Ah, kata Adi, jawaban itu khas gaya Cak Nanto, pemuda sopan dan santun yang sudah lama dikenalnya. Cak Nanto yang dikenalnya, bukan tipikal orang yang meledak-ledak. Bukan orang yang gagah  karena kata-kata besarnya. Baginya, itulah gaya Cak Nanto. Anak muda yang telah menunjukkan kematangannya.Â
Lewat telpon pula, Cak Nanto banyak bercerita dan menegakan posisi serta pendapatnya. Kata Cak Nanto, Â hujatan dan cacian di medsos adalah vitamin. Bahkan cambuk penyemangat baginya untuk tetap mengendarai roda organisai sesuai khittah Muhammadiyah. Jika kemudian hujatan dibalas dengan hujatan. Atau minimal ditanggapi dengan keras dan emosial serta reaktif, itu kontraproduktif.Â
" Kata dia, itu hanya akan menghabiskan energi dakwah kita. Saya menyadari ada upaya menggiring ke sentimen negatif atas apa yang saya ucapkan dipublik. Saya bisa saja membalasnya, tapi itu tidak saya lakukan. Segala hal, Â jika berawal dari kebencian, hanya akan berakhir dengan kekacauan. Kebencian itu bukan wataknya orang Islam. Mari berdialog. Saya terbuka untuk itu, kita sisihkan kebencian, begitu kata Cak Nanto," tutur Adi menceritakan ulang saat dirinya ngobrol dengan Cak Nanto via telepon.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI