya akan tetapi belum optimal.
Jika warganya tidak bertanggung jawab merawat lingkungannya dengan baik apapun programnya dengan nama proyek yang gegap gempita tak akan mambuat warganya terbebas ancaman banjir.
Oleh karenanya, Jikowi sebaiknya mengedepankan program "Bersih-bersih lingkingan" dengan sistematis termasuk menambah petugas pembersih kali atau sungai dan tempat penampungan banjir di seluruh Jakarta.
Jakarta dihuni oleh warga yang super Heterogen dengan aneka tingkat intelektulitasnya tentu tidaklah mudah mengaturnya. Namun mencipatakan aneka program yang melibatkan warga langsung secara sistematis cepat atau lambat akan menciptakan warga yang terbiasa bersih dan merawat lingkungannya.
Beberapa kalangan entah karena frustrasi atau emosi sampai menuduh "jiran" atau tetangga Bogor sebagai 'kambing hitam' meski tak sepenuhnya menjadi sebab utama.
Dari pada mencari kambing hitam sebaiknya biaya yang tersedia dalam program anti banjir Jakarta diarahkan untuk melestarikan dan merawat lingkungan Jakarta lebih asri.
Jika terjadi banjir seperti ini tidak saja membuat sengsara warga yang tidak perduli, tapi juga tidak dapat memilih kasih terhadap warga yang peduli terhadap alam dan lingkungan Jakarta.
Salam Kompasiana
abanggeutanyo