Mohon tunggu...
M Aan Mansyur
M Aan Mansyur Mohon Tunggu... -

penyair, penjaga perpustakaan dan pembat film dokumenter

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kampung Kecilku Kampung Tahayul (Bag 3)

27 Desember 2008   10:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   20:22 616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

SELAIN mahluk halus, di kampung kami juga banyak folk belief yang berhubungan dengan ilmu-ilmu, guna-guna atau kepandaian tertentu yang dimiliki oleh seseorang. Misalnya, perempuan utamanya gadis jangan terlalu kasar jika menolak ungkapan cinta atau lamaran seorang lelaki. Sebab lelaki yang kecewa ditolak cintanya bisa masiri (malu merasa dilecehkan) dan mengirimkan guna-guna atau doti. Kepandaian orang tertentu mengirimkan doti bisa berefek sangat buruk kepada pihak perempuan: sakit keras, meninggal atau melakukan hal-hal memalukan lain, misalnya mengemis-ngemis minta dinikahi.

Masih persoalan hubungan cinta juga, beberapa orang percaya ada orang yang memiliki kemampuan tertentu hanya dengan menghembuskan asap rokoknya ke gadis yang ditaksirnya, gadis tersebut akan langsung balas jatuh cinta. Bisa juga dengan memberi perlakuan khusus kepada rambut, minuman, celana dalam, atau foto sang gadis agar gadis tersebut jatuh cinta. Nenekku selalu berpesan kepada sepupu perempuanku agar tidak sembarang memberikan fotonya kepada orang lain.

Selain ‘ilmu hitam' seperti doti, ada juga beberapa kepandaian lain: cenning rara dan paggagara. Dengan mantra dan perlakuan tertentu, cenning rara dipercaya bisa membuat seseorang tampil lebih cantik atau lebih tampan. Lain lagi dengan paggagara; jika ingin melakukan pembicaraan menentukan, tawar-menawar atau beradu mulut, maka dengan mantera paggagara lawan akan kalah dalam adu mulut atau tawar-menawar itu.

Masih banyak hal lain yang nampak melanggar logika di kampung saya. Ada beberapa pamali yang sering saya dengar. Dilarang duduk di depan pintu, menurut kepercayaan orang, duduk di depan pintu akan menghalangi masuknya rezeki. Masih berhubungan dengan rezeki, saya tak pernah melihat ibu sayamasserring (menyapu) di malam hari karena ia percaya bahwa menyapu malam hari akan menghilangkan rezeki.

Masih tentang pamali yang berhubungan dengan menyapu, saya punya sebuah cerita tentang salah seorang tante saya, namanya Tante Mariam. Sebelum akhirnya menemukan jodohnya setelah menopause dengan seorang duda yang ditinggal mati istrinya, Tante Mariam pernah dilamar seorang tentara. Waktu itu Tante Mariam baru saja resmi jadi guru di sebuah sekolah dasar di Sinjai. Saat pihak lelaki yang ingin melamar itu masuk ke rumah, Tante Mariam sedang menyapu. Konon karena menyapu itulah sehingga Tante Mariam gagal dinikahi tentara yang melamarnya. Menyapu pada saat ada tamu apalagi orang yang mau melamar itu dipercaya bahwa orang yang menyapu itu tidak baik untuk dijadikan seorang istri, sial.

Persoalan beruntung atau sialnya seorang perempuan juga, konon, ditentukan oleh letak tanra (tahi lalat) dan baba (tanda lahir) perempuan itu. Seorang bidan, ini cerita yang pernah saya dengar, dianggap sial karena dua suami yang pernah ia miliki semuanya meninggal karena memiliki tahi lalat di tengkuknya. Lain dengan Bu Bidan, lain pula Bu Hasbiah. Menurut cerita yang pernah saya dengar, Bu Hasbiah adalah salah seorang perempuan di jamannya yang dinikahi dengan mahar termahal karena ada baba di buah dadanya.

Jika pamali lebih banyak mengandung larangan, maka ada juga beberapa anjuran di kampung kami-saya tidak tahu apa istilahnya. Contohnya, jika seseorang mau merantau saat berjalan meninggalkan rumah sangat dianjurkan untuk menoleh melihat coppo bola (gada-gada rumah) yang dimaksudkan agar kelak di rantauan ia tetap mengingat untuk pulang. Mungkin bapak saya tidak menoleh waktu mau berangkat dulu sebab sejak meninggalkan rumah tahun 1986, ia tak pernah pulang dan mengirim kabar.

Masih persoalan merantau, saya ingat waktu ayah saya pergi, di sejumput kecil rambut adik bungsu saya yang waktu itu belum berusia setahun dilengketkan getah sarang lebah. Kata nenek saya, agar adik saya tidak selalu menangis jika mengingat bapakku. Sebab jika adikku sering menangis, itu juga bisa mempengaruhi pekerjaan bapak saya di sana. Saya tidak tahu apakah getah sarang lebah itu betul-betul mujarab sebab sampai sekarang adik bungsu saya tak pernah menangis karena ditinggal bapak saya-berbeda dengan adik saya yang satunya. Adakah hubungannya sebab di rambut adik saya yang suka menangis itu tak ada getah sarang lebah waktu itu? (Bersambung)

AAN MANSYUR, Blogger

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun