Sikap-sikap feodalisme ini dapat kita lihat dalam tatacara upacara resmi kenegaraan, dalam hubungan-hubungan organisasi kepegawaian (umpamanya, jelas dicerminkan dalam susunan kepemimpinan organisasi-organisasi isteri pegawai-pegawai negeri dan angkatan bersenjata), dalam pencalonan isteri pembesar negeri dalam daftar pemilihan umum. Isteri komandan, isteri menteri otomatis jadi ketua, bukan berdasarkan kecakapan dan bakat leadershipnya, atau pengetahuan dan pengalamannya, atau perhatian dan pengabdiannya, tapi lebih kepada relasi kekuasaan. Inilah yang dinamakan kultur masyarakat feodal.
Masyarakat feodal adalah masyarakat yang berorientasi pada nilai pelayanan yang berlebihan terhadap penguasa, pejabat, birokrat, atau orang yang dituakan. Seperti dijelaskan sebelumnya, yang berkuasa dalam masyarakat feodal adalah kaum bangsawan dan tuan tanah.
Semakin dekat hubungan darah seseorang bangsawan dengan raja yang sedang memerintah, semakin tinggilah status sosialnya dalam struktur masyarakat feodal. Kalau dalam masyarakat di sekitar kita, sikap feodal ini bisa ditunjukan dari penghormatan secara berlebih kepada tokoh agama, tokoh sepuh masyarakat, dan anggota masyarakat yang memiliki jabatan di pemerintahan.
Manusia Indonesia seperti disetting untuk menghormati orang-orang terpandang dan tunduk pada jabatan dan seragam. Ini terjadi tanpa diperintah, kita seringkali tunduk pada orang yang memiliki jabatan dan orang yang dituakan.
Melalui buku ini, aku rasa banyak fakta-fakta yang ingin disampaikan oleh penulis kepada pembaca. Manusia Indonesia memang tidak melulu negatif, ada hal-hal positif yang bisa kita jadikan kebanggaan dan tentunya menjadi modal untuk membangun peradaban sesuai kultur dan budaya Indonesia, sebuah peradaban tanpa menghilangkan jati diri kita sebagai bangsa yang memiliki tradisi kultural.
Karena Indonesia kekurangan narasi yang menggambarkan kebesarannya sebagai sebuah bangsa, karya Mochtar Lubis ini cukup menarik untuk dibaca walaupun penggambaran atas Indonesia diangkat dari sisi negatifnya. Kemudian aku berharap hadir narasi-narasi lain yang menceritakan Indonesia dari sisi keunggulannya, supaya kita semakin percaya diri sebagai sebuah bangsa.
PENUTUP
Membaca merupakan aktivitas yang menyenangkan, ia seperti menonton sebuah film apabila kita bisa masuk ke fase penghayatan dan menyelami. Tidak harus dimulai dari bacaan-bacaan berat, untuk jatuh cinta pada buku bisa dimulai dari genre yang kita suka. Tumbuhkan kecintaan pada buku dengan memilih bacaan yang sesuai jiwa kita. Manusia Indonesia, bisa jadi rekomendasi bacaan teman-teman apabila memiliki ketertarikan terhadap narasi tentang Indonesia. Seorang tokoh yang konsen di bidang pendidikan dan sains, Gita Wirjawan berkata, bahwa kita kekurangan narrator-narator bangsa yang mumpuni. Mochtar Lubis mungkin sedikit dari sekian banyak penulis yang menarasikan Indonesia lewat buku yang berjudul “Manusia Indonesia.” Selamat membaca.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H