Mohon tunggu...
Giwangkara7
Giwangkara7 Mohon Tunggu... Dosen - Perjalanan menuju keabadian

Moderasi, sustainability provocateur, open mind,

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menjaga Marwah Lembaga Pendidikan

18 Mei 2024   14:27 Diperbarui: 18 Mei 2024   14:42 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: dokumentasi FKIP UHAMKA (www.fkip.uhamka.ac.id)

Lembaga pendidikan adalah lembaga yang berperan penting dalam perkembangan peserta didik pada berbagai jenjang. Pada perkembangannya, lembaga pendidikan tidak melulu memperhatikan kemahiran akademik semata. Tetapi juga bidang-bidang lainnya yang menjadi bukti bahwa kecerdasan berganda sudah menjadi fokus bagi perkembangan sumber daya insani. Perguruan tinggi dan sekolah mempunyai tugas sebagai penjaga marwah akademik dan non akademik bagi para peserta didik yang dibinanya. Menteri Mas Nadim dengan Kurikulum Merdeka-nya, menyatakan bahwa adalah non sense jika meminta semua anak pintar di semua bidang studi. 

Para atlet nasional diberikan ruang untuk meraih gelar akademik di perguruan tinggi. Dengan ijasah tersebut, maka akan lebih terbuka beberapa peluang untuk berkarir setelah karir keatletannya berakhir. Pada kehebohan Piala Asia, muncul atlet-atlet yang juga mahasiswa dari Perguruan Tinggi Muhammadiyah, menambah semarak bagi pemberitaan sepakbola nasional.

Meskipun demikian, keakademikan pada perguruan tinggi, masih menjadi prioritas utama. Penulisan tugas akhir berupa skripsi masih menjadi hal yang penting. Perkembangan terbaru meminta mahasiswa menulis karya ilmiah yang terpublikasikan pada jurnal ilmiah terakreditasi nasional atau jurnal internasional. Berkembangnya teknologi memudahkan manusia bekerja, dan menyebabkan melimpahnya data dan informasi. Hal ini akan lebih memudahkan bagi penyusunan karya ilmiah. Namun perlu kecerdasan dalam meramu dan membuat ikhtisar, tidak sekedar mengambil dan menempel di karya ilmiah milik sendiri. Inilah kerja-kerja ilmiah yang butuh pola berfikir deduktif, induktif, maupun konvergensi. Buku Panduan Penulisan Skripsi di jenjang sarjana, perlu diperbaharui, dengan keleluasaan untuk mengutip berbagai sumber yang tidak terpikirkan sebelumnya. Seperti mengutip dari video, mengutip dari media sosial, bahkan mengutip dari sejenis ChatGPT. Pada aspek ini, beberapa jurnal masih berdebat tentang keabsahan pengutipan menggunakan kecerdasan buatan.

Salah tulis, salah kutip, mengutip tanpa menyampaikan sumber, plagiasi, penulisan huruf kapital, dan sebagainya adalah masalah akademik tingkat rendah, yang tidak bisa dianggap rendahan. Dosen pembimbing harus pintar dan tekun dalam permasalahan ini. Jika tidak, maka mahasiswa tidak belajar bahwa hal itu adalah tidak benar. Dan jika dia melanjutkan ke jenjang lebih lanjut, maka akan ber akumulasi kesalahannya. Dunia akademik mengenal APA (American Psychology Association) sebagai salah satu teknik pengutipan, selain teknik-teknik lainnya. Selain itu muncul juga alat semacam Mandeley, yang memudahkan dalam meramu dan mengumpulkan referensi. Jika guru atau dosen dari Generasi Baby Boomer, atau Generasi X, bahkan Generasi Y ataupun Milenial, jika tidak mau belajar (lagi), maka ia akan ketinggalan.

Para pimpinan perguruan tinggi juga memberikan beberapa opsi selain skripsi atau publikasi jurnal. Misalnya topping off, atau membuat karya nyata yang berdampak bagi masyarakat luas, atau berdampak keilmuan. Sesuai dengan jurusannya, setiap program studi bisa membuat tugas akhir yang disepakati secara ilmiah.

Masyarakat ilmiah dibuat terkaget-kaget dengan munculnya teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence). Open AI, ChatGPT, Copilot, Bing dan sebagainya sudah menjadi pembicaraan publik. Turunan dari teknologi ini, adalah munculnya kemudahan-kemudahan dalam membuat segala sesuatu, dengan berkembangnya kecerdasan buatan generatif. Seseorang bisa membuat skripsi dalam hitungan menit, dengan manfaatkan data besar (big data). JIka kita ingin menggambar sesuatu, saat ini tinggal mendeskripsikan gambar apa yang ingin kita buat dengan bing image creator. Kemudian, wajah gambar yang kita buat dapat kita ganti dengan menggunakan aplikasi AI Face Swap.

Saat ini, dosen yang memiliki akun tiktok, instagram, Facebook, ataupun X (Twitter) pasti sudah familiar dengan penjaja jasa akademik, yang akan memudahkan mahasiswa atau dosen dalam melaksanakan kegiatan akademik mereka. Kemudahan membuat jurnal, skripsi, tesis, bahkan disertasi. Yang konyolnya disertai keyword, walaupun kita tidak paham keilmuan nya hadeeeh.... Dosen tahun 2024 harus rajin mengintip Tiktok dan sebagainya, agar tidak dijahili mahasiswa saat bimbingan skripsi.

Namun inilah realita yang sebenarnya. Jika dosen atau guru tidak memiliki akun media sosial seperti diatas, maka bisa jadi akan mudah terpedaya oleh mahasiswa atau muridnya. Memuji mereka atas pencapaian nya, padahal kalau ditanya secara lisan, mereka sungguh tidak memahami apa yang mereka sampaikan.

Maka dengan demikian pertemuan tatap muka masih penting. Menjadi cara untuk transfer nilai-nilai akademik yang sakral dan patut dipertahankan. Kejujuran, kuriositas, daya nalar, perdebatan.

Integritas dosen dan guru perlu dijaga. Menjadi guru atau dosen adalah pekerjaan mulia. Meskipun tidak berkorelasi dengan penghasilan tinggi (di Indonesia). Godaan untuk mendapatkan gelar akademik tinggi bisa mendorong para dosen menghalalkan segala cara. Ketua Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah III Daerah Khusus Jakarta, Prof. Toni Toharudin menyampaikan bahwa iklim kepemimpinan intelektual perlu dipelihara agar berada pada ekosistem yang baik. Demikian salah satu poin sambutan pada Pengukuhan Guru Besar Prof Bunyamin di Aula AR Fachrudin FEB Uhamka Jakarta, pada Sabtu, 18 Mei 2024. Pengukuhan dilaksanakan dengan Sidang Senat Terbuka yang dihadiri oleh Senat Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka dan tamu undangan. Dihadiri juga oleh perwakilan dari Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Daerah Khusus Jakarta, Majelis Pendidikan Tinggi, Penelitian, dan Pengembangan Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Ketua Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah III Jakarta, serta tamu undangan lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun