Mohon tunggu...
M Aan Mansyur
M Aan Mansyur Mohon Tunggu... -

penyair, penjaga perpustakaan dan pembat film dokumenter

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kampung Kecilku Kampung Tahayul (Bag 3)

27 Desember 2008   10:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   20:22 616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

SEPERTI yang disebutkan Geertz bahwa golongan kedua mahluk halus di Jawa Tengah adalah lelembut, di kampung saya juga sebenarnya dipercaya ada mahluk serupa tetapi saya tak tahu namanya-mungkin juga tak diberi nama. Mahluk gaib yang termasuk dalam golongan lelembut dalam kepercayaan orang Jawa adalah hantu yang suka merasuki orang sehingga membuatnya sakit, gila, atau meninggal. Di tempat lahir saya juga dipercayai hal-hal seperti itu, bahwa orang yang kesurupan dimasuki roh mahluk halus-biasanya melalui ubun-ubun atau jari kaki. Itulah mengapa jika ada orang yang kesurupan orang menolongnya dengan memijit jari kakinya atau membacakan baca-baca dan meniupkannya di ubun-ubun orang kesurupan.

Selain kesurupan, jika seorang anak kecil tiba-tiba berubah nakal atau bertingkah aneh juga sering dipercaya orang di kampung saya sebagai kemasukan roh jahat. Jika terjadi hal seperti itu, anak bersangkutan dibawa oleh orangtuanya ke orang pintar, biasanya ustaz atau sanro (dukun) untuk disembuhkan.

Selain memasuki tubuh orang, ada juga ‘kelakukan' lain mahluk halus golongan ini, yakni menyembunyikan orang, biasanya anak-anak. Anak-anak akan diubah menjadi sangat kecil sehingga saking kecilnya anak tersebut bisa disembunyikan di sela-sela rumput. Jika ada anak yang mengalami hal seperti ini, di kampung saya orang menyebutnya nasobbu setang (disembunyikan oleh setan). Sewaktu SD, ada dua anak di sekolah saya yang katanya pernah nasobbu setang, keduanya kini sudah menikah dan memiliki anak. Orang percaya bahwa anak yang pernah nasobbu setang akan menjadi bodoh. Dua anak teman SD saya waktu itu memang bodoh, sampai kelas empat belum bisa membaca. Apakah ada hubungannya dengan kepercayaan itu? Entahlah.

Ada juga satu peristiwa aneh lain yang konon dulu sering terjadi di kampung saya: mate mallinrung (mati suri). Seorang perempuan gila bernama Calle dipercaya sebelum mengalami mate mallinrung tidaklah gila, normal saja seperti anak-anak lain waktu itu. Tetapi Calle yang suatu sakit hari panas dingin tiba-tiba meninggal. Seperti layaknya jenazah lain, jenazah Calle juga diperlakukan normal; dimandikan dua kali dan dikafani. Tetapi saat akan dimasukkan ke dalam keranda, Calle tiba-tiba bangun meminta segelas air minum kepada ibunya. Para pelayat kaget tetapi ibu-bapaknya bahagia-meskipun kebahagiaan orang tua Calle tak bertahan lama sebab sejak hari itu Calle jadi gila.

Beberapa tempat di kampung kami dianggap angker dan memiliki penunggu. Hal seperti ini memang sudah biasa kita dengar. Cerita-cerita penunggu sebuah tempat seperti ini sering menjadi inspirasi para pembuat film. Sebut saja beberapa film; Si Manis Jembatan Ancol, Hantu Jeruk Purut, Terowongan Casablanca, dan lain-lain. Di kampung saya ada sebuah tempat yang sesungguhnya tidak disebut angker. Orang lebih takut melintasi kawasan pemakaman dari pada tempat di mana semak-semak tumbuh merimbun itu. Orang-orang hanya harus berhati-hati melintas di tempat itu karena sering gatal-gatal setelah melewatinya. Konon di tempat itu dulu banyak orang yang mati dibunuh pada tempo gurilla (zaman pemberontakan Kahar Mudzakkar).

Bentol-bentol yang gatal itu dipercaya hanya bisa disembuhkan oleh badik yang juga pernah dipakai membunuh. Bilah badik itu direndam di sebuah wadah lalu airnya dipakai membasuh bagian tubuh yang gatal-gatal itu. Di kampung kami gatal-gatal itu dikenal dengan sebutan batu kalapaneng.

Soal penyakit, ada sesuatu yang lebih menarik lagi dari masa kecil saya: penyakit bisul. Nenek saya selalu berpesan kepada cucunya agar tidak memungut atau menyentuh uang recahan jika menemukannya di jalan. Sebab menurut kepercayaan nenekku, uang recehan itu bisa saja sengaja dibuang oleh seorang yang punya sakit bisul. Siapa yang memungut uang recehan itu akan tertular bisul. Mengingatnya lagi saya pikir lucu jga ha itu.

Bicara soal sembuh-menyembuhkan, di kampung saya juga banyak hal-hal unik. Beberapa contoh yang saya ingat adalah, jika ada orang naadde' kabuttu bale (tersedat tulang ikan), hal itu mudah disembuh dengan elusan tangan seseorang yang sewaktu masih berada di kandungan ibu, ayahnya meninggal. Kalau saya mendapatkan masalah seperti itu, seorang gadis bernama Nia yang jadi langganan saya. Ayahnya meninggal saat kandungan ibunya masih muda. Lainnya, jika ada dua orang bersaudara suka berkelahi. Kelakuan buruk suka berkelahi ini, menurut kepercayaan orang-orang tua di kampung saya bisa disembuhkan dengan selalu memberikan utti kaddu (pisang kembar/dempet). Di sisi lain, ibu hamil justru dilarang makan utti kaddu. Jika seorang ibu hamil memakan utti kaddu, kelak akan susah bersalin.

 

***

 

SELAIN mahluk halus, di kampung kami juga banyak folk belief yang berhubungan dengan ilmu-ilmu, guna-guna atau kepandaian tertentu yang dimiliki oleh seseorang. Misalnya, perempuan utamanya gadis jangan terlalu kasar jika menolak ungkapan cinta atau lamaran seorang lelaki. Sebab lelaki yang kecewa ditolak cintanya bisa masiri (malu merasa dilecehkan) dan mengirimkan guna-guna atau doti. Kepandaian orang tertentu mengirimkan doti bisa berefek sangat buruk kepada pihak perempuan: sakit keras, meninggal atau melakukan hal-hal memalukan lain, misalnya mengemis-ngemis minta dinikahi.

Masih persoalan hubungan cinta juga, beberapa orang percaya ada orang yang memiliki kemampuan tertentu hanya dengan menghembuskan asap rokoknya ke gadis yang ditaksirnya, gadis tersebut akan langsung balas jatuh cinta. Bisa juga dengan memberi perlakuan khusus kepada rambut, minuman, celana dalam, atau foto sang gadis agar gadis tersebut jatuh cinta. Nenekku selalu berpesan kepada sepupu perempuanku agar tidak sembarang memberikan fotonya kepada orang lain.

Selain ‘ilmu hitam' seperti doti, ada juga beberapa kepandaian lain: cenning rara dan paggagara. Dengan mantra dan perlakuan tertentu, cenning rara dipercaya bisa membuat seseorang tampil lebih cantik atau lebih tampan. Lain lagi dengan paggagara; jika ingin melakukan pembicaraan menentukan, tawar-menawar atau beradu mulut, maka dengan mantera paggagara lawan akan kalah dalam adu mulut atau tawar-menawar itu.

Masih banyak hal lain yang nampak melanggar logika di kampung saya. Ada beberapa pamali yang sering saya dengar. Dilarang duduk di depan pintu, menurut kepercayaan orang, duduk di depan pintu akan menghalangi masuknya rezeki. Masih berhubungan dengan rezeki, saya tak pernah melihat ibu sayamasserring (menyapu) di malam hari karena ia percaya bahwa menyapu malam hari akan menghilangkan rezeki.

Masih tentang pamali yang berhubungan dengan menyapu, saya punya sebuah cerita tentang salah seorang tante saya, namanya Tante Mariam. Sebelum akhirnya menemukan jodohnya setelah menopause dengan seorang duda yang ditinggal mati istrinya, Tante Mariam pernah dilamar seorang tentara. Waktu itu Tante Mariam baru saja resmi jadi guru di sebuah sekolah dasar di Sinjai. Saat pihak lelaki yang ingin melamar itu masuk ke rumah, Tante Mariam sedang menyapu. Konon karena menyapu itulah sehingga Tante Mariam gagal dinikahi tentara yang melamarnya. Menyapu pada saat ada tamu apalagi orang yang mau melamar itu dipercaya bahwa orang yang menyapu itu tidak baik untuk dijadikan seorang istri, sial.

Persoalan beruntung atau sialnya seorang perempuan juga, konon, ditentukan oleh letak tanra (tahi lalat) dan baba (tanda lahir) perempuan itu. Seorang bidan, ini cerita yang pernah saya dengar, dianggap sial karena dua suami yang pernah ia miliki semuanya meninggal karena memiliki tahi lalat di tengkuknya. Lain dengan Bu Bidan, lain pula Bu Hasbiah. Menurut cerita yang pernah saya dengar, Bu Hasbiah adalah salah seorang perempuan di jamannya yang dinikahi dengan mahar termahal karena ada baba di buah dadanya.

Jika pamali lebih banyak mengandung larangan, maka ada juga beberapa anjuran di kampung kami-saya tidak tahu apa istilahnya. Contohnya, jika seseorang mau merantau saat berjalan meninggalkan rumah sangat dianjurkan untuk menoleh melihat coppo bola (gada-gada rumah) yang dimaksudkan agar kelak di rantauan ia tetap mengingat untuk pulang. Mungkin bapak saya tidak menoleh waktu mau berangkat dulu sebab sejak meninggalkan rumah tahun 1986, ia tak pernah pulang dan mengirim kabar.

Masih persoalan merantau, saya ingat waktu ayah saya pergi, di sejumput kecil rambut adik bungsu saya yang waktu itu belum berusia setahun dilengketkan getah sarang lebah. Kata nenek saya, agar adik saya tidak selalu menangis jika mengingat bapakku. Sebab jika adikku sering menangis, itu juga bisa mempengaruhi pekerjaan bapak saya di sana. Saya tidak tahu apakah getah sarang lebah itu betul-betul mujarab sebab sampai sekarang adik bungsu saya tak pernah menangis karena ditinggal bapak saya-berbeda dengan adik saya yang satunya. Adakah hubungannya sebab di rambut adik saya yang suka menangis itu tak ada getah sarang lebah waktu itu? (Bersambung)

AAN MANSYUR, Blogger

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun