Mohon tunggu...
Purnama Syaepurohman
Purnama Syaepurohman Mohon Tunggu... Dosen - Perjalanan menuju keabadian

Moderasi, Sustainability provocateur, open mind, Edukasi, Literasi Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Perjalanan Akademik Dosen

18 Desember 2024   11:10 Diperbarui: 18 Desember 2024   11:10 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perjalanan akademik adalah istilah yang ramai dibicarakan jika menghadiri acara Pengukuhan Guru Besar di perguruan tinggi. Perjalanan akademik seorang pengajar di perguruan tinggi akan mencapai puncaknya jika meraih gelar Guru Besar, atau sebagai Profesor. Perjalanan akademik senyatanya adalah perjalanan mencari ilmu dari jenjang dasar sampai tinggi. SD, SMP, SMA, S1, S2, lalu S3. Perjalanan akademik tidak berhenti sampai disitu. Bahkan seorang Profesor harus terus belajar, karena dunia terus berkembang, ilmu pengetahuan dan teknologi juga berkembang cepat. Jika tidak beradaptasi dengan kemajuan, maka seseorang akan obselete.

Publish or Perish. Publikasikan atau lenyap. Ada hubungan jargon tersebut dengan konsistensi keilmuan. Seseorang yang berilmu harus mempublikasikan karyanya, agar dapat bermanfaat bagi kemanusiaan yang lebih luas. Seorang Guru Besar ataupun Guru Kecil, harus memiliki bukti karya nyatanya yang bermanfaat bagi para murid/mahasiswanya. Itu akan menjadi amal jariyah, atau kebaikan yang terus mengalir pahalanya bagi sang Guru. Pengajaran yang baik. Baik secara langsung, ataupun melalui karya-karyanya. Menjadi Guru Besar adalah penting, untuk berbuat lebih banyak lagi di bidang keilmuannya, namun yang lebih penting lagi adalah beramal sholeh yang lebih banyak bagi kemanusiaan universal, dengan menggunakan kepakarannya tersebut, dalam mendukung pembangunan berkelanjutan, atau dalam bahasa lain, sebagai rahmat bagi sekalian alam.

Bagi kalangan dosen di Indonesia, harapan untuk mencapai Guru Besar tetap ada. Namun proses yang terjadi pada para politikus atau eksekutif elit nasional dalam mencapai gelar doktor ataupun mencapai Guru Besar dengan cara kilat, membuat pesimistis bagi yang sebenarnya berhak. Bagaimana bisa mereka meraih Guru Besar dengan kilat. Terjadi pada kalangan elit nasional, dan ada pula pada kalangan akademisi di Indonesia. Dengan modal uang dapat menembus gelar akademik Guru Besar, dengan bekerja sama dengan pihak-pihak tertentu seperti di bahas pada Majalah Tempo pada tempo hari. Menjadi kasus di Universitas Lambung Mangkurat yang melibatkan jurnal predator, asesor, dan calo. 

Maka tahniah diucapkan kepada para Guru Besar yang meraih pencapaian kepangkatan akademik dengan kerja keras secara mandiri, dengan tidak menumbalkan orang lain yang bekerja keras, dan menggunakan jalur-jalur resmi tanpa bekerja sama dengan oknum-oknum yang mencemarkan integritas akademik bangsa dan negara.

Di perguruan tinggi negeri dan swasta, terdapat Guru Besar-Guru Besar tanpa gelar. Mereka adalah dosen-dosen berkualitas dalam mengajar, meneliti, dan melaksanakan pengabdian kepada masyarakat, namun malas atau tidak mengurus kepangkatan akademiknya karena berbagai hal. Pada perguruan tinggi swasta, otak besarnya digunakan untuk mengurus hajat orang banyak, untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas organisasi yang dipimpinnya, sehingga tidak menjadi Guru Besar. Mereka mempunyai kapasitas dan kualitas akademik, mempunyai karya-karya ilmiah berkualitas, tapi tidak atau belum mempunyai kepangkatan akademik Guru Besar.

Integritas akademik seorang Guru Besar, dapat dilihat dari karya-karyanya saat akan mencapai Guru Besar, dan konsistensinya dalam berkarya setelah menjadi Guru Besar. Guru Besar yang baik adalah yang mempunyai kader-kader akademik yang berkembang bersama. Integritas adalah hal yang harus dijaga oleh sebuah lembaga pendidikan. Jika dia hilang, maka lembaga pendidikan terebut sudah kehilangan spiritnya. Kutipan yang menarik tentang integritas lembaga pendidikan digambarkan dengan indah pada adegan film Scent of a Woman oleh Alpacino yang memerankan seorang Jendral yang tuna netra, Slade, dalam membela tokoh siswa sekolah tersebut, Slimms, yang akan dikeluarkan dari sekolah.

Guru Besar itu membanggakan, ia mencapai puncak perjalanan akademiknya. Bisa dikatakan Guru Besar itu juga bodoh. Karena ia hanya pintar pada bidang yang ditekuninya. Maka terkadang Guru Besar juga bisa didebat, karena kualitas yang ia miliki hanya pada bidang ilmunya. Guru Besar bidang Manajemen Pendidikan, pasti tidak akan menjadi pakar pada Kedokteran. Guru Besar yang rendah hati, mengakui kelemahannya pada bidang tertentu, dan dengan usia pangkat emeritus, dengan senang hati masih membimbing mahasiswa jenjang magister, merupakan bukti bahwa kepakarannya melekat pada bidangnya, dan beliau dianugrahi umur yang panjang dan tetap berkiprah di dunia pendidikan. Masyarakat harus di edukasi, di atas langit ada langit, dan ada multiverses di dunia akademik.

Dosen adalah penjaga moral, penjaga gerbang akademik dengan kebebasan akademiknya. Oleh karena itu, sangat penting untuk menjaga mutu Guru Besar di perguruan tinggi. Sekedar berseloroh disebut di kalangan dosen: "Kalau masih pangkat akademik Lektor atau belum Doktor, berkata benar saja masih dipertanyakan. Tetapi jika sudah doktor atau menjadi Guru Besar, berbohong saja orang akan percaya, apalagi berkata benar". Perjalanan akademik menuju doktoral adalah batu pijakan nyata untuk mencapai Guru Besar. Seseorang dengan gelar doktor telah melalui proses akademik yang panjang dan berliku untuk meraih gelar tersebut. Beriringan dengan perjalanan-perjalanan lainnya pada hidupnya.

Perjalanan akademik tentunya berjalan seiring dengan perjalanan-perjalanan hidup manusia lainnya. Sebagai makhluk multi dimensional, maka manusia mempunyai perjalanan lainnya, selain perjalanan dengan kedua kakinya. Perjalanan romantika hidup dalam mencari pasangan, kemudian berkeluarga dengan berbagai permasalahannya; perjalanan berorganisasi di dalam lembaga pendidikan, di masyarakat, pada tingkat nasional maupun internasional; perjalanan hijrah atau diaspora dari tanah kelahirannya ke kota atau desa lainnya di pulau yang sama, luar pulau, bahkan ke negara-negara asing yang tak terbayangkan sebelumnya; perjalanan berteman dengan teman di pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi, di organisasi, di luar organisasi, dengan masyarakat bertetangga, maupun dengan teman yang berbeda kewarganegaraan; juga perjalanan berjejaring membentuk modal sosial yang mengembangkan diri dan lembaga tempat bekerja, dengan berbagai koneksi secara individu maupun organisasi di dalam dan luar negeri. Serta perjalanan-pejalanan lainnya yang setiap individu pasti akan berbeda-beda.

Seorang dosen mengangankan perjalanan akademiknya sampai ke derajat Guru Besar. Perjalanan hidupnya akan memberikan peluang atau hambatan untuk mencapai tingkatan tersebut, karena berkelindan dengan perjalanan-perjalanan lainnya. Perjalanan perekonomian keluarga yang berkorelasi dengan biaya pendidikan anak misalnya, membuat fokus pada perjalanan akademik menjadi terhambat atau melambat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun