Mohon tunggu...
Aan Hasanudin
Aan Hasanudin Mohon Tunggu... Penulis - Senang bercengkrama denganmu

Anak Desa yang bermimpi besar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tentang Privilege dan Miskin Struktural

27 Juni 2021   23:40 Diperbarui: 28 Juni 2021   00:39 2847
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena ada yang lahir dari keluarga yang orang tuanya gak support impian anak. "Mangan ae susah, wis ora usah kuliah-kuliah," (makan aja susah, udah gausah kuliah), begitu kira-kira gambarannya. Apakah penulis hanya mengarang saja, tentu pengalaman ngobrol dengan orang tua di sekitar menjadi dasar penulis berani berkata demikian.

Juga kemudahan akses informasi adalah privilege. Kesulitan pelaku usaha di pedesaan dalam memasarkan produk tentu didasari kurangnya akses informasi. Tidak tahu menahu kalau produknya itu bisa menjangkau banyak pembeli jika terhubung dengan internet dan marketplace. Sudah tahu tentang internet dan markeptlace, eh masih tidak tahu pula cara branding produk. Ini salah satu contoh privilege yang 'tidak berpihak' ke semua orang.

Terus apa hubungannya privilege dengan miskin struktural?

Nah, ini pertanyaan yang ditunggu-tunggu. Kalau pembaca sudah sampai di tahap ini, selamat berarti anda punya kesempatan untuk memahami privilege dengan pikiran positif hehe.

Privilege dan kemiskinan memiliki benang merah yang jika diuraikan akan menjadi suatu misteri kehidupan yang pahit namun harus diterima dengan lapang dada. Masih ingat dengan perkataan menko PMK (Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan) Muhadjir Effendy yang berkata, "Sesama keluarga miskin besanan, lahir keluarga miskin baru." Masih ingat gak kalau itu pernah trending twitter, kalau masih ingat berarti ingatan pembaca cukup bagus.

Perkataannya memang cukup "nyelekit", tapi mau tidak mau, suka tidak suka, memang beginilah fakta lapangan bicara.
Orang yang hidup dalam garis kemiskinan kemungkinan akan sulit mengakses berbagai sumber daya yang nantinya bisa digunakan untuk keluar dari kemiskinan, seperti ilmu pengetahuan dan teknologi, yang hanya bisa diperoleh apabila seseorang itu sudah bisa keluar dari jerat kemiskinan. Hal tersebut terjadi karena untuk mengakses ilmu pengetahuan dan teknologi diperlukan modal yang tidak sedikit yang tidak mungkin dimiliki oleh orang miskin. 

Modal yang sangat kurang itu akan menyulitkan bagi orang miskin untuk melakukan aktivitas yang dapat mengeluarkan mereka dari jurang kemiskinan, karena jangankan untuk melakukan saving atau menabung, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja sulit. Ditambah biasanya orang miskin bekerja pada sektor yang rendahan sehingga keuntungan yang diperoleh pun sangat sedikit yang mengakibatkan mereka mengalami kesulitan untuk meningkatkan taraf hidupnya.

Sebenarnya apa sih definisi miskin itu??

Menurut Soerjono Soekanto kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental maupun fisiknya dalam kelompok tersebut.

Ketidakmampuan dalam pemenuhan dasar seperti sandang, pangan, dan papan menjadi pemicu munculnya kemiskinan. Sedangkan berdasarkan teori struktural fungsional, masyarakat adalah bagian dari suatu sistem yang saling berkaitan, dimana pembagian fungsi sosial itu membentuk stratifikasi sosial. Teori ini sangat mendambakan keseimbangan dan menegasikan konflik. 

Stratifikasi sosial ini kemudian masuk ke ranah ekonomi, sosial, dan politik. Dimana jika seseorang dengan ekonomi lemah, maka akan memiliki nilai tawar yang rendah di kelompok sosialnya, dalam kehidupan politik pun jarang diajak berkontribusi dalam pengambilan keputusan. Apalagi di sistem demokrasi langsung ala +62, orang miskin inilah yang biasanya jadi lumbung suara dengan adanya praktik jual beli suara (politik transaksional). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun