Mohon tunggu...
A A Kunto A
A A Kunto A Mohon Tunggu... Penulis - CoachWriter | CopyWriter

AA Kunto A | Penulis

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Agar Dibaca, Ini 5 Tahap Mengorganisasikan Ide Menulismu

21 Maret 2017   07:28 Diperbarui: 21 Maret 2017   08:24 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keempat, penyusunan ide

Susah itu hanya ada dua: nihil ide atau banjir ide. Jika nihil maka jelas: tak bisa menulis. Jika banjir: bagaimana mengorganisasi ide? Pesan, supaya sampai dengan selamat di penerimanya maka mesti disusun sedemikian rupa. Bukan saya supaya efektif, melainkan juga supaya menarik.

Di seberang, pembaca menanti. Salah penyusunan menyebabkan pembaca enggan membongkarnya. Mereka tentu hanya akan mau membuka ide seturut dengan apa yang mereka inginkan. Untuk itu, tugas penulis adalah menyusun idenya sesuai dengan apa yang dimaui pembaca. Gunakan pintu masuk pembaca supaya pembaca mau keluar lewat pintu kita.

Dinamika ini yang berlangsung seru ketika menyusun ide sebagai tulisan. Lantas muncul sederet pertanyaan ini: lead seperti apa yang menarik, metafora apa yang sebaiknya disisipkan untuk mempermudah pengertian, di alinea ke berapa pesan inti mulai disampaikan, dan bagaimana menutup tulisan supaya pembaca nyaman...

Jadi, saat anda membaca tulisan yang runtut, bisa jadi tulisan itu disusun oleh penulis sambil menahan kentut!

Kelima, pengukuran ide

Di era digital dan media sosial, mengukur apakah tulisan kita berterima atau tidak begitu mudah. Kita tinggal mengunggah tulisan kita ke akun media sosial untuk mendapatkan respon dari pembaca. Unggah berulang-ulang untuk temukan polanya; mana tulisan yang diminati dan mana tulisan yang tak digubris.

Saya selalu melakukan ini. Sampai-sampai saya bisa menebak, ide menarik yang saya tulis ini, iya yang anda baca ini, pasti tidak banyak mendapatkan respon dari teman-teman di media sosial. Lho, padahal ini topik yang bagus, kan? Bukan soal bagus-jelek, namun topik seperti ini tergolong berat untuk mendapatkan komentar ringan sebatas, “Menarik, Mas....”

Beda dengan tulisan remeh-temeh seputar wisata kuliner, jalan-jalan, lelucon, dan sejenisnya, pasti lebih banyak yang berkomentar. Tapi mengapa saya tetap menuliskannya? Karena sudah telanjur!

Bali, 21 Maret 2017

@AAKuntoA

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun