Mohon tunggu...
Luthfan Aufar
Luthfan Aufar Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa FISIP Uhamka

~Saya hanya seorang pelajar di kota belimbing, yang ingin banyak belajar menulis...\r\nKetika rangkaian huruf menjadi satu kata, ketika satu kata menjadi satu kalimat dan ketika kalimat menjadi satu bait dan satu bait menjadi kesatuan pikir dan rasa yang di tuangkan dalam satu tulisan. Maka ada rasa bahagia ketika menyelesaikannya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

The Art Of Public Relation

17 Juli 2021   10:01 Diperbarui: 17 Juli 2021   10:20 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Nama : Muhammad Luthfan Aufar

Kelas : PR Writing 4D

NIM : 1806015424

ART OF PUBLIC RELATIONS

 

Public Relation atau yang diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia, sebagai Hubungan Masyarakat dan disebut Humas, merupakan peranan penting dalam sebuah perusahaan yang tujuan utamanya adalah meningkat reputasi perusahaan, agar terlihat baik di mata konsumen, investor dan anggota-anggota perusahaan. Tujuan lain dari seorang PR adalah meningkatkan kepercayaan publik pada perusahaan, agar publik selalu memandang baik dan mau menggunakan jasa dan produk yang telah perusahaan buat serta distribusikan, selain itu seorang PR juga wajib menjaga kepercayaan investor atau stakeholder pada perusahaan, agar mereka tetap mau menaro sahamnya untuk perusahaan. Selain menjaga kepercayaan publik dan reputasi, seorang Humas dituntut untuk bisa mempersuasi publik dan calon konsumen, sebagai langkah awal membangun reputasi yang baik bagi mereka, sebab jika tidak public dan calon konsumen tidak dipersuasi, bagaimana mereka bisa melirik kapabilitas perusahaan dalam memasarkan jasa dan produk yang dihasilkan. Dan yang terakhir seorang Humas adalah jembatan bagi perusahaan dan public, perusahaan dan investor serta pimpinan perusahaan dengan karyawan-karyawan lainnya.

Proses pembentukan reputasi, membangun kepercayaan public dan mempersuasi orang-orang disebut sebagai langkah negosiasi. Negosiasi yang dilakukan oleh seorang humas tidak boleh asal dan bersifat memaksa public serta investor untuk bertahan memilih perusahaan agar tetap yang terbaik bagi mereka. Negosiasi yang dilakukan oleh seorang Humas perlu diawali step by step, agar tidak terjadi kekeliruan diantara, disinilah seorang Humas melakukan apa yang disebut Art Of Public Relations.

Art Of Public Relations yang pertama adalah Negosiasi.

Sebagai seorang Humas, kita perlu menganalisis dulu apa yang sedang terjadi didalam perusahaan ataupun diluar perusahaan, untuk mengkaji pesan-pesan persuasif apa yang akan kita bicarakan ketika melakukan transaksi negosiasi. Jika sudah mendapat hasil Analisa sementara kita terhadap pokok pembicaraan yang akan dibahas, maka kita simpan hal itu dan masuk ke langkah selanjutnya.

Berikutnya, yakni kita perlu mengobservasi hasil Analisa kita kepada target publik, investor dan calon konsumen kita, agar mereka mau dipersuasi dan menerima ajakan negosiasi yang akan kita bangun dalam rangka mempertahankan reputasi dan kepercayaan mereka pada perusahaan. Hasil observasinya sebagai penentu juga, berapa persentase tiap-tiap golongan yang akan menaro kepercayaan pada perusahaan dalam jangka Panjang, serta bagaimana pandangan mereka pada perusahaan, untuk memastikan reputasi perusahaan tetap pada citra yang baik dari perspektif public dan investor.

Lalu langkah terakhir adalah negosiasi, dengan jabatan kita yang merupakan seorang Public Relation dan menjembatani aspek-aspek eksternal dengan perusahaan, maka negosiasi yang kita lakukan ketika pandemic seperti ini ialah, meminta mereka untuk mengisi sebuah form terkait reputasi dan kepercayaan mereka pada perusahaan, didalam form tersebut kita cantumkan kalimat-kalimat persuasive pada mereka dengan kalimat yang multitafsir, agar mereka menganggap tulisan itu adalah ajakan positif dari perusahaan untuk memberi mereka benefit. Atau juga bisa kita terjun langsung di lapangan dengan bagian marketing dan call center, untuk menanyai kepuasan mereka pada perusahaan, selama bermitra dan menjadikan perusahaan sebagai prioritas mereka ketika memilih sebuah produk atau jasa yang perusahaan tawarkan.

Hasil jawaban dari sejumlah populasi yang didalamnya termasuk calon konsumen, investor, dan juga public akan kita akumulasikan menjadi satu sampling data yang valid untuk diserahkan kepada pimpinan perusahaan, dan menunjukan bahwa kinerja kita sebagai seorang PR bisa dipertanggung jawabkan, karena mendapatkan kepercayaan public dari apa yang perusahaan tawarkan kepada khalayak.

Art Of Public Relations yang kedua adalah Public Speaking

Jika kita bicara tentang persuasi, maka hal itu sangat lekat dengan yang Namanya Public Speaking atau bicara didepan orang banyak, dengan gagasan dan materi yang akan kita sampaikan pesannya secara massal kepada audiens. Public Speaking adalah cara penyampaian pesan yang ada di dalam benak kita, untuk disebarluaskan kepada khalayak agar mereka bisa melihat perspektif baru dari pembicara, mendapat informasi baru serta terhubung dengan asumsi pembicara terkait materi yang disampaikan.

Ketika seorang Public Speaker tampil di sebuah acara dengan maksud ingin menyampaikan gagasan serta mempersuasi orang-orang dengan pola pikirnya, artinya kita sebagai seorang Public Speaker harus mampu memahami preferensi audiens kita, apa yang mereka dengar? Apa yang ingin mereka lihat dari sebuah pertunjukan kita diatas panggung maupun didepan orang-orang? Sebelum naik dan berbicara dengan lugas, kita harus mempelajari beberapa aspek dari audiens kita, yakni:

  • Rentang Usia Audiens, yang mana ini bisa menjadi acuan kita dalam membuat gagasan yang tepat sasaran kepada rata-rata umur audiens yang akan menonton kita, karena jika kita salah sasaran usia audiens, kita akan bingung sendiri bagaimana point kita akan tersampaikan kepada pikiran audiens, misalnya kita membuat materi tentang millennials dan coffee shop hits yang pas untuk nongkrong, namun audiens kita ibu-ibu dan bapak-bapak, bukannya standing applause yang kita dapat, malah suara jangkrik yang berbunyi.
  • Profesi Audiens, juga aspek yang harus kita ketahui, sebab gagasan itu muncul dari sebuah pemikiran pribadi kita yang mana profesi kita sebagai seorang Public Speaker itu beda opini dengan audiens kita, sedangkan tujuan kita adalah menggabungkan opini kita dengan audiens agar bisa selaras, maka kita juga perlu tahu rata-rata profesi audiens kita itu bekerja sebagai apa, agar tidak terjadi miskom dan mengurangi resiko ketersinggungan.
  • Lokasi Venue, yang tidak kalah penting juga adalah lokasi tempat kita melakukan pertujukan dan mempersuasi audiens, mengapa demikian? Karena dengan kita meriset dimana kita akan melakukan pertunjukan, kita bisa menggali lebih banyak gagasan dan materi yang akan disampaikan, kita bisa membuat materi tentang lokasi setempat sebagai bridging materi kita untuk masuk ke dalam materi selanjutnya agar tidak terasa patah materi yang disampaikan.
  • Latihan Tampil, step terakhir yang bisa gunakan supaya kita tidak kaget dengan bicara secara runtut dan Panjang, latih materi kita didepan cermin atau didepan teman-teman dekat, dengan maksud untuk memberi kritik serta saran dari penyampaian pesan kita, serta memastikan apakah pesan-pesan persuasive yang kita sampaikan bisa terkoneksi pada benak teman-teman kita? Jika belum, kita perlu menulis gagasan dan materi yang lebih baik dari sebelumnya, serta memperbaiki point-point mana saja yang dikiranya kurang kuat dalam mempersuasi orang.

Jika diatas merupakan seni Public Speaking sebagai pembicara atau sebagai seorang public speaker, maka jika kita terapkan ke dalam ranah public relations, Teknik public speaking yang kita gunakan tidak jauh beda dengan point-point diatas, hanya saja target kita bukan audiens secara luas, karena ketika kita melakukan public speaking sebagai seorang Humas, maka audiens kita adalah client yang akan melakukan Kerjasama dengan perusahaan, serta stakeholder perusahaan yang akan menaro saham dalam jangka Panjang pada perusahaan yang kita jalankan.

Perbedaan paling signifikan ketika menjadi seorang humas saat melakukan public speaking, dengan menjadi seorang pembicara adalah, kita perlu menggunakan Bahasa yang lebih formal ketika menjadi seorang humas dan melakukan public speaking didepan audiens, gunanya adalah agar citra diri kita terlihat baik dan citra perusahaan juga terlihat baik didepan audiens, karena ranah kita adalah korporat jadi sangat diperlukan tutur Bahasa yang baik dan sopan, tidak bisa menggunakan Bahasa yang informal ketika didepan stakeholder dan client perusahaan.

Namun disisi lain, ketika perusahaan mengadakan sebuah event atau acara informal dalam rangka rapat kerja atau acara ulang tahun perusahaan, biasanya seorang humas lah yang menjadi MC untuk acara tersebut, disini kita bisa menggunakan Bahasa yang informal dan materi yang segar guna menghibur teman-teman sejawat dan pimpinan perusahaan, agar acaranya lebih meriah dan tidak membosankan, dan kita juga lebih mudah menjadi MC pada acara perusahaan, karena kita sudah tau segmentasi pasar dan preferensi karyawan serta pimpinan lebih suka pembahasan yang seperti apa, jadi tidak perlu riset lebih dalam.

Art Of Public Relation yang ketiga adalah Company Profile

Company Profile adalah salah satu seni yang dilakukan oleh perusahaan dalam memasarkan hal-hal yang perusahaan miliki, untuk disebarluaskan kepada khalayak guna memberitahu kepada khalayak bahwa perusahaan mempunyai berbagai jenis produk dan jasa yang ditawarkan dan didistribusikan kepada khalayak. Company profile awalnya hanya sekedar tulisan dan juga brosur yang dibuat oleh seorang Humas perusahaan, namun kini ditengah perkembangan teknologi dan industry kreatif, company profile bisa juga berupa video.

Dalam bukunya, Rachmat Kriyantono (2008) yang terkenal sebagai penulis kajian tentang ilmu komunikasi, menjelaskan bahwa Company Profile adalah produk tulisan praktisi PR yang berisi gambaran umum perusahaan. Gambaran ini tidak sepenuhnya lengkap, detail dan mendalam. Perusahaan bisa memilih hal-hal apa saja yang ingin disampaikan secara terbuka kepada publik. Ada beberapa perusahaan yang justru membuat company profile ditujukan kepada calon konsumen, ada juga perusahaan yang membuat company profile khusus untuk konsumen saja, untuk bank, untuk pemerintahan, untuk stakeholder dan lainnya. Biasanya hal ini dilakukan oleh perusahaan raksasa yang mempunyai bidang usaha luas dan segmentasi public yang berbeda-beda.

Company profile adalah sebuah representasi dari sebuah perusahaan, yang mana adalah gambaran secara besar apa saja yang perusahaan miliki bisa dicantumkan pada company profile, jadi public ataupun stakeholder tidak usah repot-repot mencari tahu produk dan jasa yang diproduksi oleh perusahaan, serta dengan adanya company profile juga bisa menjadi peningkat citra perusahaan agar terlihat baik dan elegan.

Dalam company profile kita bisa mencantumkan aspek-aspek perusahaan yang mungkin banyak orang belum tahu terkait hal itu, namun dengan kesepakatan Bersama oleh pimpinan perusahaan untuk kita sebarluaskan aspek-aspek yang tidak umum tersebut, menjadi hal umum yang akan dilihat oleh public. Mulai dari visi misi, produk dan jasa, deskripsi perusahaan, segmentasi pasar, pendapatan perkapita, kualitas pekerja, kualitas produk yang dihasilkan, cara pembuatan produk hingga pabrik, bisa kita liput dan cantumkan kedalam company profile.

Pengemasan company profile yang dibuat oleh seorang Humas, bisa bermacam-macam bentuknya tergantung kemauan perusahaan dalam memproduksi company profile bagi perusahaan, karena banyak ragamnya company profile, bisa ditulis, bisa didesain secara interaktif, bisa dibuat secara shooting dan dijadikan video, bisa juga dijadiin booklet atau brosur, ada banyak ragamnya. Jadi ketika ada banyak ragam dari sebuah company profile maka itu menjadi sebuah tantangan bagi seorang Humas untuk bisa menguasai lebih dari 1 aplikasi dalam mengelolah hal-hal yang berkaitan tentang publisitas seperti company profile satu ini.

 Jadi jika ada orang yang berasumsi seorang PR itu dominan kerja dengan bertemu client setiap hari dan harus bisa public speaking, tidak sepenuhnya benar, karena pekerjaan seorang PR itu tidak hanya itu saja, namun dengan berkembangnya zaman dan lahirnya aplikasi-aplikasi kreatif, maka itu menjadi sebuah tantangan baru bagi seorang Humas untuk menguasai lebih banyak lagi aspek untuk dikerjakan oleh seorang Humas pada perusahaan.

Art Of Public Relations yang keempat adalah Writing 

Menulis adalah sebuah seni yang mengharuskan kita, berhayal dan berimajinasi dengan luas agar tercipta sebuah gagasan atau ide baru, yang nantinya akan kita curahkan ide-ide tersebut menjadi sebuah struktur kalimat dengan inovasi yang terkandung didalamnya, karena setiap tulisan yang kita tulis atau ketik, bisa menjadi acuan kita dalam mencari ide-ide lainnya ketika memulai jenis tulisan lainnya, karena karya tulis tidak selalu tentang cerita, puisi, atau inovasi. Dalam ranah PR ada jenis tulisan yang harus kita kuasai, yaitu:

Content Writing : Sebuah penulisan yang menuntut seorang Humas dalam menulis sebuah konten untuk kebutuhan promosi dan persuasi perusahaan, agar nantinya bisa dilihat oleh publik, serta bisa juga dibaca oleh stakeholder atau investor perusahaan, ketika mereka ingin melihat perkembangan perusahaan. Biasanya content writing yang dibuat oleh seorang Humas dipublikasikan di laman website perusahaan, bisa dalam bentuk postingan press release, conference pers, inhouse magazine dan juga infografis.

Audit : Penulisan dengan gaya tulisan seperti laporan perusahaan dari mulai awal bulan hingga akhir bulan, akan ditulis oleh seorang Humas dengan runtut dan jelas, gunanya adalah untuk mengetahui kinerja perusahaan dalam waktu sebulan, apakah mengalami kerugian atau mendatangkan keuntungan bagi perusahaan, karena dengan adanya laporan audit seperti ini, perusahaan tidak perlu repot-repot mengecek folder setiap harinya, karena ada peran humas dalam menulis audit perusahaan.

Jurnal Perusahaan : Berbeda dengan content writing dan audit, jurnal perusahaan tidak dibuat setiap bulan atau setiap hari, karena jurnal perusahaan dibuat dalam 2 bulan atau 3 bulan sekali, gunanya adalah untuk membuat rangkuman sederet kegiatan perusahaan yang telah dijalankan, isi jurnal perusahaan juga tidak perlu banyak-banyak seperti audit perusahaan, kita bisa menulis isi jurnal perusahaan dengan rangkuman kegiatan saja, namun perlu dicatat tanggal dan bulannya juga, agar pimpinan perusahaan dan stakeholder juga tahu dengan jelas bahwa pengeluaran perusahaan digunakan untuk acara-acara tersebut. Acara-acara yang bisa kita masukan dalam jurnal bisa berupa acara CSR, penghargaan perusahaan, ulang tahun perusahaan, webinar yang diadakan perusahaan dan rapat umum pemegang saham perusahaan.

Dari 4 Seni Public Relations diatas maka dapat disimpulkan, bahwa seorang PR mempunyai banyak tugas yang harus diemban, tidak hanya menjembatani antara mayarakat dengan perusahaan saja, tapia da lebih banyak pekerjaan yang harus disusun dan dikerjakan oleh seorang Humas, nantinya setiap pekerjaan yang telah dikerjakan oleh seorang Humas akan berkaitan juga dengan reputasi perusahaan, dengan hubungan perusahaan dengan pihak luar, serta dengan kepercayaan stakeholder dalam menaro uangnya pada perusahaan untuk mendapat benefit yang memadai.

Jadi kesimpulannya ketika kita terjun menjadi seorang PR perusahaan, maka kita harus siap dengan segala konsekuensi yang akan kita kerjakan setiap harinya, mulai dari menjaga reputasi perusahaan, hingga menulis laporan-laporan perusahaan diakhir bulan, jadi peran humas pada perusahaan itu sangat penting dan sangat dibutuhkan oleh perusahaan dalam mengembangkan bisnisnya terus menerus, dan kita sebagai seorang PR terus dituntut untuk terus berinovasi dan melahirkan ide-ide kreatif lainnya bagi perusahaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun