Mohon tunggu...
khusnul mubarok
khusnul mubarok Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Belajar sepanjang zaman

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Lika-Liku-Luka pendidikan 2024 menuju 2025

27 Desember 2024   11:09 Diperbarui: 27 Desember 2024   11:09 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pentingnya Pendidikan untuk Masa Depan (Sumber: https://perpustakaan-supmtegal.com/Sticky)

Memasuki tahun 2025, pertanyaan besar yang harus kita jawab adalah: sejauh mana pendidikan Indonesia mampu bertransformasi untuk menjawab tantangan zaman? Anggaran pendidikan telah mencapai 20% dari APBN, seperti yang diamanatkan konstitusi. Namun, distribusi dan efektivitas penggunaannya masih menjadi sorotan.

Menurut laporan Bank Dunia, alokasi anggaran ini sebagian besar digunakan untuk gaji tenaga pendidik dan pengadaan fasilitas dasar (World Bank, 2024). Meski penting, fokus ini belum sepenuhnya menyentuh kebutuhan inovasi pendidikan, seperti peningkatan kompetensi guru, digitalisasi, atau pembangunan infrastruktur di daerah terpencil. Kurangnya perencanaan strategis menyebabkan kesenjangan implementasi antara kota dan desa semakin nyata.

Di tingkat global, Indonesia juga menghadapi tantangan dalam mengejar ketertinggalan. Laporan PISA terakhir menunjukkan bahwa Indonesia berada di peringkat ke-72 dari 79 negara dalam kemampuan membaca, matematika, dan sains (OECD, 2024). Angka ini menjadi pengingat bahwa reformasi pendidikan tidak hanya soal anggaran, tetapi juga membutuhkan pendekatan yang holistik dan berkelanjutan.

Meski demikian, harapan tetap ada. Program-program berbasis masyarakat, seperti pendirian sekolah alternatif dan pelatihan informal, mulai menunjukkan hasil. Di beberapa daerah terpencil, komunitas lokal mendirikan perpustakaan sederhana, melatih guru secara mandiri, dan menciptakan program pembelajaran berbasis kearifan lokal. Upaya ini membuktikan bahwa perubahan tidak selalu membutuhkan anggaran besar, tetapi memerlukan komitmen yang kuat.

Melangkah Bersama Menuju Perubahan

Membangun pendidikan yang inklusif dan berkualitas membutuhkan sinergi dari semua pihak. Pemerintah perlu memastikan bahwa kebijakan yang dibuat benar-benar menyentuh kebutuhan masyarakat. Guru, sebagai garda terdepan pendidikan, harus didukung dengan pelatihan yang relevan dan insentif yang memadai. Masyarakat juga memiliki peran penting dalam menciptakan ekosistem pendidikan yang mendukung, mulai dari mendampingi anak-anak belajar hingga berkontribusi pada pembangunan fasilitas pendidikan.

Tahun 2025 harus menjadi titik balik. Luka-luka yang terjadi selama ini dapat menjadi pelajaran untuk memperbaiki sistem pendidikan ke depan. Tidak ada jalan pintas untuk memperbaiki pendidikan, tetapi dengan langkah-langkah kecil yang konsisten, kita dapat membangun generasi yang lebih kuat dan cerdas.

Sebagai bangsa, kita harus bertanya pada diri sendiri: Apa yang telah kita lakukan untuk pendidikan generasi mendatang? Pertanyaan ini bukan hanya untuk pemerintah, tetapi juga untuk setiap individu. Karena pada akhirnya, pendidikan bukanlah tanggung jawab satu pihak saja, melainkan tanggung jawab bersama.

Dengan langkah yang benar, kita bisa menjadikan tahun 2025 sebagai awal dari babak baru dalam sejarah pendidikan Indonesia---sebuah perjalanan yang tidak hanya menyembuhkan luka, tetapi juga menumbuhkan harapan baru.

Membangun Pendidikan yang Berdaya Saing Global


Visi pendidikan Indonesia menuju 2025 tidak hanya tentang memperbaiki luka di dalam negeri, tetapi juga memastikan generasi mudanya mampu bersaing di kancah global. Dunia terus berubah dengan cepat, didorong oleh teknologi, globalisasi, dan dinamika pasar kerja yang semakin kompleks. Dalam konteks ini, tantangan utama Indonesia adalah menyiapkan siswa yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki keterampilan abad ke-21, seperti berpikir kritis, kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi.

Namun, pertanyaannya adalah: Apakah sistem pendidikan kita siap untuk ini?

Saat ini, hanya segelintir sekolah di Indonesia yang telah menerapkan program-program berstandar internasional. Sebagian besar siswa masih terjebak dalam sistem pembelajaran yang berorientasi pada hafalan, bukan pemahaman. Padahal, laporan McKinsey menunjukkan bahwa 75% pekerjaan di masa depan akan membutuhkan keterampilan adaptif dan kemampuan problem-solving yang tinggi (McKinsey, 2024).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun