Mohon tunggu...
Encang Zaenal Muarif
Encang Zaenal Muarif Mohon Tunggu... Guru - Guru, Penulis Lepas, Youtuber, Petani, Pebisnis Tanaman

Tak kenal maka tak sayang. Guru Bahasa Inggris di SMA Negeri 3 Banjar, Kota Banjar, Jawa Barat. Pemilik kanal YouTube Abah Alif TV dan Barokah Unik Farm. Mantan wartawan dan Redaktur Pelaksana SK Harapan Rakyat. Ketua Yayasan Al Muarif Mintarsyah sekaligus pendiri SMP Plus Darul Ihsan Sindangkasih. Kini aktif di PGRI dan diamanahi sebagai Ketua PGRI Cabang Kec. Banjar dan sekretaris YPLP PGRI Kota Banjar. Untuk menyalurkan hobi menulis, aktif menulis di berbagai media cetak dan media online. Karena seorang anak petani tulen, sangat suka bertani dan kini menjadi owner Toko Barokah Unik Tokopedia, yang menjual berbagai jenis bibit tanaman, di antaranya bibit kopi, alpukat dan lain sebagainya.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Suatu Senja di Perbatasan Jabar-Jateng

11 Februari 2024   06:19 Diperbarui: 11 Februari 2024   17:51 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri. Rekan guru Sosiologi, Krisma Yuanti, S.Sos berfoto bersama Mrs. Shellee. Kisah sejarah di balik tugu kujang. 

Jam pulang sekolah sudah tiba. Saya dan Krisma Yuanti, S.Sos, mengajak Mrs. Shellee untuk kulineran, makan nasi serta makanan tradisional yang ada di Kota Banjar. Kepala sekolah kami, Dr. Endang Mulyadi menyarankan agar membawa Mrs.  Shellee ke Bulak, area kuliner di kecamatan Langensari, untuk menikmati "tutut" alias keong sawah (Pila ampullacea) di sana. 

Singkat cerita, kami pun tiba di Bulak.   Makan di warung makan bambu bernama "Bale Talupuh", dikipasi semilir angin pinggir sawah, membuat kami terbebas dari rasa lelah. Sembari menunggu makanan selesai dimasak, kuseruput minunan favoritku, kopi hitam dikocek 17 kali, he-he. 

Namun, saat disuguhi "tutut", Mrs. Shellee malah nyengir dan sedikit bergidik he-he. Akhirnya dia memesan cobek belut dan nasi putih, memakannya dengan lahap. Mrs. Shellee menatap keheranan sembari tersenyum saat melihat saya dan Krisma makan tutut dengan nikmatnya. Ah dasar, bule memang tidak tahu berapa lezatnya tutut ini. 

Dokpri. Berfoto bersama setelah selesai makan tutut. 
Dokpri. Berfoto bersama setelah selesai makan tutut. 

Selesai makan, kami pun beranjak pergi, dan sebelumnya si pemilik warung makan "Bale Talupuh" dengan senang hati memfoto kami menggunakan HP saya. Dia pun menggunakan HP miliknya untuk memotret kami, mungkin akan dijadikannya sebagai kenang-kenangan serta promosi di medsos karena jarang-jarang ada bule yang makan di tempatnya. 

Tak seperti keberangkatan, pulangnya kukemudikan mobil dinas SMAN 3 Banjar melalui Langensari dan melintasi wilayah Jawa Tengah via jembatan yang menghubungkan Langensari dengan desa Madura Kecamatan Wanareja. Kuambil jalan berbeda dengan saat berangkat supaya tidak membuat jenuh dan menambah pengalaman untuk Mrs. Shellee. 

Memasuki jalan nasional sejauh beberapa kilometer, kami memasuki wilayah perbatasan Jabar Jateng yang menghubungkan Kecamatan Dayeuhluhur Cilacap, dengan Kecamatan Purwaharja Kota Banjar Patroman. 

Tempat ini sering kulalui, namun tak pernah sekalipun saya mampir untuk berfoto selfie. Tapi saat kami sedang menemani Mrs. Shellee, guru mitra kami dari Aussy ini, dia meminta saya meminggirkan mobil karena tertarik melihat patung Pangeran Diponegoro yang gagah perkasa di atas seekor kuda, serta patung harimau beserta prajurit Siliwangi di sebelah selatan jalan nasional, perbatasan Jawa Barat - Jawa Tengah. 

Dokpri. Mrs. Shellee dan Krisma Yuanti, sedang mengamati aksara kuno di tugu perbatasan Jabar - Jateng. 
Dokpri. Mrs. Shellee dan Krisma Yuanti, sedang mengamati aksara kuno di tugu perbatasan Jabar - Jateng. 

Tugu-tugu di sana dihiasi untaian kata mutiara berbahasa Sunda kuno, yang jika ditelisik maknanya, sungguh luar biasa mendalam. Pesan para leluhur kepada generasi penerusnya, untuk hidup mengikuti aturan, jangan menyakiti orang lain, mensyukuri segala nikmat yang diberikan Tuhan, serta selalu berbuat baik pada sesama. Berkali-kali Mrs. Shelle menanyakan makna kata-kata bijak yang maknanya kupahami dari terjemahan di bawah kata-kata mutiara Sunda kuno tersebut, he-he. 

Dokpri. Salah satu tugu di perbatasan Jabar - Jateng, di wilayah Randegan Kota Banjar. 
Dokpri. Salah satu tugu di perbatasan Jabar - Jateng, di wilayah Randegan Kota Banjar. 

Salah satu pesan leluhur Sunda tersebut adalah "aya ma nu ngeusi dayeuh iweu ulah batenga bisi kakereh" yang artinya generasi muda sebagai pengisi kota, jangan bersikap gegabah atau sewenang-wenang agar hidupnya tidak celaka. 

Dokpri. Amanat leluhur Sunda kepada anak muda penerus bangsa. 
Dokpri. Amanat leluhur Sunda kepada anak muda penerus bangsa. 

"Tigin kana jangji, bela kana lisan" mengandung makna bahwa seorang ksatria harus memegang teguh pada janjinya, dan kata-katanya harus bisaa dipegang agar hidup kita terhormat dan dihargai oleh orang lain. Sungguh sebuah kata bijak yang bermakna sangat dalam  yang ditanamkan oleh para pemimpin di masa silam. 

Kurang lebih setengah jam kami berada di area perbatasan antara Kecamatan Dayeuhluhur Kabupaten Cilacap dan berbatasan langsung dengan Kecamatan Purwaharja Kota Banjar Jawa Barat ini. 

Meski bukan area wisata yang ramai dikunjungi orang, namun menurut saya, tempat ini cocok dijadikan tempat istirahat bagi yang sedang berada di perjalanan lintas provinsi Jabar - Jateng. 

Dokpri. Rekan guru Sosiologi, Krisma Yuanti, S.Sos berfoto bersama Mrs. Shellee. Kisah sejarah di balik tugu kujang. 
Dokpri. Rekan guru Sosiologi, Krisma Yuanti, S.Sos berfoto bersama Mrs. Shellee. Kisah sejarah di balik tugu kujang. 

Berada di tugu perbatasan ini pun, ingatan kita akan melayang pada perjuangan pangeran Diponegoro, serta perjuangan prajurit Siliwangi dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. 

Mrs. Shellee mengatakan akan mengajak suaminya, Steve, yang merupakan seorang guru Sejarah, untuk datang ke tempat ini di pertengahan 2024. Orang bule memang sangat menghargai karya-karya bernilai sejarah, meskipun di mata kita rakyat Konoha, karya tersebut dianggap biasa saja. He-he. 

Sore hari itu pun kami kembali pulang ke Kota Banjar, mengantarkan Mrs. Shellee ke tempat menginapnya selama dua pekan di sebuah Guest House yang paling dekat dengan lokasi SMAN 3 Banjar. Bukannya kami tidak mau menampung beliau di rumah kami, namun kami minder, karena keadaan rumah yang kurang bonafid untuk ditinggali tamu dari luar negeri. He-he. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun