Mohon tunggu...
Nur Hidayah
Nur Hidayah Mohon Tunggu... Human Resources - Mahasiswi Psikologi

Belajar menjadi manusia dan memanusiakan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Wayang Kulit dan Konsep Diri: Refleksi Psikologis melalui Seni Tradisional

10 Desember 2023   03:42 Diperbarui: 10 Desember 2023   04:27 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pentingnya Dukungan Sosial

Wayang Kulit bukan hanya tentang penonton yang menyaksikan pertunjukan, tetapi juga tentang kebersamaan dan interaksi sosial yang terjadi selama acara. Teori keterlibatan sosial yang dikembangkan oleh Michael A. Hogg dan Dominic Abrams menekankan bahwa keikutsertaan dalam kelompok sosial dapat membentuk identitas pribadi. Partisipasi dalam acara-acara Wayang Kulit dapat memberikan individu perasaan terhubung dengan komunitas mereka dan mendorong rasa keterlibatan sosial. Hal ini dapat membentuk konsep diri dengan mengakui pentingnya ikatan dengan orang lain dan merasakan diri sebagai bagian dari sesuatu yang lebih besar.

Kesimpulan

Dalam budaya Jawa, Wayang Kulit bukan hanya pertunjukan seni, melainkan juga bentuk kehidupan dan cermin bagi konsep diri. Dengan menggabungkan aspek-aspek budaya ini dengan konsep psikologi, terlihat bahwa Wayang Kulit dapat menjadi sarana yang kuat untuk merangsang pemikiran tentang diri dan membentuk identitas. Pada akhirnya, melalui cerita-cerita epik, simbolisme, dan ritual, Wayang Kulit memberikan kesempatan bagi individu untuk merenung tentang perjalanan kehidupan, menggali nilai-nilai batin, dan memahami hubungan mereka dengan dunia. Oleh karena itu, Wayang Kulit bukan hanya sebuah pertunjukan, tetapi juga sebuah perjalanan emosional dan spiritual yang mendalam menuju pemahaman yang lebih baik tentang konsep diri.

Referensi:

Bandura, A., & Evans, R. I. (2006). Albert Bandura. Insight Media.

Endraswara, S. (2017). Psikologi raos dalam wayang. Media Pressindo.

Hattie, J. (2014). Self-concept. Psychology Press.

Jung, C. G. (2015). Freud and Psychoanalysis, Vol. 4. Routledge.

Widick, C., Parker, C. A., & Knefelkamp, L. (1978). Erik Erikson and psychosocial development. New directions for student services, 1978(4), 1-17.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun