Mohon tunggu...
khusnul mubarok
khusnul mubarok Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Belajar sepanjang zaman

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Lika-Liku-Luka pendidikan 2024 menuju 2025

27 Desember 2024   11:09 Diperbarui: 27 Desember 2024   11:09 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pentingnya Pendidikan untuk Masa Depan (Sumber: https://perpustakaan-supmtegal.com/Sticky)

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa siswa di perkotaan memiliki skor rata-rata PISA 20 poin lebih tinggi dibandingkan siswa di pedesaan (BPS, 2024). Perbedaan ini tidak hanya disebabkan oleh kualitas infrastruktur, tetapi juga akses terhadap pelatihan guru, sumber belajar, dan perhatian kebijakan.

Di sebuah desa kecil, seorang siswa bercerita bahwa ia harus berjalan kaki lebih dari tiga kilometer setiap hari untuk pergi ke sekolah. "Kalau musim hujan, jalan jadi becek, kadang saya tidak bisa datang," katanya. Di sisi lain, seorang siswa di kota menikmati fasilitas antar-jemput dan ruang kelas ber-AC. Kedua siswa ini sama-sama memiliki potensi besar, tetapi kesenjangan kondisi membuat mereka tidak memulai dari garis yang sama.

Kesenjangan juga terlihat dalam hal kompetensi guru. Di kota besar, guru-guru memiliki akses lebih mudah ke pelatihan dan seminar. Sementara di daerah terpencil, banyak guru yang mengaku belum pernah mengikuti pelatihan selama bertahun-tahun. "Kami ingin belajar dan berkembang, tapi tidak ada kesempatan," ungkap seorang guru.

Selain itu, kesenjangan ini semakin diperparah oleh tantangan ekonomi. Banyak siswa di desa yang terpaksa membantu orang tua mereka bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Akibatnya, mereka sering absen dari sekolah atau datang dengan kondisi yang tidak optimal untuk belajar. Sebuah survei menunjukkan bahwa 60% siswa di daerah terpencil berasal dari keluarga yang penghasilannya berada di bawah garis kemiskinan (Kemendikbud, 2024).

Namun, meski menghadapi berbagai kesulitan, semangat anak-anak desa ini tidak pernah padam. Seorang siswa dengan penuh harapan berkata, "Saya ingin menjadi dokter. Saya ingin membantu orang-orang di desa saya." Ucapannya menggambarkan impian besar yang harus dihadapi dengan realitas yang keras.

Untuk menjembatani kesenjangan ini, perlu ada langkah nyata dari pemerintah dan masyarakat. Infrastruktur pendidikan di daerah terpencil harus menjadi prioritas. Selain itu, program beasiswa, pelatihan guru, dan dukungan komunitas dapat menjadi solusi untuk memberikan peluang yang lebih adil bagi semua siswa.

Kesenjangan pendidikan adalah cerminan dari ketimpangan sosial yang masih terjadi di Indonesia. Jika dibiarkan, ini tidak hanya akan merugikan individu, tetapi juga menghambat kemajuan bangsa. Untuk itu, perjuangan menuju pendidikan yang merata harus menjadi tanggung jawab bersama.

Harapan dari Para Penggerak Pendidikan

Di tengah segala keterbatasan dan tantangan, semangat para penggerak pendidikan tidak pernah padam. Guru-guru di pelosok negeri terus berjuang mendidik generasi muda meski dengan segala keterbatasan. Para siswa pun tetap antusias menuntut ilmu meski sering kali harus mengorbankan kenyamanan.

Seorang guru dengan penuh harap berkata, "Kami hanya ingin anak-anak ini punya masa depan yang lebih baik. Kalau kami diberi pelatihan dan fasilitas yang cukup, kami bisa mengajar dengan lebih baik." Di sisi lain, seorang siswa menyampaikan mimpinya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. "Saya ingin sekolah di kota besar supaya bisa belajar lebih banyak dan kembali membangun desa saya," katanya dengan penuh semangat.

Cerita-cerita ini menjadi pengingat bahwa di balik segala tantangan, masih ada asa yang membara. Guru-guru dan siswa ini adalah pahlawan pendidikan yang sesungguhnya, dan tugas kita adalah mendukung perjuangan mereka dengan sepenuh hati.

Perjuangan ini tidak akan mudah. Namun, jika semua pihak---pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha---bekerja bersama, pendidikan yang merata dan berkualitas bukanlah mimpi belaka. Semangat para penggerak pendidikan harus menjadi inspirasi untuk terus melangkah menuju masa depan yang lebih cerah.

Refleksi Menuju 2025

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun