Aku sudah menunggu Raya di teras penginapan sekitar setengah jam lalu. Beberapa barang bawaan sudah kusiapkan, seperti pakaian ganti, makanan ringan, dan sebagainya. Seperti yang sudah dibicarakan tadi malam, aku dan Raya akan jalan-jalan ke air terjun yang terletak di dekat desa ini.
"Mas, maaf jadi nunggu lama," pekik Raya yang tiba-tiba keluar pintu.
"Nggak apa-apa, saya yang datangnya terlalu cepat, kok."
"Hmmm... temen-temen boleh ikut atau nggak, Mas?" tanya Raya tidak enak hati. "Soalnya mereka pengin ikut juga."
Pikiranku yang sudah membayangkan bisa berdua seharian dengan Raya seketika buyar. Belum sempat kujawab, Yani dan Tita langsung menyerbuku dengan pertanyaan yang sama. Bahkan, mereka sebenarnya sudah siap dengan barang bawaannya sehingga aku tak dapat menolak mereka untuk ikut juga ke air terjun. Alhasil, aku mencoba menghubungi Saga agar bisa menemani kami.
Beberapa menit kemudian, Saga datang membawa mobil pick up sewaannya sehingga kami tak perlu menggunakan sepeda motor untuk sampai ke sana. Kami pun bergegas meluncur ke tujuan menggunakan mobil pick up. Selama perjalanan, Raya terlihat menikmati bentangan sawah yang sebentar lagi musim panen. Tak lupa ia mengabadikan dengan kamera miliknya.
"Pemandangannya bagus banget, aku pengin, deh, tinggal di desa ini," ujarnya sembari memotret.
"Kalo kamu mau tinggal di desa ini, maukah kamu bersanding denganku?" batinku memandangnya.
"Mas, senyum dong! Cuma foto Mas Jagat yang belum ada di kameraku," pekiknya.
Aku segera tersenym agar hasil foto yang dijepretnya memuaskan. Dengan sekali tekan, jepretannya langsung ditunjukkan kepadaku. Teknik memotretnya sangat baik, bahkan untuk mahasiswa jurusan pendidikan--yang notabene tidak mempelajari teknik fotografi.
***