Dalam literatur-literatur agama, sering kita menemukan tentang betapa bahayanya wanita. Tapi hampir tidak pernah kita temukan bahayanya pria.
Barseso, seorang ahli ibadah yang dalam 60 tahun usianya tidak pernah bermaksiat, yang semua santrinya bisa terbang seperti layang-layang, mampu berjalan di atas air laksana perahu kertas, tetapi ia tersandung dalam tragedi takdir suul khatimah disebabkan selain karena minuman dan pembunuhan, ternyata karena terlibat juga dengan seorang wanita.
Seorang pendeta yang dalam setengah abad lebih usianya digunakan hanya untuk bertapa, tetapi hidupnya berakhir mengenaskan oleh pengeroyokan tiga pemuda bersaudara, sedangkan ia dalam keadaan bersujud pada Iblis. Pasalnya, kemarin malam saat ia sedang bertapa, seorang gadis penggembala domba menginap di pertapaannya. Di tengah-tengah bertapa, tersingkaplah rok sang wanita. Dan itu adalah pertama kalinya sang pendeta ngaceng karena syahwat. Setengah ragu, akhirnya burung itu pun tetap masuk ke dalam sangkar yang bukan haknya. Iblis mengabarkan itu kepada tiga saudaranya, sekaligus menawarkan pertolongan pada sang pendeta. Tetapi pendeta tersebut terbunuh dan Iblis mengkhianatinya.
Bahkan sejak manusia pertama, konon, ia terusir dari surga juga lantaran wanitanya. Dan kemudian putranya, membunuh saudara kandungnya sendiri karena berebut wanita.
Di dalam Alquran juga disebutkan, di antara macam-macam syahwat yang disebutkan pertama adalah wanita. Dalam banyak Hadis juga kita diwanti-wanti agar menjauhi (aneka penyebab kedurhakaan yang disebabkan oleh) wanita.
Mengapa wanita?
Ya. Memang demikian adanya. Namun, banyaknya disebut potensi bahayanya, bukan berarti dia melulu tokoh antagonis dalam kisah, atau pemeran jahat dalam drama. Bukan sepenuhnya salah Hawa tatkala Adam ikut memakan buah dari pohon terlarang. Sama sekali bukan salah Ikrima saat Qabil mengepruk dengan batu kepala saudaranya. Bukan salah penjaga warung ketika Barseso kemudian memerkosanya. Bukan salah wanita penggembala domba ketika seorang pendeta mencuri keperawanannya. Itu semua lebih kepada salah prianya. Dan karena itu, agama mewanti-wanti agar para pria hati-hati kepada wanita.
Saat Qitfir menjumpai perselingkuhan Yusuf dengan Zulaikha, ia menuding istrinya dan berkata, "Sesungguhnya godaan kalian sangat agung, wahai para wanita."
فَلَمَّا رَاٰ قَمِيْصَهٗ قُدَّ مِنْ دُبُرٍ قَالَ اِنَّهٗ مِنْ كَيْدِكُنَّۗ اِنَّ كَيْدَكُنَّ عَظِيْمٌ
Artinya: Maka ketika dia (suami perempuan itu) melihat baju gamisnya (Yusuf) koyak di bagian belakang, dia berkata, “Sesungguhnya ini adalah tipu dayamu. Tipu dayamu benar-benar hebat.” (Q.S. Yusuf: 28)
Allah memuji dan mengangkat tinggi derajat para pria yang mampu menahan diri dari syahwat pada wanita.