Mohon tunggu...
Encang Zaenal Muarif
Encang Zaenal Muarif Mohon Tunggu... Guru - Guru, Penulis Lepas, Youtuber, Petani, Pebisnis Tanaman

Tak kenal maka tak sayang. Guru Bahasa Inggris di SMA Negeri 3 Banjar, Kota Banjar, Jawa Barat. Pemilik kanal YouTube Abah Alif TV dan Barokah Unik Farm. Mantan wartawan dan Redaktur Pelaksana SK Harapan Rakyat. Ketua Yayasan Al Muarif Mintarsyah sekaligus pendiri SMP Plus Darul Ihsan Sindangkasih. Kini aktif di PGRI dan diamanahi sebagai Ketua PGRI Cabang Kec. Banjar dan sekretaris YPLP PGRI Kota Banjar. Untuk menyalurkan hobi menulis, aktif menulis di berbagai media cetak dan media online. Karena seorang anak petani tulen, sangat suka bertani dan kini menjadi owner Toko Barokah Unik Tokopedia, yang menjual berbagai jenis bibit tanaman, di antaranya bibit kopi, alpukat dan lain sebagainya.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Sejuta Cerita di Yogyakarta

18 Februari 2024   11:36 Diperbarui: 18 Februari 2024   11:50 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri. Kepala SMAN 3 Banjar, Dr. Endang Mulyadi, didampingi para Wakasek, melepas kepulangan Mrs. Shellee di stasiun Kota Banjar. 

Setiap kali menginjakkan kaki di Yogyakarta, ingatan saya melayang ke moment puluhan tahun silam, saat masih berstatus mahasiswa. Bukan berarti saya berkuliah di Yogya, tapi saat saya aktif di pers mahasiswa di kampus Universitas Galuh Ciamis, saya pernah mengikuti Workshop Jurnalisme Advokasi selama dua pekan, yang digelar oleh Lembaga Pers Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 

Selama dua pekan itu, saya menjalin persahabatan yang erat dengan sesama aktivis pers kampus dari seluruh Indonesia. Teman sekelompok saya adalah Johan (UII), Lisis (UKSW), Ican (UIN Sunan Kalijaga), Ardiles dan Ola (USU Medan), serta Arif (IAIN Cirebon). 

Sayang sekali, saya kehilangan kontak mereka. Semoga mereka membaca artikel ini dan kembali menjalin silaturahmi. Masih melekat sekali dalam memori, dulu kami melakukan simulasi lapangan, menelusuri sengketa permasalahan hak kepemilikan tanah antara warga sekitar kampus UIN dengan pihak kesultanan.

Saya sebetulnya baru sadar sekarang, mungkin saja workshop tersebut ditunggangi oleh pihak-pihak tertentu yang memiliki kepentingan. Tapi sudahlah, itu adalah secuil masa lalu saya saja, yang masih berstatus mahasiswa polos dan mengikuti kegiatan workshop karena saking senangnya jurnalistik. 

Nostalgia kedua di Yogyakarta adalah saat kami mengikuti Diklat Prajabatan CPNS pada akhir tahun 2010. Saya beserta teman-teman kelas A, ditempatkan di Wisma PPSDM Kemendagri di Baciro. 

Setelah itu, tidak terhitung berapa kali saya mengunjungi Yogyakarta. Terutama setelah diangkat guru PNS di SMAN 3 Banjar sejak 2009, beberapa kali saya menjadi pembimbing studytour anak-anak kelas XI. Secara pribadi, saya pun pernah membawa anak istri, ibu saya dan ibu mertua berwisata ke Yogyakarta. 

Terakhir kali saya mengunjungi Yogyakarta, adalah bersama guru mitra saya dari Australia, Mrs. Shellee Nikoula dan rekan kerja Krisma Yuanti, S.Sos. 

Kepergian kami dari Kota Banjar ke Yogyakarta ini adalah untuk mengantar Mrs. Shellee pulang kembali ke negaranya setelah dua pekan tinggal di kota kami, untuk membantu mengajar Bahasa Inggris, jadi juri Speech Contest, serta mengobservasi proses pendidikan di kota Banjar.

Dokpri. Kepala SMAN 3 Banjar, Dr. Endang Mulyadi, didampingi para Wakasek, melepas kepulangan Mrs. Shellee di stasiun Kota Banjar. 
Dokpri. Kepala SMAN 3 Banjar, Dr. Endang Mulyadi, didampingi para Wakasek, melepas kepulangan Mrs. Shellee di stasiun Kota Banjar. 

Sewaktu muda, Mrs. Shellee pernah berkuliah di FISIPOL UGM. Jadi dia sudah tidak asing lagi dengan kota ini. Ketika datang dari Australia pun, Shellee naik pesawat Jakarta-Yogyakarta, menginap dulu di Yogyakarta semalam, kemudian untuk menuju Kota Banjar, dia naik Kereta Api jurusan Bandung. Saat itu, kami tidak menjemputnya ke Yogyakarta, tapi hanya menjemput di stasiun KA Kota Banjar. 

Berbeda saat kepulangan ke negaranya, Mrs. Shellee meminta kami untuk mengantarnya ke Yogyakarta. 

Dokpri. Krisma dan Shellee berfoto di depan kantor Gubernur DIY.
Dokpri. Krisma dan Shellee berfoto di depan kantor Gubernur DIY.

"Kalau kalian tidak keberatan, saya minta diantar saja ke Yogyakarta," katanya. Terlihat sekali raut kesedihan di wajahnya. Sedih karena harus berpisah. 

"Ya, tentu saja Bu Shellee. Dengan senang hati, kami akan antar Bu Shellee," kata Krisma Yuanti. 

Akhirnya, Kamis 30 November 2023, kami menaiki KA Eksekutif Argo Wilis. Perjalanan kereta yang begitu cepat, mengantarkan kami ke Yogyakarta kurang dari 3 jam. Tiba di hotel, Bu Shellee meminta kami menemaninya berjalan-jalan di Malioboro sekaligus membeli koper kecil untuk wadah oleh-oleh. 

Dokpri. Jalan-jalan sebelum berpisah. 
Dokpri. Jalan-jalan sebelum berpisah. 

Pagi kesokan harinya, Jumat, 1 Desember 2023, setelah sarapan, kami berpisah. Terlihat Mrs. Shellee dan Krisma Yuanti menitikkan air mata perpisahan saat berpelukan. Saya pun ikut terharu, namun apa boleh buat, life must go on. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun