Mohon tunggu...
Giwangkara7
Giwangkara7 Mohon Tunggu... Dosen - Perjalanan menuju keabadian

Moderasi, sustainability provocateur, open mind,

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Hamka Menonton Hamka

16 April 2023   18:49 Diperbarui: 16 April 2023   18:57 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang akademisi negeri jiran, meneliti Hamka dengan sangat komprehensif, dia menyimpulkan bahwa Islam yang dibawakan oleh Hamka adalah Kosmopolitan, demikian menurut Khairudin Aljuneid, seperti dalam bukunya yang diterbitkan oleh Penerbit Suara Muhammadiyah yang berjudul: Hamka dan Islam: Reformasi Kosmopolitan di Dunia Melayu. 

Dunia Melayu disebutkan karena pengaruh Hamka melintasi batas-batas negara. Muslim Melayu serumpun dari negara-negara tetangga membaca karya-karya Hamka. Profesor Khairudin Aljuneid (Syed Muhammad Khairudin Aljuneid) adalah warga negara Singapura pernah sebagai Associate Professor di Fakultas Seni dan Ilmu Sosial di National University of Singapore. Sekarang menjabat Profesor Academy of Brunei Studies di Universiti Brunei Darussalam. 

Kosmopolitan merujuk kepada sikap atau sifat yang global, luas, atau universal. Seseorang yang bersikap cosmopolitan cenderung terbuka terhadap berbagai budaya, pemikiran, dan pandangan dunia yang beragam. Mereka menghargai keberagaman dan berinteraksi dengan orang dari berbagai latar belakang budaya dengan rasa toleransi dan penghargaan. 

Dalam hidupnya Hamka bergaul dengan orang dari berbagai latar belakang, serta berprofesi sebagai sastrawan serta ulama Islam yang berpengaruh pada jamannya. Pernah dipenjara oleh rezim pemerintah saat itu, karena permasalahan politik saat itu.

Hari ini, Sabtu, 15 April 2023, sejumlah 75 sivitas akademika dari Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (disingkat Uhamka), berkesempatan untuk menjadi penonton pertama peluncuran film Buya Hamka Volume 1. Gala Premiere. Hal ini tentu tidak boleh disia-siakan. Karena perguruan tinggi kami ini menyandang nama besar Hamka. 

Profesor Doktor Hamka. Seseorang yang karena kapasitas keilmuannya mendapatkan gelar Doktor dan Professor secara honoris causa, dan tidak ada seorang-pun yang akan mempermasalahkannya. 

Ketika berada dalam tahanan Orde Lama, Buya Hamka malah menghasilkan Tafsir Al Azhar. Seseorang yang memiliki bakat dan kedalaman ilmu dan sastra yang sangat mumpuni, menjadi teladan sampai kini.  Acara dilaksanakan di Epicentrum XXI di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan. Undangan untuk kegiatan ini adalah keluarga besar Muhammadiyah di Jakarta, serta keluarga besar organisasi Majelis Ulama Indonesia.

Keterkaitan Uhamka dengan keluarga Buya Hamka antara lain adalah, salah satu putrinya merupakan Guru Besar (Profesor) di Uhamka di bidang Ilmu Pendidikan yang pernah menjadi ketua Pusat Studi Buya Hamka di Uhamka.  

Aktif di organisasi dan pemerintahan serta juga dosen di Universitas Al Azhar Indonesia. Suaminya, juga merupakan Guru Besar di Uhamka. Prof. Dr. Sofyan Saad. Saat ini di Pusat Studi Buya Hamka, terdapat Drs. Afif Hamka, salah seorang dari 12 putra dan putri Haji Abdul Malik Karim Amrullah ke 9 yang saat ini berusia 71 tahun. 

Hamka adalah putra Minangkabau, dalam alma mater Uhamka terdapat dosen-dosen dan staf-staf serta mahasiswa yang memiliki suku yang sama. Walaupun demikian, Uhamka sebagai amal usaha Muhammadiyah merupakan wadah bagi semua suku bangsa, dan tidak mengutamakan suku tertentu, walaupun Hamka berasal dari ranah Minang. 

Semisal, saat ini Rektor Uhamka berasal dari Kediri, Jawa Timur. Wakil Rektor I berasal dari Jawa Tengah, Wakil Rektor II dari suku Lampung, Wakil Rektor III dari suku Sunda, dan Wakil Rektor IV berasal dari Sumatera Utara.

Pengenalan awal film Buya Hamka sebenarnya sudah dilakukan di Uhamka pada sela-sela acara Pengajian Ramadhan Pimpinan Pusat Muhammadiyah, yang diadakan di Uhamka pada Ramadan 1444 H. 

Pada saat itu hadir Vino G. Bastian, pemeran utama; Fajar Bustomi, Sutradara; aktor senior Donny Damara dan kru lainnya. Fajar Bustomi bercerita begitu Panjangnya proses dari mandat diterima sampai akhirnya siap diluncurkan. 

Hal lainnya adalah "keasyikan" dalam menggambarkan Buya Hamka dalam sebuah sinema, sehingga total filmnya tujuh jam lebih. Akhirnya diputuskan menjadi 3 bagian (volume).  Hamka merupakan magnet bagi kaum muda sekarang. Ada beberapa novel biografi Hamka yang disusun oleh pengarang kondang di Indonesia.

Vino di UHAMKA (dok. pribadi)
Vino di UHAMKA (dok. pribadi)

Hal menarik lainnya adalah dari cerita Vino G. Bastian. Ibunya adalah seorang mualaf, yang ternyata dibimbing keislamannya oleh Buya Hamka. Sehingga ada panggilan untuk berakting dengan sebaik-baiknya. 

Selain itu, yang membuat bangga Vino adalah, ternyata Buya Hamka juga membaca cerita Pendekar 212 Wiro Sableng, yang merupakan karya dari ayah Vino, Bastian Tito. 

Ketika berkunjung ke kediaman Buya Hamka, terdapat buku-buku novel cerita silat tersebut. Fajar Bustomi lain lagi, ia bercerita tentang pesan ibunya, agar membuat film di Sumatera Barat. Karena daerah ini -- kampung halaman orang tuanya -- juga indah, tidak kalah dibandingkan dengan Beijing (Kukejar Cinta ke Negeri Cina).

Uhamka sebagai representasi Hamka, Hamka sebagai Hamka, berusaha keras untuk berprestasi dengan terus mengembangkan diri sebagai pendidikan tinggi. Berasal dari pendidikan tinggi khusus yang mendidik calon guru, kemudian membuka fakultas-fakultas baru. Setelah itu merangkak memperbaiki diri, sampai akhirnya sekarang mengungguli perguruan tinggi yang menjadi induk semangnya, Universitas Muhammadiyah Jakarta. 

Menjadi perguruan tinggi terakreditasi UNGGUL. Merangkak dari seseorang di daerah Maninjau, menjadi tokoh ulama plus sastrawan dengan wawasan keislaman kosmopolitan. 

Namun kebesaran Hamka juga merupakan buah dari pergulatan pemikiran dan pergerakan Islam modern yang dikembangkan oleh tokoh-tokoh Sumatera Barat yang antara lain adalah HAKA, Haji Abdul Karim Amrullah, Ayahnya Hamka, yang mendirikan Sumatera Thawalib di Padang Panjang. 

Menurut penuturan sejarah, Imam Zarkasyi, pendiri Pondok Modern Gontor, pernah nyantri di madrasah ini, sebelum mengembangkan Gontor Baru yang sampai sekarang berkembang pesat dan menjadi kiblat bagi pesantren modern di Indonesia.

Suasana road show film Buya Hamka yang dihadiri oleh Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Prof. Abdul Mu'ti, Keluarga Hamka, Sutradara Fajar Bustomi, Pemeran Utama Vino G. Bastian dan kru lainnya (dok. pribadi)
Suasana road show film Buya Hamka yang dihadiri oleh Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Prof. Abdul Mu'ti, Keluarga Hamka, Sutradara Fajar Bustomi, Pemeran Utama Vino G. Bastian dan kru lainnya (dok. pribadi)

Kehamkaan bagi Uhamka adalah nilai-nilai yang dapat diteladani dari Buya Hamka seperti berikut:

  • Keislaman kosmopolitan yang menghargai perbedaan. Menjadi umat Islam yang terbuka dalam bergaul dengan berbagai kalangan, sambil tetap memegang teguh keberislaman yang berkemajuan dan berkemurnian seperti jargon Muhammadiyah, karena Buya Hamka adalah salah satu tokoh Muhammadiyah.
  • Belajar sampai menjadi ahlinya, profesional dalam profesi apapun. Menjadi Profesor dan Doktor dibuktikan dengan karya yang diakui kualitasnya. Dikisahkan bagaimana saat menjadi Pemimpin Pedoman Masyarakat, Hamka sengaja tidak pulang walaupun anak kandungnya meninggal dunia, untuk mengawal penerbitan sampai ke percetakan surat kabar atau majalah tersebut.
  • Keseimbangan seni dan akal. Menjadi ulama sekaligus sastrawan/seniman. Dalam konteks Uhamka, memberikan ruang pengembangan potensi akademik dan non akademik yang optimal bagi dosen, staf dan mahasiswa Uhamka. Berdakwah dengan menggunakan media yang sesuai dengan jamannya.

Selain itu masih banyak Mutiara hikmah yang terkandung pada film ini, sebagaimana terungkap pada buku-buku karangan Hamka, yang mana dikumpulkan dalam Ensiklopedia Buya Hamka, oleh Uhamka.

Pada volume 1, diceritakan tentang perjuangan Hamka dalam mengembangkan organisasi Muhammadiyah di Sulawesi Selatan pada tahun 1933. Kemudian hijrah ke Medan memimpin Pedoman Masyarakat. 

Walaupun banyak menggunakan Bahasa Minang, namun dialog dalam film ini cukup mudah dipahami. Penonton diaduk-aduk emosinya saat ada peristiwa-peristiwa yang menggambarkan lembaran kedukaan pada keluarga Hamka, serta sedikit sentilan Ketika seorang Bapak menawarkan anaknya untuk menjadi istri kedua sang Ulama Pujangga Besar ini.

Biografi Hamka adalah tentang pribadi yang lurus, no hard feeling. Di penjara oleh rejim Orde Lama, walaupun dia memiliki hubungan baik dengan Bung Karno, seperti digambarkan di film volume 1 ini. Pada masa itu juga, terdapat polemik yang cukup panas dengan seniman yang beraliran lain, yaitu Pramudia Ananta Toer. Tetapi ketika Pram akan menikahkan anaknya, maka anaknya itu diminta oleh Pram untuk membimbing calon menantunya untuk berislam kepada Buya Hamka. 

Sudah selayaknya warga Muhammadiyah, daan juga bangsa Indonesia, memiliki karakter yang seperti itu. Mengedepankan akhlak dalam berorganisasi dan kehidupan sehari-hari. Tidak menggunakan cara-cara yang menyimpang dari kaidah, nilai, norma maupun etika keberislaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun