Diumumkannya pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk triwulan II-2020, melalui Berita Resmi Statistik (BRS) Badan Pusat Statistik (BPS) Republik Indonesia (05/08/2020), membawa semua pihak berhadapan dengan situasi yang cukup sulit.
Ekonomi Indonesia mengalami koreksi sampai dengan 5,32% (yoy). Kontraksi yang cukup hebat dilaporkan terjadi hampir pada semua lapangan usaha penggerak mesin perekonomian kita, termasuk juga menurunnya sisi pengeluaran rumah tangga. Bagaimana peluang perekonomian kita untuk bisa lepas dari situasi pertumbuhan negatif (kontraksi) dalam masa pandemi covid-19 ini, tentunya menjadi perhatian yang sangat menarik untuk diperbincangkan saat ini.
Kondisi Saat Ini
Potret perekonomian Indonesia pada triwulan II-2020, merupakan cuplikan data dari aktivitas mesin perekonomian sejak April sampai dengan Juni 2020.
Dalam rentang waktu ini, seluruh pergerakan kegiatan ekonomi dalam semua lapangan usaha, maupun komponen pengeluaran dihitung dengan cermat, untuk berikutnya dilaporkan secara berkala oleh BPS.
Efek pandemi covid-19, sejak diumumkan pada awal Maret 2020, secara bertahap langsung memengaruhi irama geliat aktivitas ekonomi.
Efek ini semakin terasa, dengan diterapkannya pembatasan sosial pada setiap daerah, baik berskala komunitas, maupun luas.
Lapangan usaha yang menjadi korban pertama dan langsung terpapar efek pandemi covid-19, adalah transportasi dan pergudangan.
Sektor ini mengalami penurunan yang paling signifikan dibanding perioda sebelumnya (yoy). Dalamnya efek pandemi pada usaha ini sampai dengan 30,84%. Penerbangan merupakan sektor yang paling terpukul paska pandemi ini. Sepinya aktivitas penerbangan, disertai dengan pembatasan aktivitas ekonomi antar negara, merupakan salah satu contoh nyata dari kontraksi pada sektor diatas.
Selain itu, sejak merebaknya pandemi diatas, transportasi kereta api juga mengalami penurunan permintaan yang cukup dalam setelah transportasi udara, diikuti berikutnya dengan transportasi darat, dan laut.