Evolusi kota ternyata memang terjadi. Beberapa kota kecil sudah ada dan berkembang pada abad ke-15, seperti Suppa, dan Toli-toli. Dalam perkembangannya, Kota Suppa menjadi Pare-pare, sebuah kota pelabuhan yang cukup ramai. Sementara, Kota Makassar muncul menjadi kota setelah Malaka direbut Portugis pada 1511.
Pelaut muslim menghindari Malaka, dan lebih memilih alternatif pelabuhan lain. Seiring perubahan politik, di mana kerajaan Gowa Tallo memanfaatkan perubahaan strategi perdagangan international dari Malaka, menuju Pelabuhan alternatif seperti Surabaya dan Makassar, sebagai transit sebelum mencapai Maluku, asal komoditi rempah-rempah yang sangat bernilai dalam hal produk makanan dan farmasi.
Â
Puzzle ketiga
Produk tekstil dengan corak batik yang kita kenal sekarang, rupanya awalnya berasal dari India. Produk katun dari India dengan teknik pewarna, dan pembatikan ala India, dibawa ke Nusantara dalam alur pelayaran, singgah di Jawa di mana pasar tekstil sangatlah ramai. Tekstur dan corak tekstil kemudian mengalami adaptasi dengan budaya Jawa, kemudian dimodifikasi untuk mengakomodasi filosofi budaya setempat. Jadilah batik yang kita kenal sekarang. Semetara di daerah lain, tekstil ini diadaptasi menjadi tenunan dengan corak sesuai kultur setempat.
Â
Puzzle keempat
Pelayaran Eropa ke Nusantara tidak lain adalah strategi ekonomi dan prestise. Mereka dari Eropa, membawa arabesque, bedil, mesiu, meriam. Butuh 3 tahun mencapai Jepang yang merupakan far east, timur paling jauh. Ketika menyusuri pantai barat Afrika, mereka singgah di Tanjung Harapan. Dalam perjalanannya, anak buah kapal ada saja yang mati. Lalu mereka mengangkat ABK dari budak yang diperdagangkan oleh pelaut Arab dan Eropa.
Dari Afrika Selatan mereka membawa hewan eksotik Afrika, seperti singa, leopard, dan zebra. Batu mulia dan emas juga dibeli dari Afrika Selatan. Menuju India untuk menjual batu mulia dan emas, kemudian mereka membeli tekstil, dan turkish carpet (permadani Persia). Dari India, mereka masuk ke Nusantara, menjual tekstil dan membeli rempah-rempah. Di Nusantara, mereka menyinggahi beberapa kota pelabuhan sebelum masuk ke Maluku.
Dari Nusantara, mereka membawa rempah-rempah, untuk menjualnya ke pedagang di Cina, dan Jepang. Sebelum balik, mereka membeli sutra dan keramik. Hasil dari perdagangan ini mereka putar selama pelayaran dan persinggahan di negara tujuan. Dari Jepang, mereka balik ke Nusantara, dan membeli rempah dengan menjual sutra dan keramik. Begitu seterusnya, kembali ke Eropa melalui India dan Afrika.
Â