Mohon tunggu...
Afriyana Anzira
Afriyana Anzira Mohon Tunggu... -

berusaha menulis apapun. suka keindahan dan tak jarang menuangkannya dalam tulisan. bagiku, menulis adalah pelarian rasa.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Masih tentang Jilboobs, Fanpage yang Kehilangan Esensi Tujuan Awal???

11 Agustus 2014   03:49 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:52 503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sungguh banyak betul yang harus dibenahi. Di tengah - tengah pembahasan mengenai perpolitikan yang belum selesai (oiya saya lupa, memang takkan ada yang pernah selesai jika berbicara soal politik), saat ini marak berita tentang ISIS dengan segala bahayanya. Tidak cukup dengan itu semua, belum lama ini sedang trendfenomenajilboobsdi kalangan jejaring sosial, bahkan sudah ada yang membuat fanpage pada suatu media sosial dan  mengkategorikannya ke dalam komunitas.

[caption id="attachment_318677" align="aligncenter" width="341" caption="lolos seleksi???"]

14076781122040140751
14076781122040140751
[/caption]

Jilboobssendiri merujuk pada pemakaian jilbab yang tidak sesuai syariat islam. Dengan kata lain, masih mengumbar bagian - bagian yang terlihat, baik depan maupun belakang. Mengumbar dengan cara memakai busana yang ketat maupun yang menerawang sehingga bagian lekuk tubuh pun terlihat jelas. Setidaknya begitulah yang selalu dibicarakan oleh beberapa orang. Jadi, saya rasa tidak perlu menjelaskan terlalu panjang tentang pengertian jilboobs. Setiap orang punya sudut pandangnya masing - masing.

[caption id="attachment_318674" align="aligncenter" width="614" caption="Fenomena Jilboobs, Saat Hijab Berpadu Baju Ketat. Sumber : kapanlagi.com"]

1407677802588618024
1407677802588618024
[/caption]

Awalnya, saya sama sekali tidak tertarik untuk membahas ini karena saya pribadi tidak menilai bahwa apa yang saya lakukan sudah sesuai syariat islam, apa yang saya pakai merupakan pakaian yang syar'i. Saya masih terus belajar dan berikhtiar untuk jadi seorang yang lebih baik.

Tapi, lama kelamaan, rasanya saya gerah dan ingin sekali mengeluarkan pendapat saya. Dorongan tersebut justru saya peroleh bukan dari wanita - wanita yang dikategorikan ke dalam jajaran pelaku jilboobs (begitulah yang saya lihat dalam fanpage tersebut), melainkan dari komentar - komentar beberapa orang yang terbaca begitu pedas, bahkan sampai mencemooh atau ramai - ramai menggunjingkan wanita yang bersangkutan. Sebagai wanita, saya tidak terbayang jika wanita yang bersangkutan melihat komentar - komentar tersebut. Tidakkah itu menyakitkan???

Saya dibuat miris dengan apa yang saya lihat. Tidak hanya dengan wanita jilbab yang seksi itu, tetapi juga dengan komentar - komentar "pedas" dan merendahkan baik yang datang dari para pria dan tidak jarang juga dari sesama wanita. Itulah kemirisan terbesar saya dalam hal ini. Ingin sekali saya berkata pada orang yang berkomentar, khususnya pada wanita "mbak, itu saudarimu sendiri yang sedang dihakimi, dicemooh, dihina, bahkan dilecehkan. Walaupun tidak sedarah, tapi atas dasargenderdan agama tidakkah cukup? Sesama wanita, bahkan sesama muslimah. Kenapa kalian dengan lantangnya mengeluarkan kata - kata sepicik itu?"

Saya tahu tujuan fanpage itu dibuat dan komentar - komentar yang sebagian besar "pedas" itu untuk mengingatkan para wanita agar kembali mengenakan pakaian terutama jilbab dengan seyogianya atau semestinya. Tapi yang saya sayangkan selain komentar yang tidak etis, adalah kenapa foto - foto yang diunggah ke dalam fanpage tidak di sensor atau membuat efek blur. Bukan tidak mungkin lama - lama akan ada pendapat bahwa fanpage itu dibuat untuk hiburan atau memuaskan hawa nafsu pemilik fanpage maupun para pria lainnya. Ini jelas penyalahgunaan dan penyimpangan yang mengatasnamakan wanita bahkan jilbab. Nah, kan jadi kehilangan esensi dan melenceng dari tujuan awal toh.

Berkomentar memang sesuatu yang sangat mudah dilakukan, tidak perlu repot - repot menghabiskan banyak tenaga. Menuntut tidak kalah mudahnya dengan berkomentar. Banyak orang yang lebih menyukai menuntut daripada dituntut. Tidak apa - apa. Itu lumrah dan manusiawi. Saya pun terkadang begitu. Tapi alangkah baiknya kita bisa cerdas dalam menuntut serta memberikan komentar, lakukanlah filter terhadap kata - kata yang kita keluarkan. Kata - kata merupakan satu dari bagian yang penting dalam mengetahui karakter seseorang. Sebaik - baiknya menegur atau mengingatkan adalah yang tidak menyakiti perasaan orang lain.

Dan untuk para wanita yang telah berjilbab tapi belum sesuai dengan apa yang seharusnya. Sebaiknya berubahlah dengan mengenakan pakaian yang lebih baik. Saya yakin seorang muslim sudah tahu pakaian seperti apa yang sesuai dengan syariat islam. Kalian pasti tidak ingin kejadian ini terulang lagi dan melihat foto - foto kalian tersebar dengan cara yang tidak baik sampai pada akhirnya disalahgunakan kan???

Kita, sebagai wanita harus selalu waspada karena urusan pornografi dan pornoaksi, wanitalah yang selalu menjadi objek. Jika kita lengah dalam menjilbabi aurat kita, para pria yang tidak bisa menjilbabi pikirannya akan mudah terpancing, baik dengan cara mengonsumsi sebebas mungkin gambar kita, menghujat kita dengan kata - kata yang tidak wajar, maupun yang di depannya menghujat tapi di belakang malah senang memandangnya (yang seperti ini juga ada loh!). Saya sama sekali tidak bermaksud untuk memerintah. Saya lebih suka mengatakan ini adalah sebuah ajakan karena seperti yang saya katakan tadi bahwa saya masih jauh dari kata syar'i.

Apa yang saya tulis bukan untuk memihak atau pro kepada siapa pun, pihak mana pun. Tidak sama sekali untuk menghakimi siapa yang benar dan siapa yang salah. Kebenaran mutlak hanya milik Tuhan Yang Maha Esa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun