Mohon tunggu...
Abah Kabayan
Abah Kabayan Mohon Tunggu... -

Wong cilik yang bukan penggemar hoak

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Para Pemimpin Dunia Telah Mengakui Kemenangan Pak Jokowi

19 April 2019   01:11 Diperbarui: 19 April 2019   01:28 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Michael Umbas, sumber foto: manado.tribunnews.com

Pemilu serentak 2019, yang disebut oleh dunia internasional pesta demokrasi paling rumit di dunia telah digelar. Sebanyak 190 juta lebih pemilih telah menunaikan hak pilihnya secara serentak, di awali pencoblosan di luar negeri. Puncaknya pada 17 April, seluruh pemilih di Tanah Air berbondong-bondong ke Tempat Pemungutan Suara (TPS).

Pemilu 2019, memang beda dari pemilu sebelumnya. Karena pemilu legislatif dan pemilihan presiden, pertama kali dalam sejarah pesta demokrasi di Indonesia digelar serentak. Surat suara telah dicoblos. Hasil pemilu, baik legislatif dan pemilihan presiden secara resmi memang belum bisa diumumkan. Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai penyelenggara baru akan mengumumkan hasil resmi pemilu 2019 pada bulan Juni 2019.

Meski begitu, quick count pemilu yang dilakukan beberapa lembaga survei, selepas pukul 15.00, usai pencoblosan sudah mulai diketahui hasilnya.

Hasilnya, pasangan capres dan cawapres nomor urut 01, Joko Widodo (Jokowi)-KH Ma'ruf Amin mengungguli rivalnya dalam pilpres, pasangan capres dan cawapres nomor urut 02, Prabowo Subianto.  Jokowi-Ma'ruf, unggul dengan perolehan suara 50 persenan lebih. Sementara Prabowo-Sandi, perolehan suaranya ada di angka 40 persenan.

Walau bukan hasil resmi, quick count selama ini hasilnya tak akan jauh beda dengan hasil rekapitulasi suara manual yang dilakukan KPU.  Quick count di pilpres 2014, membuktikan itu. Pun, di Pilkada dan pilkada.

Menurut Michael Umbas, Ketua Umum  Arus Bawah Jokowi (ABJ), hasil quick count meski bukan hasil resmi, selama ini hitungannya tak jauh beda dengan rekap final KPU. Kemenangan Jokowi-KH Ma'ruf tentu kemenangan rakyat. Karena rakyat yang jadi juri pesta demokrasi.

Dan, dunia internasional sendiri mengakui, bahkan kagum atas penyelenggaraan pemilu 2019 di Indonesia yang berjalan aman dan damai. Padahal ini pesta demokrasi paling rumit di dunia.

" Hal ini menunjukkan bukti nyata dari perhatian dunia terhadap pelaksanaan Pemilu. Rakyat Indonesia perlu mensyukuri pengakuan pemimpin-pemimpin negara terhadap pesta demokrasi di Indonesia," kata Umbas.

Kenapa dunia internasional sampai menyebut pemilu di Indonesia paling rumit di dunia, kata Umbas, karena lihat saja, dalam hajatan politik tahun ini, terdapat 813.350 TPS yang tersebar di 34 provinsi, 514 kabupaten atau kota, puluhan ribu desa, dan ribuan kelurahan.

Dan tidak terkonsentrasi dalam satu pulau. Tapi menyebar di pulau-pulau, bahkan yang ada di pelosok negeri. Di ujung perbatasan. Di tepi samudera. Lebih mengagumkan lagi, angka partisipasi terbilang tinggi mencapai sekitar 81 persen dari total kurang lebih 192 juta pemilih.

" Ini bukan pekerjaan mudah bagi jajaran KPU dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) tingkat pusat hingga daerah melaksanakan pemilu legislatif  serta pemilihan Presiden dan Wakil Presiden yang berlangsung serentak," katanya.

Michael Umbas, sumber foto: manado.tribunnews.com
Michael Umbas, sumber foto: manado.tribunnews.com
Dan yang menggembirakan, sekaligus bikin haru, walau hasil rekapitulasi resmi KPU belum diumumkan, tapi para  pemimpin dunia telah mengucapkan selamat kepada pasangan Jokowi-KH Ma'ruf atas kemenangan di pilpres. Meski itu baru berdasarkan hasil quick count. Para pemimpin dunia juga mengapresiasi penyelenggaraan pesta demokrasi di Indonesia yang berjalan lancar, aman dan damai.

"Pak Jokowi sudah menyampaikan, ada 25 pemimpin negara sahabat yang memberikan selamat. Antara lain Perdana Menteri Malaysia Tun Mahathir Mohamad, Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong, dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan," kata Umbas.

Namun yang sangat disayangkan, pihak Prabowo-Sandi masih coba membangun opini bahwa mereka menang dalam pilpres. Padahal, hasil hitung cepat meski bukan hasil resmi sudah menegaskan Jokowi-Ma'ruf menang. Dan selama ini hitung cepat yang dilakukan sederet lembaga survei yang kredibel, hasil akhirnya tak jauh beda dengan perhitungan manual atau pun real count KPU.

Penolakan Prabowo-Sandi sekaligus klaim kemenangan mereka lanjut Umbas, hanya kian memperburuk citra mereka sebagai tokoh bangsa. Faktanya,  quick count terbukti dari pilpres ke pilpres hasilnya tak jauh beda dengan rekap final komisi pemilihan. Bahkan dengan sudah adanya ucapan selamat atas kemenangan Jokowi dari para pemimpin dunia, jadi bukti, bahwa hasil quick count diakui Dubai internasional.

" Ya karena dilakukan oleh lembaga yang kredibel dan  metodologinya juga sangat proven," ujarnya.

Umbas menambahkan, gerakan dan manuver politik yang tidak realistis akan makin menghancurkan wibawa, nama baik Prabowo-Sandi. " So, Pak Prabowo sudahlah. Jadilah Gentleman dan negarawan," kata Umbas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun