Mohon tunggu...
aan anshori
aan anshori Mohon Tunggu... Buruh - Jaringan Islam Antidiskriminasi (JIAD)

Humanitarian worker and researcher

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Membenci Banci

20 Juni 2015   22:55 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:42 467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Fokus utama kekejian kaum Luth adalah pemerkosaan. Artinya, pemerkosaan tetaplah salah, tidak peduli dilakukan terhadap laki-laki atau perempuan. Jika misalnya ada larangan laki-laki memperkosa perempuan melalui vagina, tidak berarti seluruh 'perjumpaan' penis-vagina menjadi salah. Yang terlarang adalah pemaksaannya, bukan pertemuan antara penis dengan vagina/anal. Sebab 'perjumpaan' keduanya bisa jadi suci jika dibebat unsur kasih sayang dan bersifat mutual consent.

----

Penjelasan di atas setidaknya  telah memberikan pandangan sumber historis asal muasal kebencian terhadap banci. Bisa ditarik kesimpulan bahwa konstruksi sosial dan pertikaian politik saat itu banyak mengkontribusi munculnya prasangka tersebut.

Hingga saat ini, saya masih meyakini sesungguhnya Tuhan mampu mencipta apa saja yang dikehendakiNya, termasuk laki-laki yang tidak berhasrat kepada perempuan (min ghayr uli al-irba’) sebagaimana terindikasi dalam QS. 24:31. Cinta kasih sesama jenis dalam bentuk agape, storge, eros, maupun phillia sangat dimungkinkan tumbuh. 

Saya pernah membaca sebuah hadits yang dinarasikan Anas bin Malik dalam kitab Sunan karya Abu Dawud, “Kitab al-Adab”, bab 122, hadits 5127, yang dipublikasi oleh Thesaurus Islamicus Foundation tahun 2000 di Liechtenstein. Isinya menyiratkan percikan cinta sesama jenis. 

A man was with Prophet (peace be upon him) when another man passed by and the former said ' O, Messenger of God! I love this man.' The Messenger of god asked, 'Have you let him know that?' He said, ‘No.’ the Messenger of God then said, 'Tell him.' So he went up to the man and said, 'I love you for the sake of God' and the other replied, 'May God love you who loves me for the sake of God.'

Belum jelas apakah cinta –sebagaimana hadits di atas- berada dalam kerangka persaudaraan, platonik, hubungan darah, atau – bahkan bisa jadi – dalam bingkai cinta erotik. Wallohu a'alam.

 

*Awal Ramadhan 2015, Aan Anshori

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun