Penulis: Mochtar Lubis
Desainer sampul: M.Yoesoef
Penerbit: Yayasan Pustaka Obor Indonesia
ISBN: 978-979-461-818-9
Cetakan pertama: Mei 2001 Cetakan keempat: November 2013
140 halaman
SINOPSIS
Pidato kebudayaan Mochtar Lubis (1977) di Taman Ismail Marzuki (TIM) diterbitkan menjadi buku berjudul Manusia Indonesia. Karena gaya dan sikapnya yang lugas dalam mengupas terutama sifat-sifat negatif orang Indonesia, buku ini menimbulkan pendapat pro dan kontra, selain membangkitkan pemikiran kritis tentang manusia Indonesia.
Sifat-sifat manusia Indonesia yang dimaksud ialah munafik, tidak mau bertanggung jawab, berperilaku feodal, percaya pada takhayul, berbakat seni, dan lemah karakternya. Stereotipe ini tentu saja tidak semuanya benar, namun tidak juga seluruhnya salah.
Ketika reformasi sedang berkembang, sosok manusia Indonesia seperti dilukiskan di atas lebih kuat lagi aktualitas dan relevansinya. Beberapa penyebabnya ialah pendidikan, sistem, dan struktur politik yang ikut mengentalkan sifat-sifat negatif tersebut. Dari kedua sudut pandang tersebut, buku Manusia Indonesia menyajikan bahan dan permulaan kerangka yang berguna untuk membangun kembali manusia Indonesia yang sedang porak poranda.
REVIEW
Kemarin aku gabut saja ke perpustakaan daerah di kota tempat aku tinggal, yaitu di kota Serang, Banten. Waktu itu selain gabut, aku juga hendak mengembalikan buku yang kupinjam dan telah lewat dari tempo pengembalian.
Koleksi buku di perpustakaan daerahku memang tidak terlalu lengkap, bahkan bisa dibilang kurang. Tapi karena keberadaan perpustakaan yang minim, lama-lama aku jadi nyaman juga berkunjung kesitu, hehe. Apalagi bagi introvert yang menyukai ketenangan, perpustakaan adalah tempat healing terbaik untuk melepas penat dan menyuntikan kembali energi dengan membaca-baca buku yang relate dengan keadaan dan suasana hati yang sedang dirasakan.
Selama berkunjung ke perpustakaan, aku lebih sering mendatangi rak buku yang berkaitan dengan sosial, psikologi, dan self improvement. Intinya sih aku baca buku sesuai kebutuhan, aku bakal mencari buku dengan genre self improvement ketika aku sedang galau soal kehidupan, dan aku bakal mencari buku-buku tentang pemikiran ideologis ketika aku merasa butuh asupan gizi buat otak. Intinya baca buku sesuai suasana hati deh, hihi.
Balik lagi nih ke topik utama tulisan kali ini, yaitu review buku Manusia Indonesia, karya dari seorang wartawan senior Indonesia, yaitu Mochtar Lubis.
Dalam buku itu Mochtar Lubis menuliskan tentang beberapa karakteristik orang Indonesia yang dikupas dalam 7 (tujuh) ciri manusia Indonesia. Buku tersebut memiliki 10 (sepuluh) bab dengan 7 (tujuh) pembahasan mengenai ciri manusia Indonesia dan empat lainnya mengenai pembahasan dunia terkini, kesimpulan, dan tanggapan-tanggapan. Manusia Indonesia sebenarnya merupakan isi dari ceramah Mochtar Lubis pada tanggal 6 April 1977 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
Buku ini menarik karena membahas mengenai ciri-ciri yang kebanyakan adalah hal negatif dari manusia Indonesia. Beberapa ciri negatif dari manusia Indonesia tersebut adalah a) Munafik atau Hipokrit b) Enggan dan segan bertanggung jawab atas perbuatannya c) Bersikap dan berperilaku feodal d) Percaya takhyul e) Artistik, berbakat seni dan f) Lemah watak atau karakternya.
Keenam sifat tersebut apabila kita menelaah dan membaca keseluruhan memang nampak relate dengan keadaan mausia Indonesia itu sendiri, bahkan sejauh saya membacanya di tahun 2023, saya merasa masih ada kebenaran dari penjelasan Mochtar Lubis tersebut. Sikap-sikap dan karakteristik manusia Indonesia yang dijabarkan oleh Mochtar Lubis tersebut tidak seluruhnya benar, namun tidak pula seluruhnya salah.
Ini lebih kepada stereotipe, sedangkan stereotipe sendiri tumbuh dalam benak orang karena pengalaman, observasi, tetapi juga oleh prasangka dan generalisasi. Namun walaupun demikian, penjelasan mengenai karakteristik manusia Indonesia ini menarik untuk dibaca dan dipahami. Nampaknya penulis juga ingin menyampaikan pesan demi kemajuan perkembangan manusia Indonesia. Dari karakteristik manusia yang dijelaskan dalam buku tersebut, bisa dipakai untuk menentukan langkah-langkah pembangunan sumber daya manusia kedepannya.
Aku kasih tau nih salah satu karakteristik manusia Indonesia yang sepertinya bakal kita tolak namun bakal diamini apabila kita membacanya, yaitu bersikap dan berperilaku feodal. Meskipun salah satu tujuan dari revolusi kemerdekaan Indonesia adalah untuk membebaskan manusia Indonesia dari feodalisme, tetapi feodalisme dalam bentuk-bentuk baru makin berkembang dalam diri dan masyarakat manusia Indonesia.
Sikap-sikap feodalisme ini dapat kita lihat dalam tatacara upacara resmi kenegaraan, dalam hubungan-hubungan organisasi kepegawaian (umpamanya, jelas dicerminkan dalam susunan kepemimpinan organisasi-organisasi isteri pegawai-pegawai negeri dan angkatan bersenjata), dalam pencalonan isteri pembesar negeri dalam daftar pemilihan umum. Isteri komandan, isteri menteri otomatis jadi ketua, bukan berdasarkan kecakapan dan bakat leadershipnya, atau pengetahuan dan pengalamannya, atau perhatian dan pengabdiannya, tapi lebih kepada relasi kekuasaan. Inilah yang dinamakan kultur masyarakat feodal.
Masyarakat feodal adalah masyarakat yang berorientasi pada nilai pelayanan yang berlebihan terhadap penguasa, pejabat, birokrat, atau orang yang dituakan. Seperti dijelaskan sebelumnya, yang berkuasa dalam masyarakat feodal adalah kaum bangsawan dan tuan tanah.
Semakin dekat hubungan darah seseorang bangsawan dengan raja yang sedang memerintah, semakin tinggilah status sosialnya dalam struktur masyarakat feodal. Kalau dalam masyarakat di sekitar kita, sikap feodal ini bisa ditunjukan dari penghormatan secara berlebih kepada tokoh agama, tokoh sepuh masyarakat, dan anggota masyarakat yang memiliki jabatan di pemerintahan.
Manusia Indonesia seperti disetting untuk menghormati orang-orang terpandang dan tunduk pada jabatan dan seragam. Ini terjadi tanpa diperintah, kita seringkali tunduk pada orang yang memiliki jabatan dan orang yang dituakan.
Melalui buku ini, aku rasa banyak fakta-fakta yang ingin disampaikan oleh penulis kepada pembaca. Manusia Indonesia memang tidak melulu negatif, ada hal-hal positif yang bisa kita jadikan kebanggaan dan tentunya menjadi modal untuk membangun peradaban sesuai kultur dan budaya Indonesia, sebuah peradaban tanpa menghilangkan jati diri kita sebagai bangsa yang memiliki tradisi kultural.
Karena Indonesia kekurangan narasi yang menggambarkan kebesarannya sebagai sebuah bangsa, karya Mochtar Lubis ini cukup menarik untuk dibaca walaupun penggambaran atas Indonesia diangkat dari sisi negatifnya. Kemudian aku berharap hadir narasi-narasi lain yang menceritakan Indonesia dari sisi keunggulannya, supaya kita semakin percaya diri sebagai sebuah bangsa.
PENUTUP
Membaca merupakan aktivitas yang menyenangkan, ia seperti menonton sebuah film apabila kita bisa masuk ke fase penghayatan dan menyelami. Tidak harus dimulai dari bacaan-bacaan berat, untuk jatuh cinta pada buku bisa dimulai dari genre yang kita suka. Tumbuhkan kecintaan pada buku dengan memilih bacaan yang sesuai jiwa kita. Manusia Indonesia, bisa jadi rekomendasi bacaan teman-teman apabila memiliki ketertarikan terhadap narasi tentang Indonesia. Seorang tokoh yang konsen di bidang pendidikan dan sains, Gita Wirjawan berkata, bahwa kita kekurangan narrator-narator bangsa yang mumpuni. Mochtar Lubis mungkin sedikit dari sekian banyak penulis yang menarasikan Indonesia lewat buku yang berjudul “Manusia Indonesia.” Selamat membaca.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H