Pada gelaran Olimpiade, Indonesia selalu mengandalkan cabang olahraga bulutangkis, pun pada olimpiade Tokyo kali ini. Mengingat olahraga ini, saya juga pernah menulis beberapa pandangan yang kala itu tengah heboh berita tentang olahraga ini. Yakni KPAI vs PB Djarum tapi -itu tadi- tulisannya hanya tersimpan didraft penyimpanan. Memang, masalah telah usai.Â
Tulisan ini kembali kucuatkan hanya sekedar mengingat-ingat bahwa dulu pernah terjadi kehebohan yang demikian. Plis jangan ada lagi. Cukup kala itu saja. Doa kami, Indonesia mampu meraup medali emas sebanyak-banyaknya di cabang olahraga kegemaran saya, badminton!Â
Selamat membaca... Jangan marah-marah ya! Terimaksih Kompasiana.
-----
PEMBERITAAN tentang polemik PB Djarum vs KPAI mengakibatkan ndas ngelu. Buka sosial media, televisi dan online isinya tentang mereka semua. Mbok yao lah diselingi berita Disk Joke (DJ) vs Youtuber yang lagi ramai gitu, biar ada seger-segere. Heee  Â
Mencuatnya polemik ini mengingatkanku tentang olahraga bulu tangkis itu sendiri. Saya, mantan atlet bulutangkis di sekolah menengah pertama tahun 98 lampau. Sering bertanding, kadang kalah dan menang. Pernah dipermalukan ketika berlaga antar kelas, dibabat habis dengan skor telak 0-15 (perhitungan sebelum sistem rally). Malunya itu loh.. Wes ra ketulungan. Guru yang kebetulan menonton ketawa mengejek.Â
Gegara kejadian itu, usai terbantai saya trauma. Hingga kini ogah ikut pertandingan meskipun cuma antar RT atau RW pas 17-an. Kapokmu kapan! Tapi kalau sekedar cari keringat masih saya ladeni, buktinya teman saya yang kemlinti sering tak babat habis, ya walaupun tidak mencolok skornya. Â Â
Sekarang sudah jarang bermain bulutangkis, kebelet kerjaan dan punya cindel. Tapi track record masih bisa jumawa, saya masih dianggap sebagai warga yang pintar bulutangkis. Setiap kali bertemu kakak sepupu, selalu diajak bermain. Salah satu alasannya tentu saya senior ditingkat RT. Â Â
Semenjak pemerintahan Jokowi yang jor-joran dengan program satu miliar satu desa, dampak luar biasa terjadi pada fasilitas lapangan bulutangkis yang semakin bagus saja. Dulu bermainnya di halaman depan rumah, garis lapangan memakai tali plastik dan net seadanya. Â Â
Kini, kami yang tinggal di tanah transmigrasi dengan segala keterbatasannya, bantuan pemerintah betul-betul membantu -bukan aliran cebong-. Setiap desa membangun "Gedung Olahraganya "masing-masing.Â
Memang bangunan-bangunan itu tidak semegah Gelora Bung Karno atau Old Trafford, tapi sangat menghadirkan kemudahan dan kenyamanan bagi masyarakatnya. Â "GOR" itu multi fungsi, sebagai tempat pertemuan masyarakat bisa, tempat rapat desa sangat bisa, tempat lapangan olahraga memang salah satu tujuannya.Â