Cara paling mudah mencuri ide, adalah dengan menyimak informasi-informasi dari orang-orang terdekat yang ada di sekitar tempat kita berada.Â
Dengan sedikit daya kreatifitas, seorang penulis mampu menganalisa dan menyatukan serpihan-serpihan informasi yang dia dengar melalui rapat resmi, khutbah Jum'at, diskusi santai, ngobrol sambil ngopi, hingga percakapan dengan orang-orang dalam kehidupan sehari-hari. Terkadang sebuah buku lahir dari sepotong kalimat
Seorang Penulis Mencuri Ide dengan ATM
Sebagai seorang penulis pemula, saya termasuk orang yang paling sering melakukan aksi pencurian ide menggunakan ATM, atau metode Amati, Tiru dan Modivikasi.
Tatkala saya membaca sebuah buku yang menarik, maka yang saya lakukan adalah mengamati penggunaan bahasanya, mengamati alur tulisannya, lalu saya catat kalimat-kalimat menarik, atau yang mengandung ide dan gagasan.Â
Bermodalkan sepenggal-dua penggal kalimat itulah saya menuliskannya kembali dengan memodifikasi serta mengembangkannya dengan menggunakan bahasa saya sendiri, untuk menjadikannya sebuah artikel dengan gagasan yang berbeda, yang ditulis dari sisi sudut pandang yang lain.
Bukan hanya melalui buku, tetapi informasi juga bisa diperoleh dari status kawan di FB atau di tweeter, bahkan dari perbincangan lepas orang-orang sekitar.Â
Banyak penulis yang menemukan ide dari fenomena yang terjadi di sekitarnya, dari pengamen yang asyik dengan gitar mungilnya, dari anak anak gelandangan yang tidur beralaskan koran, dari pengemis tua yang mondar-mandir di sela-sela kendaraan saat lampu lalu-lintas menyala merah, dan lain-lain.
Penulis adalah pencuri yang baik, dia merupakan makhluk sosial yang juga hidup bersama manusia lainnya, dia memiliki kepekaan yang sangat tajam, kepedulian yang sangat besar.Â
Keberagaman, kemajemukan serta kedudukan masyarakat yang bertingkat-tingkat alias timpang, selalu menjadi sorotan mata bathinnya yang tajam. Kesenjangan yang terjadi di sekitarnya menjadi ide dan gagasan yang senantiasa menggelitik untuk diulas dan disebarluaskan.
Seorang penulis senantiasa menajamkan bathin dan perasaannya, dia selalu siap merekam setiap suara yang dia dengar, mendokumentasikan setiap tulisan yang dia baca.Â