Pentingnya Dukungan Sosial
Wayang Kulit bukan hanya tentang penonton yang menyaksikan pertunjukan, tetapi juga tentang kebersamaan dan interaksi sosial yang terjadi selama acara. Teori keterlibatan sosial yang dikembangkan oleh Michael A. Hogg dan Dominic Abrams menekankan bahwa keikutsertaan dalam kelompok sosial dapat membentuk identitas pribadi. Partisipasi dalam acara-acara Wayang Kulit dapat memberikan individu perasaan terhubung dengan komunitas mereka dan mendorong rasa keterlibatan sosial. Hal ini dapat membentuk konsep diri dengan mengakui pentingnya ikatan dengan orang lain dan merasakan diri sebagai bagian dari sesuatu yang lebih besar.
Kesimpulan
Dalam budaya Jawa, Wayang Kulit bukan hanya pertunjukan seni, melainkan juga bentuk kehidupan dan cermin bagi konsep diri. Dengan menggabungkan aspek-aspek budaya ini dengan konsep psikologi, terlihat bahwa Wayang Kulit dapat menjadi sarana yang kuat untuk merangsang pemikiran tentang diri dan membentuk identitas. Pada akhirnya, melalui cerita-cerita epik, simbolisme, dan ritual, Wayang Kulit memberikan kesempatan bagi individu untuk merenung tentang perjalanan kehidupan, menggali nilai-nilai batin, dan memahami hubungan mereka dengan dunia. Oleh karena itu, Wayang Kulit bukan hanya sebuah pertunjukan, tetapi juga sebuah perjalanan emosional dan spiritual yang mendalam menuju pemahaman yang lebih baik tentang konsep diri.
Referensi:
Bandura, A., & Evans, R. I. (2006). Albert Bandura. Insight Media.
Endraswara, S. (2017). Psikologi raos dalam wayang. Media Pressindo.
Hattie, J. (2014). Self-concept. Psychology Press.
Jung, C. G. (2015). Freud and Psychoanalysis, Vol. 4. Routledge.
Widick, C., Parker, C. A., & Knefelkamp, L. (1978). Erik Erikson and psychosocial development. New directions for student services, 1978(4), 1-17.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H