Sejak itu, Eli membuktikan kiprahnya di dunia jurnalistik. Beberapa pelatihan dia tempuh agar profesinya sebagai jurnalis benar-benar matang. Selama belasan tahun menjadi wartawan, kini kiprahnya di Ciamis sudah diakui. Kartu biru (kartu Pers anggota PWI) adalah bukti bahwa Eli Suherli, sang pemuda jalanan itu, kini telah bermetamorfosis menjadi seorang jurnalis profesional.Â
"Terus berjuang demi masa depan yang lebih bermakna bagi diri sendiri, keluarga dan orang lain," kata Welung mengungkapkan motto hidupnya.
Sahabat seperjuanganku ini kini telah memiliki sepasang anak. Putri usia 15 tahun (kelas 9 SMP), dan putra berusia 5 tahun.
"Alhamdulillah, dijalani dan disyukuri. Keluarga sehat, dan rezeki terbilang cukup," kata Welung, yang kini sudah lebih religius dan berhenti merokok.Â
Benar sekali kata seorang psikolog, bahwa bertemu sahabat lama bisa membuat kita awet muda. Malam ini, kami bertemu di sebuah kafe di Ciamis. Kebetulan saya sedang berlibur di tempat mertua, dan mengajak Eli untuk ngopi bareng. Bercerita segala hal. Tentang keluarga, tentang Harapan Rakyat, tentang Ciamis, dan tentunya tentang kisah masa lalu kami. Tentunya dibumbui tawa dan haru.Â
Sukses selalu sahabatku. Tetaplah menjadi pribadi yang rendah hati. Jadilah jurnalis profesional yang selalu menjunjung tinggi idealisme. Memegang teguh kode etik jurnalistik, dan mengedepankan kepentingan masyarakat di atas segalanya. Semoga panjang umur, dan sehat selalu. Terimakasih telah menemani, dan menjadi bagian dari serpihan cerita perjuanganku di kala muda.Â
Baca juga Artikel Utama karya Encang Zaenal Muarif : Batasan CGP Dihapus! Mari Hapus Pula Kasta Guru Senior dan Junior!Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H