SDM unggul memang belum menjamin sukses untuk memimpin atau melakukan perubahan di dalam lingkup kerjanya. Setiap perubahan (sekecil apa pun) rentan mendapatkan penolakan.Â
Di sinilah SDM unggul "diuji" akan sukses atau gagal bekerja. Dalam TQM ada saran sangat sederhana apabila akan melakukan perubahan. Saran pertama, perubahan yang diinginkan terjadi harus terus menerus diinformasikan oleh manajemen puncak, jangan didelegasikan kepada staf sekali pun staf itu punya posisi atau pun pintar.
Pimpinan puncak harus terus mengulang dan mengulang mimpi perubahan yang ingin diraih. Keunggulan seseorang pemimpin justru diuji di sini, dan inilah SDM unggul itu.Â
Kedua, dalam informasi yang terus menerus dilakukan oleh SDM unggul tadi, secara perlahan SDM unggul melakukan pembentukan persepsi, bahkan bisa jadi mengubah persepsi anak buah dari dulunya menolak menjadi mendukung sepenuhnya.
Dukungan sepenuhnya akan terjadi bila persepsi anak buah sama, yakni melihat bahwa perubahan itu akan membawa manfaat lebih besar disbanding dengan biaya yang akan dikeluarkan untuk membiayai perubahan itu.
Dengan kata lain, perubahan akan didukung kalau tidak merugikan melainkan menguntungkan anak buah. Di sinilah ujian kedua bagi terciptanya SDM unggul.
SDM Unggul bukan tiba-tiba ada, bukan pula terbentuk dalam dua tiga tahun proses. Harus sabar karena melewati berbagai batu ujian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H