Buka bersama alias bukber, merupakan momentum indah yang membahagiakan, apalagi jika bukber tersebut dilakukan dengan orang-orang tercinta, anak istri dan keluarga besar. Nah bagaimana dengan bukber bareng teman lama? Saya sih Yes! tapi, ada beberapa pertimbangan sebelum kita memutuskan bukber dengan teman lama.
Pada saat tertentu, adakalanya kita pun dihadapkan pada undangan buka bersama dari sahabat atau teman yang sudah lama tidak berjumpa. Bisa jadi karena dia lama merantau di negeri orang, lantas ingin menumpahkan kerinduan pada sahabat atau teman di masa muda.Â
Atau sebaliknya, kita yang sedang mudik dari perantauan, dan ingin bernostalgia di kampung halaman, hingga mengajak teman-teman kita semasa muda, baik teman sekolah maupun teman sepermainan, untuk buka bersama.Â
Jika niat kita baik, untuk menyambungkan tali silaturahmi yang telah lama tidak terjalin, sebetulnya sah-sah saja berbuka bersama teman lama kita. Namun, tentunya harus dipertimbangkan terlebih dahulu secara matang, karena tidak semua hal baik itu benar. Baik secara syariat, maupun secara etika sosial, mengingat kita sebagai orang yang sudah berumahtangga.Â
Ada hal-hal yang harus kita perhatikan jika ingin bukber bersama teman lama.Â
1. Seizin PasanganÂ
Jika teman lama kita adalah teman-teman yang sama jenis kelaminnya, resiko masalah yang timbul karena bukber, biasanya minim. Namun, itu pun tetap harus seizin pasangan kita. Bisa jadi karena keasyikan ngobrol dengan teman kita, setelah bukber kita malah lupa waktu, sehingga istri kita ngambek dan tidak mau membukakan kunci pintu, he-he.Â
Dalam hal ini, kenyamanan berumahtangga tetap harus dinomorsatukan. Untuk para suami, jangan takut dicap sebagai Susis (suami takut istri). Dan bagi para istri, ingatlah, ridho Allah ada pada ridho suami. Jika ingin bukber dengan teman-teman, harus seizin suami. Jangan mau pergi tanpa seizin suami.Â
2. Jika Teman Lama Beda Jenis Kelamin
Bukber teman lama, baik dalam kelompok kecil maupun rombongan, adakalanya terdiri dari teman laki-laki dan teman perempuan. Nah, hal yang harus diwaspadai dalam kasus ini adalah resiko timbulnya kecemburuan dari pasangan kita, maupun dari pasangan teman kita.Â
Untuk mengatasinya, ajaklah pasangan kita dan juga pasangan teman kita untuk  menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Tidak ada salahnya kita membawa anak-anak kita, untuk diperkenalkan kepada teman-teman serta anak istri mereka.Â
Dengan begini, keberkahan yang dibangun dari silaturahmi pun akan semakin banyak. Kita akan lebih memperluas jaringan pertemanan kita, tidak hanya sebatas pada teman kita, namun juga pada pasangan serta anak-anak mereka.Â
3. Jangan Sampai Ketinggalan Sholat MagribÂ
Saya pernah menyaksikan, di sebuah rumah makan, digelar acara buka bersama. Setelah makan, rombongan bukber tersebut tidak beranjak dari tempat duduk mereka, padahal waktu sholat magrib sudah habis.Â
Saat itu saya dan istri sedang makan di rumah makan itu, dan sholat magrib di mushola yang ada. Setelah selesai sholat magrib, saya lihat mereka masih asyik ngobrol dan tertawa cekikikan. Hal itu berlangsung hingga adzhan Isya pun berkumandang.Â
Jika kita merujuk pada sebuah hadits, yang mengatakan bahwa amalan pertama yang dihisab di hari akhir adalah sholat. Ketika sholatnya nol, sehebat apapun amal yang kita kerjakan, tidak akan berarti apa-apa.
Sayang sekali bukan? Capek-capek berpuasa, kemudian niat silaturahmi bukber bareng teman lama, tapi sampai meninggalkan sholat. Lucu sekali jika yang sunah dikerjakan, tapi yang wajib ditinggalkan. Bagaikan orang yang bergaya perlente memakai jas dan dasi, tapi tidak memakai celana sama sekali, he-he.Â
Dalam program bukber, tidak hanya konsep siapa yang  membayar bill, tapi harus ditentukan dulu siapa pemimpin yang bertanggungjawab mengatur pelaksanaan ibadah sholat.Â
Bila perlu, di acara bukber pun bisa diagendakan ceramah keagamaan singkat serta sholat tarawih bersama.Â
4. Bukber adalah Peluang Bersedekah
Buka bersama adalah peluang bersedekah bagi kita untuk mentraktir teman lama kita. Upayakan berlomba-lomba dalam kebaikan, mentraktir teman yang sedang berpuasa pun pahalanya sangat besar.Â
Sebuah hadits menyebutkan, pahala memberi makan orang yang berpuasa sama dengan pahala orang yang berpuasa, tanpa mengurangi pahala orang tersebut.Â
Tapi tentunya, hal itu tetap kondisional juga. Kita harus tetap menyesuaikan dengan situasi dompet kita juga. Jangan sampai, kita mentraktir teman-teman kita, tapi pas pulang ke rumah, kita kehabisan uang untuk beli bensin, tiba di rumah anak dan istri di rumah kehabisan makanan, he-he.
5. Â Optimalkan Obrolan yang Bermanfaat selama BukberÂ
Sebelum dan sesudah berbuka puasa, serta setelah sholat tentunya, manfaatkan waktu untuk mengobrol hal-hal positif dengan teman kita. Hindari ghibah. Sayang sekali jika kita lelah-lelah puasa, tapi saat berbuka sibuk dengan menceritakan kejelekan orang lain.
Saling berbagi pengalaman hidup, saling mendengarkan curhat, atau bercerita apapun yang sekiranya bermanfaat akan baik untuk jiwa kita. Bukan tidak mungkin, selama obrolan tersebut, adakalanya kita menemukan ide bisnis bersama, atau ada teman yang memberi kita proyek yang menguntungkan.Â
Ungkapkan syukur atas pertemuan dengan teman lama kita, jangan lupa untuk saling mendoakan yang baik-baik. Hiasilah pertemuan itu dengan saling menasehati untuk selalu berbuat baik, bersabar jika ada musibah, dan meningkatkan keimanan serta ketakwaan pada Allah SWT.Â
Karena sejatinya, seorang teman yang baik adalah teman yang selalu membawa kita pada kebaikan dan selalu mengingatkan kita untuk lebih  mendekatkan diri kita pada Sang Pencipta. Â
Baca juga :Â 5 Ide Bisnis yang Laris Manis di Bulan Ramadhan
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI