Mohon tunggu...
Aan Hasanudin
Aan Hasanudin Mohon Tunggu... Penulis - Senang bercengkrama denganmu

Anak Desa yang bermimpi besar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tentang Privilege dan Miskin Struktural

27 Juni 2021   23:40 Diperbarui: 28 Juni 2021   00:39 2847
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret warga pinggir Kota

Keseimbangan sosial dalam teori struktural fungsional ini sewaktu-waktu bisa saja berubah jika salah satu bagian dalam sistem itu tidak bekerja sebagaimana mestinya. Namun perubahan itu jarang terjadi, si kaya dan si miskin lazimnya tetap berada pada fungsi sosialnya masing-masing. Jurang antara si kaya dan si miskin bertambah lebar ketika perdagangan dan pemikiran kapital berkembang pesat. Mungkin inilah alasan ideologi Komunis dilarang hampir di separuh dunia, karena bisa merusak tatanan mapan kaum kapitalis hehe. 

Nelson Mandela pernah berkata, "Senjata paling ampuh untuk mengubah dunia adalah pendidikan." Hal ini benar adanya, dengan pendidikan akan tercipta SDM unggul. Namun sayangnya, pendidikan adalah barang mahal di negeri ini. Ketika rakyat yang hidup dibawah garis kemiskinan ini tidak bisa mengakses pendidikan, maka miskin struktural ini akan tercipta. 

Jadi perkataan Muhadjir Effendy tidaklah sepenuhnya salah, walaupun memang tidak etis jika itu keluar dari mulut seorang Menteri. Maka yang dibutuhkan orang miskin itu adalah privilege. Lalu darimana datangnya privilege itu, tentu harus datang dari pemerintah. Pendidikan harus dibuat merata ke seluruh pelosok negeri. Ini adalah solusi mendasar atas permasalahan sosial dimanapun.

Pendidikan harus dikembalikan kepada cita-cita awal konstitusi, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Peningkatan mutu pendidik, peningkatan kualitas dan fasilitas, dan biaya murah, itu yang dibutuhkan negara ini jika ingin mengurangi tingkat kemiskinan. 

Kalau institusi pendidikan banyak melahirkan pengangguran, berarti ada yang salah dari sistem pendidikan kita selama ini. Kurikulum tentu harus dibuat adaptif dengan perubahan. Karena bagaimanapun, pendidikan adalah kunci utama menuju peradaban yang maju.

Kita bisa mencontoh Jepang yang kala itu di hancur leburkan bom atom oleh sekutu. Pasca peristiwa kelam itu, yang pertama dicari bukanlah dokter, melainkan guru. Terbukti dengan mengumpulkan tenaga pendidik dari seluruh Jepang, tidak butuh waktu lama bagi mereka untuk bangkit kembali.

Masih banyak problematika mengenai pendidikan di Indonesia. Mula dari gaji guru yang kurang layak, fasilitas yang tidak memadai, kualitas yang tidak merata dengan adanya sekolah favorit dan non favorit, dan masih banyak yang lainnya. 

Maka pemerataan pendidikan adalah kunci dasar untuk bisa mengentaskan jurang kemiskinan. Jika akses pendidikan mudah bagi si miskin, itu artinya pemerintah membuka privilege bagi mereka untuk bisa meniti pelan-pelan agar bisa keluar dari lingkaran miskin struktural.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun