Mohon tunggu...
Aang Kunaefi
Aang Kunaefi Mohon Tunggu... -

Pribadi yang simple, mau belajar dari apa saja, easy going dan mencoba menuliskan gumaman hati. ~~ My Twitter: @aang_kunaefi

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Saya, Pelajaran Seyan, dan Mimpi-mimpi Saya

1 Februari 2012   06:58 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:12 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Saya bersyukur bisa dibesarkan di daerah yang sangat kaya akan perbauran budaya dengan karakter orang plural, dengan background ekonomi yang sangat beragam juga. Dengan itu, saya bisa menghargai perbedaan. Ya kita tidak akan pernah mengerti arti sebuah kebersamaan jika kita sendiri tidak pernah tahu wajah perbedaan. Saya pikir kebersamaan bukan derevatif kata kerja dari kata sifat “sama”. Ya, jika kita melangkah bersama, tidak harus kita sama-sama melangkahkan kaki kanan atau kaki kiri dulu secara bersama, ada makna yang lebih dalam dari itu. Hidup yang saya bukan hanya sekedar rutinitas yang beberapa orang melihatnya sebagai sesuatu yang monoton. Saya memandang segala sesuatu dalam hidup ini adalah keajaiban, yang mungkin beberapa orang tidak percaya dengan itu. Saya hanya ingin hidup saya seperti air, air itu tidak berbentuk, lunak dan bisa menyeruak di antara bebatuan. Air itu benda yang lunak, lembut dan sangat cair. Sedangkan batu adalah benda keras, dan air bisa memecahkannya, tetes demi tetes.

Background keluarga saya mungkin mungkin bukan dari dunia pendidikan, namun bukan berarti mereka tidak peduli dengan pendidikan. Saya masih ingat betul orang tua saya pernah berpesan kepada saya:

“Kami mungkin tidak bisa mewarisi kamu harta yang melimpah karena kami memang tidak punya itu, tapi kami harap kami bisa memberimu ilmu (pendidikan), kelak bisa membantumu dan orang-orang di sekitarmu.”


Itu lah ilmu, semakin kita membaginya kepada orang lain, tidak semakin berkurang ilmu kita, malah sebaliknya. Ilmu lah yang akan menjaga kita, inilah bedanya kaya harta dengan kaya ilmu dengan ilmu harta. Bayangkan bagaimana orang-orang yang kaya harta bersusah payah harus menjaga hartanya. Tapi bukan berarti saya tidak menginginkan harta karena agama pun memerintahkan kita untuk mencarinya, harta itu penting namun pada kadar dan proporsi yang semuanya seimbang.

Oke, kita kembali lagi kepada masalah ilmu. Kita harus bijaksana memaknai kata ilmu. Ilmu itu tidak hanya terbatas pada pelajaran yang kita dapat di bangku sekolah maupun di lokasi perkuliahan. Namanya juga belajar, jadi tidak ada batasan itu melakukannya. Bisa saja saya juga belajar kepada setan, lantas kenapa? Saya kan Cuma belajar, bukan berarti saya harus mengikuti cara-cara setan atau bukan berarti saya harus patuh kepada setan, saya hanya belajar!!

Manusia itu perlu warna hitam untuk mempertegas warna putih, bukan?

Jangan pernah bermimpi

Beberapa orang bilang:

“Bermimpilah sebanyak mungkin, karena suatu saat nanti beberapa dari mimpi-mimpimu akan terwujud.”

Sementara yang lain mengatakan:

“Janganlah bermuluk-muluk dalam bermimpi, karena engkau akan terus bermimpi dan enggan untuk bangun dari tidurmu.”

Mimpi, harapan dan cita-cita adalah mesin pembunuh yang sangat dahsyat, mereka bisa membunuh kemalasan kita, membunuh rasa percaya kita, membunuh rasa benci kita, atau bahkan SEBALIKNYA, kepercayaan kita yang terbunuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun