Menurut kutipan tersebut pendidikan adalah sebuah seni, seni adalah sesuatu yang indah. Idealnya, sebuah seni yang baik akan menghasilkan mahakarya yang berkualitas. Â Sebagai sebuah seni yang harus indah dirasa dan dipandang, maka pendidikan harus dilakukan dengan aktivitas yang menyenangkan dan memberi kebahagiaan bagi semua individu yang ada didalamnya. Dalam hal ini, peran guru sangatlah sentral dalam menciptakan pembelajaran yang nyaman bagi perkembangan murid dan memfasilitasi proses belajar sehingga tertanam nilai-nilai kebajikan dan prinsip-prinsip baik dalam diri setiap murid. Nilai-nilai kebajikan dan prinsip-prinsip ini akan sangat berpengaruh dalam setiap keputusan yang mereka ambil, sebagai pelaku utama kehidupan masa depan tentunya setiap keputusan yang mereka ambil akan berdampak pada kualitas masa depan. Masa depan yang berkualitas adalah salah satu tujuan utama dari pendidikan saat ini.Â
Ada beberapa pertanyaan yang terkait dengan pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan.
Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
Filosofi Ki Hadjar Dewantara dan Pratap Triloka memiliki relevansi yang sangat signifikan dengan penerapan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab sebagai seorang pemimpin, sehingga keduanya merupakan konsep penting dalam konteks pendidikan di Indonesia. Secara umum Filosofi Ki Hadjar Dewantara memuat 3 hal, yaitu pendidikan holistik, pendidikan yang individualis yang berdasarkan pada kebutuhan individu murid, dan pendidikan yang tidak memaksa. Dalam konteks pendidikan yang holistik, pembelajaran tidak hanya terkait dengan perkembangan pengetahuan dan keterampilan tapi juga memuat pendidikan penguatan karakter. Dalam 4 pilar pendidikan dari Unesco kita mengenal learning to know, learning to do, learning to be, learning to live together sebagai landasan pendidikan holistik. Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mengambil keputusan dengan mencerminkan kebutuhan yang holistik memastikan pendidikan bukan hanya tentang pengetahuan tapi juga membentuk manusia yang berkarakter, tanggung jawab dan peduli. Pendidikan individualis menghargai keunikan individu, oleh sebab itu segala keputusan yang diambil akan memperhatikan kebutuhan setiap individu yang juga memperhatikan dampak positif yang terjadi. Pendidikan yang tidak memaksa berorientasi pada perkembangan dan pemberdayaan yang lebih baik sehingga keputusan yang diambil orientasinya adalah pemberdayaan yang optimal dari setiap individu yang terlibat.
Pratap triloka memuat 3 hal yaitu keterlibatan stakeholder, partisipasi demokratis, dan transparansi dan akuntabilitas. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, dalam mengambil sebuah keputusan guru harus mendapatkan dukungan pihak yang terlibat, menciptakan lingkungan yang memfasilitasi semua pihak untuk berkontribusi dalam melaksanakan peran juga pengambilan keputusan bersama, juga memastikan semua kebijakan dan keputusan mudah dipahami semua pihak dan dapat dipertanggungjawabkan.
Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Nilai yang tertanam dalam diri berpengaruh signifikan dalam pengambilan keputusan. Nilai-nilai itu akan berpengaruh pada panduan tindakan tentang apa yang benar dan salah dalam pengambilan keputusan, mempengaruhi segala pertimbangan yang akan diambil pada sebuah pengambilan keputusan, juga terhadap prioritas dari setiap keputusan. Misalkan seseorang yang memiliki kepedulian yang baik tentu akan menempatkan dampak kemanusiaan sebagai prioritas dalam setiap keputusannya.
Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada sebelumnya.
Pengambilan keputusan dan sesi coaching memiliki kaitan yang erat dalam proses pemberdayaan diri. Melalui coaching kita akan merasa terbantu dalam mengevaluasi setiap keputusan yang diambil, memunculkan berbagai pertanyaan kritis dari sebuah pengambilan keputusan sehingga relevan untuk memahami berbagai implikasi dan konsekuensi berbagai pilihan yang mungkin diambil, membantu mengembangkan berbagai strategi pemilihan keputusan, membantu seseorang belajar dari kesalahan, dan mendukung terjadinya proses refleksi.Â
Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya memainkan peranan penting dalam pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika. Guru yang menyadari aspek sosial emosional akan memiliki empati sehingga keputusan yang diambil juga mempertimbangkan nilai kepedulian dan rasa kasih sayang terhadap dampak dari keputusannya, memiliki kemampuan komunikasi yang baik sehingga akan berhati-hati dalam pengambilan sebuah keputusan dengan melibatkan banyak pihak dengan fakta yang relevan melalui komunikasi yang efektif, memiliki kesadaran pribadi yang kuat sehingga keputusan yang diambil didasarkan pada prinsip-prinsip etika yang kuat dan mampu bertanggung jawab atas keputusannya, memiliki kemampuan menangani konflik yang baik sehingga mampu mengatasi konflik yang muncul yang berdampak pada pengambilan keputusan yang tepat, juga berorientasi pada kebutuhan murid.