Mohon tunggu...
Giwangkara7
Giwangkara7 Mohon Tunggu... Dosen - Perjalanan menuju keabadian

Moderasi, sustainability provocateur, open mind,

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengejar Profesor

20 Mei 2024   21:36 Diperbarui: 20 Mei 2024   22:16 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada satu sisi, pemerintah sudah membuka keran agar jumlah dokter spesialis meningkat. Pendidikan Dokter Spesialis berubah dari berbasis perguruan tinggi menjadi berbasis rumah sakit. Dengan demikian potensi untuk penambahan kuantitas dokter spesialis juga bertambah. 

Sudah menjadi rahasia umum bahwa pendidikan dokter di Indonesia sangat mahal, ditambah dengan munculnya fenomena senioritas yang pada hakikatnya menjadi pintu bagi Tindakan kekerasan di dunia pendidikan berupa perundungan bagi mahasiswa junior oleh seniornya. Iklim ilmiah yang baik, mendorong pencapaian guru besar yang wajar dan dapat dipertanggungjawabkan.

Modal. Untuk meraih ambisi, diperlukan modal. Tidak  semua orang memiliki modal untuk memperoleh gelar guru besar. Prioritas bisa berbeda. Prioritas pada anak, keluarga, dan lainnya bisa menurunkan ambisi meraih guru besar. Tetapi bisa juga karena ada konsekwensi finansial, maka ambisi guru besar semakin kuat. Modal intelektual penting, selain itu juga modal jejaring dan juga kemampuan teknis dalam penelitian dan berbagai proses di sekelilingnya.

Tridharma Perguruan Tinggi. Inti dari perguruan tinggi. Untuk menjadi Profesor, seseorang harus mengajar, meneliti, dan melakukan pengabdian kepada masyarakat. Poin yang pertama mudah, tetapi bagi beberapa orang akan sulit, jika program studi tempat bernaung memiliki kelebihan jumlah dosen. Penelitian juga bukan hal yang disukai oleh sebagian dosen. Mereka lebih menikmati proses pembelajaran daripada penelitian. Padahal penelitian adalah pembeda dosen dengan guru. Bahkan saat ini guru juga sudah didorong untuk melakukan penelitian .

Jenjang karir. Setiap orang bisa menjadi Guru Besar. Jenjang dimulai dari Dosen tanpa jenjang, namanya masih Tenaga Kependidikan. Karir pertama diperoleh dengan meraih Asisten Ahli. Dua tahun kemudian bisa meraih Lektor. Dua tahun selanjutnya Lektor Kepala. Dua tahun setelah itu mengajukan jadi Profesor. Ini paling cepat secara teori. Namun pada praktiknya setiap dosen memiliki pengalaman berbeda-beda. Sangat individual. Ada dosen yang memerlukan waktu 4 tahun menuju Asisten Ahli. 

Dari situ, menggapai Lektor dengan menempuh waktu 11 tahun. Karena dosen itu memiliki kesibukan sebagai pejabat struktural tertentu. Bahkan beberapa dosen, yang memiliki kelebihan finansial tertentu, tidak berminat sama sekali untuk menjadi Guru Besar. Ia lebih menikmati predikat dosen dengan cukup mengajar di depan mahasiswa. Tentu saja bagi perguruan tinggi hal ini dapat merugikan. 

Oleh karena itu perlu dikembangkan sistem yang mendorong dosen agar semangat untuk mencapai gelar guru besar. Misalnya ada insentif atau tunjangan berupa fulus bagi Profesor, selain yang diberikan oleh pemerintah.

Tujuan menghalalkan segala cara. The end justifies the means. Demikian dipelajari dari prinsip Machiavelli. Dogma tersebut tampaknya tidak semua orang sepakat. Karena bagi yang berpatokan pada etika, cara adalah penting. 

Meraih tujuan harus dengan cara-cara yang beretika. Jika cara yang ada tidak beretika, maka perlu untuk menahan diri untuk mencapai tujuan tersebut. Setiap manusia mempunyai pedoman tertentu dalam mencapai tujuan tertentu. Pedoman itulah yang dilaksanakan dalam bentuk tindakan-tindakan. Pedoman umat Islam adalah ajaran Islam. Islam tidak mengajarkan Machiavellisme. Islam mengajarkan manusia untuk berambisi dalam menggapai ridha Allah. 

Bukan menjadi kaya saja, tetapi yang paling penting adalah bagaimana mengelola kekayaannya sesuai dengan kaidah islami. Menjadi profesor adalah penting, namun yang lebih penting lagi adalah bagaimana dengan jabatannya tersebut dapat memberi manfaat bagi masyarakat yang lebih luas. Seorang di dunia pendidikan pernah berkata bahwa, kesuksesan seorang profesor adalah ketika ia mengkader lahirnya profesor-profesor muda dari hasil didikannya. 

Seperti pada proses Dokter Spesialis. Dokter Spesialis yang berhasil adalah dokter spesialis yang bisa mengkader dokter-dokter spesialis baru yang bahkan lebih ahli daripada dia sendiri. Hal ini tampaknya belum banyak dilakukan oleh para Profesor di Indonesia. Mereka lebih sibuk dengan diri sendiri daripada transfer keprofesoran bagi dosen-dosen muda potensial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun