Mohon tunggu...
Aksara Alderaan
Aksara Alderaan Mohon Tunggu... Editor - Editor

Aksara Alderaan, seorang penulis fiksi yang sudah menulis beberapa karya, baik solo maupun antologi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

KKN (Konco Kentel Nikung) - Bagian 2

24 April 2024   17:51 Diperbarui: 24 April 2024   18:44 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Suara jangkrik menghiasi percakapan kami. Malam kian larut membuat aku tak enak jika terus mengajaknya mengobrol. Sehingga, aku harus menyudahi pertemuan hari ini. Lalu, membiarkan Raya beristirahat karena matanya terlihat sudah tidak kuat menahan kantuknya.

Aku beranjak pergi dari penginapan. Raya enggan masuk ke dalam sebelum diriku benar-benar pergi. Ia melambaikan tangannya ketika sepeda motorku menyala. “Selamat malam, Mas. Sampai jumpa besok. Jangan lupa istirahat, kulihat matamu mulai lelah.”

***

Balai desa kembali ramai ketika Raya dan teman-temannya mengajar, bahkan lebih ramai dari hari-hari sebelumnya. Ini adalah hari ketujuh atau tepat seminggu mereka berada di desaku. Rencananya nanti malam Pak Kades akan mengadakan acara makan-makan untuk merayakan satu minggu keberadaan Raya dan kawan-kawan.

Kali ini, Saga meminta berganti posisi denganku. Ia ingin memotret, sedangkan aku diminta olehnya untuk berjaga di depan menyambut anak-anak yang belum datang. Sebenarnya aku ingin menolaknya karena diriku sudah nyaman dengan tugas memotret. Namun, aku tidak bisa menolaknya karena Saga sangat menginginkan berganti posisi.

Akhirnya aku beranjak ke depan meninggalkan Saga dan kamera yang sudah berdiri tegak. Untung saja dari depan, aku masih bisa melihat anggunnya Raya yang hari ini dibalut dengan pakaian batik dan rok panjangnya.

“Sudah seminggu kehadiranmu menghiasi desa yang kutempati. Sudah seminggu pula kauhiasi hidupku yang tak pernah merasakan jatuh cinta sehebat ini.”

Namun, seiring berjalannya waktu, hanya duduk di depan balai desa membuatku bosan. Apalagi sudah tidak ada lagi anak-anak desa yang berdatangan. Aku memutuskan ke dalam agar dapat menatap Raya lebih dekat–seperti biasanya. Kulihat ia sedang mengajari anak-anak bercerita, sebagian dari mereka pun antusias dengan menunjukkan cerita-ceritanya yang begitu memukau.

Sesekali aku tertawa melihat tingkah lucu yang ditunjukkan oleh anak-anak desa. Mereka begitu polos menceritakan dirinya yang sering dimarahi orang tuanya karena bermain lumpur di sawah.

***

Malam yang ditunggu telah tiba. Raya dan kedua temannya telah siap mengenakan kebaya untuk menghadiri perayaan kecil-kecil yang dibuat Pak Kades. Aku dan Saga dengan setelan batik lengan panjang telah menunggu mereka sejak setengah jam yang lalu untuk mengantar mereka ke tempat acara, yakni di balai desa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun