Salah satu hal yang menggebrak di dunia musik dalam kurun waktu dasawarsa terakhir adalah tumbuhnya Grup Sholawat dengan bertemakan Hadroh.Â
Walau jenis musik ini disebagian kalangan musik nasional tidak masuk list musik namun perkembangan di masyarakat justru membuktikan bahwa satu -- satunya yang bisa menjadi penantang musik dangdut sebagai musik dengan jumlah penonton terbanyak di setiap acaranya tentu saja adalah grup sholawat.
Tidak aneh memang karena grup sholawat membawa unsur syiar didalam syair dan juga grup sholawat relatif bisa dimasuki semua umur diberbagai kalangan menengah ke bawah walau relatif lebih didominasi oleh kawula muda.Â
Tentu ini menjadi keunikan buat grup sholawat sebab di jenis musik lain misalnya jazz, pop dan metal pasti hanya dikalangan tertentu saja. Ada nggak ukhti -- ukhti yang mendengarkan musik metal ? Ada nggak kakek -- kakek yang mendengarkan musik jazz ? Jika ada jawabannya tentu prosentasinya sangat kecil dan langka. Layak dimusiumkan.
Kembali ke Musik Hadroh. Meskipun tampaknya Hadroh sudah ada sejak lama bahkan menurut salah satu sumber, Hadroh ini berasal dari Garut. Adapun yang pertama kali memperkenalkannya adalah Kyai Achmad Sayuti dan Kyai Sura.Â
Kedua kyai ini mulai memperkenalkan kesenian ini di tahun 1917. Tetapi kelak yang terkenal mempopulerkannya adalah Syaikh Zaini Guru Sekumpul Martapura. Seorang Waliyulloh di tanah Banjar aka Kalimantan.
Di era itu Hadroh masih dalam cangkupan umum maka diperlukan tambahan penamaan sebagai identitas asal dan pembeda dari yang lain. Di era Syaikh Zaini kemudian dikenal dengan sebutan Hadroh Banjari yang masih menggunakan alat musik terbang saja.Â
Lalu dalam perkembangannya muncul Hadroh Habsyi yang identik dengan Maulid al Habsyi dan banyak juga digunakan di acara -- acara maulid oleh Habaib -- Habaib.Â
Adapun macam-macam alatnya : terbang, bass / jidor, ketam, perkusi / darbuka, keprak. Biasanya kalangan Habaib membacakan Maulid Simtudduror sedangkan di kalangan Pesantren membacakan Kitab Maulid al Barzanji.Â
Dalam perkembangannya Maulid Simtudduror lebih populer karena semakin populernya Grup Sholawat yang mayoritas diprakarsai oleh para habaib.
Dan pelopor populernya Hadroh Grup Sholawat di era sekarang tentu saja adalah Habib Syaikh dengan Grup Sholawat Ahbabul Musthofa. Beliaulah yang menjadi rujukan variasi tabuhan Hadroh Habsyi yang makin kaya variasi kira -- kira tahun 2010an sampai kini dipakai disemua grup hadroh sejagad raya.Â
Kemudian bermunculan banyak grup sholawat bagaikan dihujani suara Nabi Daud diantaranya yang terkenal adalah Az Zahir ( yang diasuh oleh Habib Ali Zaenal Abidin Assegaf ) dan Syubhanul Muslimin ( yang dipopulerkan oleh Gus Azmi sebagai idola ukhti -- ukhti di kalangan pesantren maupun di luar pesantren layaknya Idola KPop versi santri ).
Sedangkan di daerah saya ( Kebumen ) juga hadir Grup Hadroh Solawat bernama Mahage ( singkatan dari Malam Ahad Wage ) yang merupakan bagian internal dari Mahage itu sendiri. Majelis ini difokuskan dalam pembacaan Ratib al Haddad dan Maulid Simtudduror serta diisi juga dengan kajian dan pengajian.Â
Terbentuk pada tanggal 20 Maret 2010 di Perumahan Tamanwinangun Indah Blok D. 26 RT 02/10 Kebumen, diprakarsai oleh Habib Ali Al Haddad Alm, Habib Hasan Luthfy Alatas, Habib Rijal Alattas, Kiai Agus Nur Yahman Alm, Kiai Romadon, Kiai Agus Nur Fauzan, Ust. Mukhtarom, Andri Sutadi dan Supriyadi.Â
Dan dalam perkembangannya Mahage melebarkan sayap dengan terbentuknya SMKP ( Sedulur Mahage Kebumen Perantauan ) sebagai jawaban dari kebutuhan para perantau yang memang dari asalnya sudah mengikuti Mahage sebelum merantau dan menjadi rumah ruhani ditengah arus ibukota yang menjerat nurani.Â
Kehadiran SMKP disambut positif berbagai kalangan, baik dari Kebumen maupun warga asli tempat rantau karena sudah beberapa kali berhasil menyelenggarakan even tabligh akbar milad dan berbagai forum pengajian.Â
SMKP menjadi oase bagi para perantau yang gundah dengan terjal arus zaman yang menggiring ke apatisme dan kapitalisme belaka. SMKP juga menjadi rumah berbag tawa canda kebersamaan di tanah rantau sehingga jarak yang jauh menjadi tidak terasa karena banyaknya saudara.
Jika kita cermati dari hal diatas maka bisa kita simpulkan bahwa Musik Hadroh khas Grup Sholawatan menjadi jawaban dari ringkihnya nilai musik yang mendidik di Indonesia.Â
Musik Hadroh yang dibawakan dengan syair demi perjuangan syiar menjadi oase yang menggabungkan unsur seni, dakwah, cinta negeri dan persatuan. Bahkan sekaliber Slank dan Iwan Fals tidak mungkin bisa melakukan hal itu. Betapa luar biasanya Hadroh dari sisi ini dan juga betapa membuminya Hadroh di kalangan masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H