Selanjutnya kami terus berjalan hingga titik tujuan. Masih ada bara yang berkobar dalam hatiku, Raya tidak lagi memainkan kameranya karena takut kejadian tadi terulang, Saga kini berada persis di samping Raya, sedangkan Yani dan Tita masih meledeki Raya yang bergeming sejak tragedi tadi.
Sesampainya di titik air terjun, Raya dan kawan-kawannya langsung melompat ke dalam air. Sementara aku dan Saga masih berada di daratan menjaga barang-barang bawaan mereka. Derasannya air terjun membuat ketegangan yang baru saja terjadi menjadi cair. Senyum manis Raya kembali terlukis pada wajahnya.
"Jagat, kowe yang jaga barang bawaan mereka, ya, biar kulo yang nyemplung," kata Saga langsung melompat ke dalam air.
"Lah, kok, jadi kulo yang jagain? 'Kan, kulo yang ngajakin jalan-jalan ke air terjun," ujarku merasa dicurangi oleh Saga.
Dengan pasrah akhirnya aku hanya duduk sambil menjaga barang-barang bawaan. Tak banyak yang bisa kulakukan, selain melihat mereka sedang asyik bermain air di saat diriku berteman dengan tas-tas mereka.
***
Tak sadar diriku tertidur pulas ketika sedang menjaga barang bawaan. Aku terbangun ketika mendengar suara histeris dari Yani dan Tita. "Tembak, tembak, tembak!"
"Tembak apaan? Siapa yang bawa senjata? Siapa yang perang di sini?" tanyaku pada diri sendiri.
Dugaanku sangat di luar kendali, bahkan lebih menyakitkan ketika melihat adegan Saga menyelamatkan Raya tadi. Tak terduga Saga menyatakan perasaannya kepada Raya di bawah air terjun, bahkan semuanya sepertinya sudah disiapkan dengan matang karena Yani dan Tita juga terlibat di dalamnya.
"Mas Jagat sini!" teriak Yani.
Aku yang setengah malas menghampiri mereka melangkahkan diri ke sana. Api cemburu yang sudah padam kembali berkobar, bahkan ketika berada di dalam genangan air. Hatiku sesak melihat tangan Raya digenggam oleh Saga, konco kentel-ku sendiri.