AFJ : Bagaimana Bapak ? Apakah transfer sudah dilakukan ?
Saya : Saya sedang menuju ATM terdekat dan jalan agak macet ini. Tolonglah pasangkan alat tersebut, tolong Pak. Bapak jangan mempermasalahkan uang, uang saja melulu, tanpa berpikir keselamatan anak saya. (Barulah disini saya sadar bersama istri, bahwa kami sedang dalam proses yang akan terjebak dalam penipuan).
Saya anjurkan kepada istri saya untuk menelepon HP anak saya "AAA" dan ada sambungan, ternyata anak saya sedang belajar dikelasnya bersama para teman sekolahnya dan anak kami tertawa mendengar ibunya panik bertanya yang menyatakan "AAA" sedang ada di RS (itu penipuan Ma jawab anak saya dan hati-hati).
Dua menit kemudian ada telepon lagi.
AFJ : Bagaimana Bapak, saya sudah check pada rekening kami, bahwa transfer belum masuk dari Bapak.
Saya : Tunggu saja sebentar lagi akan masuk. (Saya langsung putuskan komunikasi).
Satu menit kemudian ada lagi telepon.
AFJ : Bagaimana Bapak, alat ini belum bisa dipasang jika bapak belum ada transfer yang pasti.
Saya : (Dalam jengkel yang memuncak) segala nama kebun binatang yang bau dan busuk dan jelek saya sebutkan dengan nada tinggi, hei penipu anda sedang kami amati melalui GPS dan sebentar lagi anda akan ditangkap. Lalu si penipu ketawa kecut dan meringis.
Setelah itu, tidak ada lagi telepon yang masuk. Nomor telepon dan nomor rekening sengaja saya tampilkan karena nomor-nomor HP dan nomor rekening itu bisa saya pertanggung jawabkan. Para penipu ini, bisa berada dalam satu mobil mereka ber-empat atau dalam sebuah ruangan rumah (kantor/markas penipu). (Abah Pitung)
Semoga pengalaman pahit kami akan ditipu oleh para penipu tidak terulang bagi keluarga para pembaca Kompasiana.