Pemilu mendatangkan rezeki nomplok bagi beberapa kalangan pebisnis, dari mulai bisnis skala kecil hingga bisnis raksasa yang menggurita seperti halnya vendor penyedia perangkat Pemilu. Bisa dibayangkan berapa deretan angka nol dari proyek yang mereka dapatkan.
Namun, kali ini saya tidak akan bahas bisnis gedean, karena saya hanya orang kecil, pakai sarung juga masih kedodoran tidak ada yang pas, maka saya hanya mengulas pedagang kecil yang ikut kebagian rezeki saat Pemilu kemarin.Â
Namanya Jamal, pedagang bakso Malang, padahal aslinya bakso buatan Cisaga Ciamis.
Saat mengikuti pencoblosan di TPS-nya, dia membawa serta bakso malangnya ke TPS.
Istrinya mengikuti Jamal ke TPS dengan berjalan kaki. Tega banget ya Jamal, gerobak dinaikin ke motor, istri dibiarkan jalan kaki, he-he.
Ditemani istrinya, dia melayani pembeli yang ternyata sangat membludak. Rata-rata, pembeli membeli dengan harga Rp 10.000-an per mangkuk.Â
"Padahal sehari-hari, yang beli biasanya hanya Rp. 5.000 atau Rp 6.000. Ada juga yang 3.000, maklum lah kalau di kampung kan tidak seperti di kota yang pada banyak uang," kata Jamal.Â
Perbincangan kami di teras rumah saya, hanya obrolan santai saja saat saya dan istri jajan bakso ke Jamal.
Setelah semalaman begadang karena jadi anggota KPPS, kehadiran Jamal keliling di depan rumah adalah momen yang tepat untuk mengobati kepala puyeng.
"Terus, dapat uang berapa kemarin?" tanya saya penasaran.Â
"Justru itu pak, saya menyesal nggak bawa lebih banyak lagi. Pukul 10 sudah habis. Saya dapet sejuta seratus rupiah," katanya. Kok, sama persis dengan gaji anggota KPPS, batin saya.Â
"Mangkal di berapa TPS?" tanya saya kepo.
"Hanya di 1 TPS tempat saya nyoblos, pak. Tadinya saya pikir harus keliling di beberapa TPS, tahunya, di TPS saya saja sudah habis," ujarnya.
"Berapa jam jualan?" tanya saya menginterogasi layaknya BAP seorang polisi.Â
 "Hanya dua jam sudah habis pak. Untung istri membantu saya melayani pembeli, tangan saya nggak berhenti masukin bakso dan kuah ke mangkuk, he-he," katanya.
"Coba kalau bawanya lebih banyak ya, nongkrong di beberapa TPS, bisa dapet 10 juta," kata saya bercanda, sambil menyuapkan pangsit Malang yang kriuk-kriuk dan gurih. Mantap sekali bakso Malang ini.Â
"He-he, iya pak. Tapi patokan rezekinya sudah segitu sih," kata Jamal.
Rupanya dia tipe orang yang paham akan rahasia rezeki, yang datang dan pergi tanpa bisa dipaksa.
Manusia hanya wajib berusaha saja. Hasil dan tidak, urusan yang di atas.Â
Jamal ini mengingatkan saya kepada salah satu keponakan, yang namanya Jamal juga. Jamaludin Al Khotimi nama lengkapnya. Anak ke-6 dari 7 bersaudara kakak perempuan saya.
Jamaludin adalah seorang hafidz Qur'an dan kini sedang menempuh pendidikan di Aliyah Al Azhar, Mesir.
Ada kisah unik dengan Jamal keponakan saya ini, lain kali Insya Allah akan saya ceritakan.
Sekian dulu cerita tentang dua Jamal. Jamal yang 1 jualan bakso, dan Jamal yang satunya lagi sangat suka makan bakso. He-he.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H