Tukiman Tarunasayoga (JC Tukiman Taruna)
Pengajar Pascasarjana matakuliah Community Development
Catatan Mingguan: 11 Agt-17 Agt 2019
"Pidato kenegaraan Presiden Republik Indonesia yang sangat komprehensif," -begitulah ungkapan tepat- , Â atas pidato Bpk Presiden Joko Widodo 16 Agustus kemarin.Â
Bidikannya sangat tepat, dan "menegaskan" kembali secara lebih komprehensif atas pidato politiknya sebulan lalu. Sertamerta "SDM Unggul, Indonesia Maju" segera membahana ke seluruh pelosok tanah air dan menjadi catatan penting dalam minggu ini
Begitu ungkapan "SDM Unggul" Â dilontarkan dalam pidato kenegaraan Bpk Presiden, Â segera saya teringat buku "lama" tentang TQM, -Total Quality Management- (disusun Fandy Tjiptono&Anastasia Diana. 1996, Andi offset Yogyakarta) dan rasanya tepatlah sebagai perpaduan menarik, sehingga menjadi "SDM Unggul lewat TQM."Â
Intinya, SDM unggul dapat ditemukan atau pun dilatih asal saja prosesnya sekurangnya ditempuh seraya benar-benar memerhatikan 10 (sepuluh) karakteristik berikut:Â
(1) fokus kepada tujuan, (2) memiliki obsesi tinggi terhadap kualitas, (3) menggunakan pendekatan/kajian ilmiah dalam pengambilan keputusan maupun pemecahan masalah, (4) memiliki komitmen jangka panjang, (5) bisa kerjasama dan bekerjasama dalam tim, (6) terus memperbaiki proses secara berkesinambungan, (7) terus bersedia mengikuti pendidikan dan/atau pelatihan, (8) mengembangkan kebebasan yang terkendali, (9) dalam kesatuan tujuan dengan tim, serta  (10) bisa melibatkan dan memberdayakan orang lain. Â
SDM unggul pasti beririsan terus dengan peningkatan kualitas, dan dalam TQM kualitas sangat digarisbawahi "merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia lain, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau (bahkan) melebihi harapan."Â
Jelaslah, ciri-ciri SDM unggul pasti selalu mengejar kualitas yang seperti itu, yakni terus berusaha memaksimumkan daya saing melalui perbaikan terus menerus. Mengapa harus begitu? Karena dalam TQM ada empat prinsip utama, yaitu (a) selalu mengejar kepuasan kerja dan organisasinya, (b) sangat respek kepada setiap orang di dalam atau pun di luar organisasinya, (c) segala sesuatunya selalu berdasarkan fakta, dan (d) Â terus menerus melakukan perbaikan berkesinambungan.
SDM unggul memang belum menjamin sukses untuk memimpin atau melakukan perubahan di dalam lingkup kerjanya. Setiap perubahan (sekecil apa pun) rentan mendapatkan penolakan.Â
Di sinilah SDM unggul "diuji" akan sukses atau gagal bekerja. Dalam TQM ada saran sangat sederhana apabila akan melakukan perubahan. Saran pertama, perubahan yang diinginkan terjadi harus terus menerus diinformasikan oleh manajemen puncak, jangan didelegasikan kepada staf sekali pun staf itu punya posisi atau pun pintar.
Pimpinan puncak harus terus mengulang dan mengulang mimpi perubahan yang ingin diraih. Keunggulan seseorang pemimpin justru diuji di sini, dan inilah SDM unggul itu.Â
Kedua, dalam informasi yang terus menerus dilakukan oleh SDM unggul tadi, secara perlahan SDM unggul melakukan pembentukan persepsi, bahkan bisa jadi mengubah persepsi anak buah dari dulunya menolak menjadi mendukung sepenuhnya.
Dukungan sepenuhnya akan terjadi bila persepsi anak buah sama, yakni melihat bahwa perubahan itu akan membawa manfaat lebih besar disbanding dengan biaya yang akan dikeluarkan untuk membiayai perubahan itu.
Dengan kata lain, perubahan akan didukung kalau tidak merugikan melainkan menguntungkan anak buah. Di sinilah ujian kedua bagi terciptanya SDM unggul.
SDM Unggul bukan tiba-tiba ada, bukan pula terbentuk dalam dua tiga tahun proses. Harus sabar karena melewati berbagai batu ujian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H