Bagi Anda yang sedang bepergian dari arah Bandung, Jakarta, Tasikmalaya atau dari manapun, menuju Semarang, Cilacap, Majenang, Banjar atau tujuan manapun, melintasi akses utama jalan nasional Ciamis, jangan lupa sempatkan mampir ke area wisata Karangkamulyan yang terletak di Desa Karangkamulyan Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis.Â
Situs Karangkamulyan ini cocok dijadikan tempat istirahat perjalanan Anda, karena area hutan lindung yang sangat rindang seluas 25 Ha ini memberikan nuansa adem, pepohonan berusia ratusan tahun yang membuat udara semakin sejuk, serta para pedagang yang menyediakan makanan dan minuman yang harganya murah.Â
Beberapa waktu lalu, kami mengunjungi Situs sejarah Kerajaan Galuh ini bersama Mrs. Shellee, guru mitra kami yang datang dari Australia dan menetap di Kota Banjar selama 2 minggu sebagai bagian dari kemitraan antar sekolah pada program BRIDGE.Â
Selama dua pekan di Kota Banjar, Bu Shellee kami ajak tour ke berbagai tempat, dan Insya Allah akan saya ceritakan satu persatu, masing-masing tempat satu artikel, he-he.Â
Objek utama peninggalan sejarah dari Situs Karangkamulyan, yang merupakan peninggalan Kerajaan Galuh terbagi menjadi sembilan situs yaitu Pangcalikan, Sanghiyang Bedil, Panyabungan Hayam, Lambang Peribadatan, Cikahuripan, Panyandaan, Pamangkonan, Makam Adipati Panaekan, dan Patimuan.
Jika Anda pernah mendengar atau membaca kisah Ciung Wanara, seorang anak raja yang dibuang di sungai, kemudian diselamatkan oleh Aki Balangantrang, maka di Situs Patimuan Karangkamulyan lah kisah itu bermula tempat ditemukannya bayi Ciung Wanara yang sengaja dibuang ibunya ke sungai, untuk menyelamatkannya dari upaya pembunuhan.
Sementara itu, situs Cikahuripan dipercaya oleh sebagian orang yang ingin mendapatkan kesuksesan, mencalonkan diri jadi pemimpin, atau hajat lainnya, untuk mandi di sumber air bernama Cikahuripan.Â
Menurut penuturan penjaga Cikahuripan, banyak pula bujang dan perawan tua yang mandi di sana, agar segera mendapatkan jodoh. Bagaimana, mau mencoba mandi di Cikahuripan? He..he.Â
Dengan tiket yang sangat murah, hanya Rp. 3500 saja, kita disuguhi pemandangan alam dan kisah sejarah yang sangat menarik.Â
Namun sangat disarankan untuk berhati-hati memegang bawaan kita karena banyak monyet yang kadang-kadang merebut apapun yang kita pegang. Mereka mencari makanan dari pengunjung dengan merebut apapun yang dibawa, kadang mencuri dari para pedagang.Â
Oh iya, area utama Karangkamulyan sekarang sudah dibangun oleh gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, sehingga tampilannya sangat indah, cocok sekali untuk dijadikan tempat syuting film-film kolosal, istana kerajaan tempo dulu.Â
Di situs ini pun ada Gong Perdamaian yang merupakan gong terbesar di dunia, dengan diameter 3,3 meter, terbuat dari perunggu dan plat besi. Gong ini dibunyikan setahun sekali, setiap tanggal 9 September.Â
Alasan penyimpanan Gong Perdamaian di Karangkamulyan, karena Kerajaan Galuh sejak dulu terkenal sebagai kerajaan yang cinta damai, dan memiliki pantangan untuk menyerang daerah lain.Â
Shelee Nikoula, guru mitra kami dari Canberra Australia, sangat senang berada di Situs Karangkamulyan. Pertengahan tahun 2024 ini, dia akan membawa suaminya, Steve  (seorang guru sejarah di SMP) ke situs ini.Â
"Suami saya pasti akan senang dibawa ke sini. As a history teacher, he will do a research here," kata Shelee sumringah.Â
Selama beberapa jam berada di Situs Karangkamulyan, saya merasa terbang ke dunia masa lalu. Masa di mana nenek moyang kita masih hidup dan mengembangkan peradaban masyarakat tatar Galuh, di mana sungai menjadi tempat transportasi utama yang menghubungkan sebuah kerajaan dengan kerajaan lainnya.Â
Kuda-kuda dan kereta kencana pun ikut melengkapi bayangan di kepala. Bagaimana orang-orang zaman dahulu bertahan hidup, merebut dan mempertahankan kekuasaan, serta bagaimana mereka melestarikan warisan budaya secara turun temurun.Â
Kisah Lutung Kasarung pun ada di Situs Karangkamulyan. Kerajaan Galuh, yang meninggalkan sejuta misteri dan kisah yang melegenda, takkan punah dilekang zaman, meski sistem pemerintahan saat ini sudah berubah.Â
Museum di Karangkamulyan bercerita segala hal, mulai dari perkakas yang digunakan, perabotan yang didatangkan dari China, dan prasasti zaman dulu yang masih terpelihara, semakin melengkapi kisah sejarah tatar Sunda.Â
Mohon maaf jika cerita ini tidak lengkap. Untuk lebih detail lagi, silahkan langsung datang ke Situs Karangkamulyan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H