Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Habis Yutong Terbitlah Zong Tong

6 September 2014   09:48 Diperbarui: 5 Januari 2021   15:22 1285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : g01.s.alicdn.com

Soal tingkat teknologi, Tiongkok (RRC) kini dapat disandingkan dengan teknologi Barat dalam hal kemampuan dan disain.  Pesatnya perkembangan teknologi Tiongkok telah mencakup segala bidang mulai dari home industri hingga industri skala berat untuk bidang milter dan pesawat tempur bahkan jet ruang angkasa sekalipun.

Tiongkok menawarkan teknologi mutakhir dengan biaya rendah untuk pelanggan produk mereka. Tak heran, harga barang industri produk China ditemukan relatif lebih murah, padahal disain yang disajikan pada produk mereka benar-benar menarik dan menggiurkan dan mengundang decak kagum dan iri pesaing pasar mereka.

Akan tetapi tidak dapat dipungkiri, dibalik kehebatan tersebut tersembunyi kekurangan atau kelemahan yang sangat tersamar. Banyak ditemukan kasus atau kejadian demi kejadian yang tidak mengenakkan. Produk China dikabarkan tidak kuat dan kurang berkualitas.

Entah bahan bakunya yang tidak sesuai standard ataukah benda yang digunakan sudah bekarat, pruduk apkir atau rusak lalu dimodifikasi atau permak ulang dengan cat dan tambahan aksesoris dalam disain memikat "aduhai," Tak ayal banyak orang terkesima dan langsung jatuh cinta pada kesan pertama penuh menggeoda oleh produk tersebut.

decak kagum itu tak kenal pilih kasih sampai menyentuh kalangan poltisi dan birokrat atau pejabat kita. Entah tak mampu melihat secara jernih atau karena berpikir dalam konsep efisien semata ataukah juga karena ada perskongkolan dan iming-iming yang membuat keterpikat tak kepalang tanggung terhadap produk China. 

Sebut saja dalam pengadaan mobil angkutan umum untuk melayani jalur Transjakarta. Pemda DKI rela dicekokin produk China meski sejumlah peringatan awal telah dilayangkan tentang sisi lemahnya produk buatan China dalam kapasitas bus untuk umum . 

Selain itu kondisi jalan yang tidak rata serta jasa perawatan produk tersebut amat terbatas. Pemda DKI melalui Dinas Perhubungan DKI tetap teguh pendiriannya harus buatan Tiongkok. Bergeming atas kritikan apapun terhadap rencana pengadaan 728 unit produk China dari parbrik Yutong, Ankai dan Zongtong. 

Sorotan sejumlah pakar tidak hanya pada produk China yang menghabiskan anggaran 1,7 triiun rupiah, melainkan juga pada masalah terbukanya lapangan kerja dan pertimbangan kualitas produk. Bahkan BPPT sendiri mengingatkan beberapa sisi rawannya produk China jika digunakan, terutama pada sisi tabung Gas nya yang tidak sesuai dengan iklim di tanah air. Meski menggunakan bahan buatan Jerman, Xperion itu dalam analisa BPPT mudah meledak.

Begitu antusiasnya Dishub DKI sehingga tidak berkoordinasi lagi dengan pihak lain. Seolah tak sabar mereka langsung berhubungan dengan pabrik di Tiongkok dan melaksanakan perjalanan melihat pabrik-pabrik yang sudah menjadi target tersebut.

Pengajuan anggaran 1,7 triliun disetujui Menteri dalam negeri dan akhirnya mendapat respon positif DPRD DKI pada Maret 2013. Pembelian armada Tiongkok melalui APBD 2013 DKI itupun berjalan dengan rincian RENCANA sebagai berikut :

1.  Articulated Bus (gandeng):  4 paket,  total 120 unit. 2.  Single Bus    :   5 paket jumlah 176 unit 3.  Medium Bus  :   5 paket jumlah 432 unit Dari rencana tersebut sesuai dengan lelang, ke tiga pabrikan mendapat order impor bus dengan rincian sebagai berikut :

  • Ankai dapat impor 60 bus gandeng, 14 bus single dan 432 bus medium.
  • Yutong dapat 30 unit bus gandeng
  • ZhangTong dapat 30 Busway gandeng.
  • Dari dalam negeri, perusahaan BUMN PT INKA 36 bus single bermerek Ino Bus.

Januari 2014 sedikit demi sedkit armada Tiongkok tiba di Jakarta dan sejak 15 Januari 2014 secara resmi dioperasikan. Tapi apa yang terjadi setelah itu? Pada 18 Februari 2014, Bus Gandeng merek Zong Tong rute Blok M- Kota hangus terbakar. Meski prosentasenya hanya 1 dari 30 unit (3%) produk Zong Tong yang dioperasikan untuk Transjakarta apa daya peristiwa itu menuai sorotan tajam publik karena dianggap -selama ini- Dishub tidak menerima masukan dari pihak terkait.

Pada Kamis, 28 Agustus 2014, giliran saudaranya yang terbkar. Transjakarta bermerek Yutong  terbakar. Kejadiannya begitu "unik" menurut DIrektur Utama PT Transportasi Jakarta. "Pasalnya, kebakaran tidak hanya terjadi di bagian mesin, tetapi juga bagian atap bus sebelah kiri,"kata Antonius NS Koasasih. Sumber : http://megapolitan.kompas.com

Sebelum pristiwa (28/8) tersebut, produk lokal (dalam negeri) Ino Bus buatan PT INKA juga tidak lepas dirundung masalah. Persoalannya lebih ringan yakni baut pengait gerbongnya patah. Lalu, akibat salah mekanisme dalam penarikan gerbong akhirnya 10 baut penyangga sambungannya patah semua dan berdampak patah gerbong gandengan.

Akibat peristiwa beruntun tersebut, Pemda DKI putar otak menyiasati kejadian demi kejadian yang mereka gambarkan bernuasnsa unik tersebut. Padahal sesungguhnya itu bukan unik, yang unik adalah mengapa mekanismenya tidak mempertimbangkan beberapa hal yang disebutkan pada tulisan di atas, termasuk pertimbangan BPPT dan publik yang berkompeten di bidang transportasi.

Kini, Yutong ditarik dan digantikan oleh lagi oleh Zong Tong yang telah membuat Vendor (Dishub DKI) ketar-ketir akibat terlalu optimis. Tidak adakah tim ahli yang mampu memastikan spesifikasi dan keaslian produkyang dikirim ke Indonesia tersebut sesuai dengan standard aslinya di China, misalnya? Jangan-jangan bus bekas rongsokan yang di upgrade kembali oleh pabrik tersebut, misalnya. 

Meski kita tidak berharap terjadi, apa jadinya jika peristiwa serupa terulang lagi, misalnya terjadi masalah kembali pada Zong Tong, apalagi yang ditukar? Yutong hadir kembali ataukah Tong-Tong lainnya (misal Tong Sampah atau Tong Rongsokan) yang menyangganya untuk sementara waktu sampai masa bakti bus-bus perkasa tapi ompong itu pensiun dengan sendirinya, terbungkus debu-debu dan teronggok menjadi besi karat?

 Salam Kompasiana 

abanggeutanyo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun