Belum lama ini, Negara kita yang berdasarkan ke Tuhanan Yang Maha Esa ini, dihebohkan oleh berita penangkapan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Berita tersebut membuat semua terkejut, bukan karena jumlah uang yang dikorupsi nya, bukan karena sipelaku nya orang yang terkenal.Kehebohan itu dikarenakan jumlah anggota dewan yang tertangkap nyaris tak menyisakan anggota yang ada. Alias korupsi tersebut dilakukan secara masal. Iya, itulah kasus korupsi anggota DPRD Kota Malang. Mendagri menyebut, kasus tersebut adalah yang pertama terjadi di Indonesia.
Mereka bukan orang yang tidak berpendidikan. Mereka bukan juga orang yang tidak beragama. Mereka juga, bukan tidak tahu tentang korupsi dan bahaya nya untuk bangsa dan Negara. Dan jika di telusuri, ucapan - ucapan mereka saat kampanye berisikan kata - kata kontra terhadap korupsi dan pro pemberantasan korupsi.
Tapi, mengapa justru mereka terlibat korupsi ?. Dan, mengapa korupsi selau terjadi ?. Bukan kah pemerintah genjar memberantas dan mencegah korupsi ?.
Ada kisah yang bisa di jadikan pelajaran untuk kita semua. Terutama para pendidik, orang tua, pemerintah beserta pejabat - pejabat nya. Jika tidak ingin generasi penerus bangsa ini, anak - anak kita, berbuat kehebohan tercela seperti anggota dewan Kota Malang, atau kehebohan yang lain, simak baik - baik kisah berikut dan berlatihlah untuk mencontoh nya :
Dikisahkan pada suatu hari Imam Hasan al-Bashri, seorang Imam terkemuka, didatangi oleh delegasi budak-budak dari negeri Bashrah.
Delegasi itu berkata kepadanya, "Ya Taqiyuddin, majikan kami memperlakukan kami dengan buruk dan tidak berperi kemanusiaan. Kami berharap pada khutbah Jum'at yang akan datang Tuan bisa membicarakan tentang kasus kami, supaya para pemilik budak melepaskan budak-budaknya dan tidak memperlakukan kami dengan kejam."
Imam Hasan al-Bashri mendengarkan permohonan delegasi itu dengan baik tanpa berkomentar apa-apa. Namun, beberapa Jum'at berlalu sang imam tak pernah membicarakan perihal budak di khutbah Jum' atnya. Ada yang mengatakan selama satu tahun sang Imam belum berkhutbah sesuai permintaan para budak.
Barulah kemudian pada suatu Jum'at, beliau berkhutbah tentang keutamaan membebaskan budak dalam Islam dan besarnya dosa berbuat kejam, serta tidak berperikemanusiaan terhadap budak.
Setelah khutbah Jum'at itu, banyak kaum muslimin yang membebaskan budaknya karena Alloh Ta'ala. Dan delegasi budak pun datang ke rumah sang imam. Tetapi kedatangannya ini bukan untuk mengucapkan terima kasih.
Mereka berkata, "Wahai Imam Hasan, kami datang kepada Tuan bukan untuk berterima kasih, tetapi ingin komplen kepada Tuan!"
Imam Hasan al-Bashri terkejut mendengar perkataan yang cukup pedas dari delegasi itu. "Mengapa begitu?" Tanya Imam Hasan kepada mereka.
Mereka menjawab, "Semula kami datang dan mengadukan hal-ihwal kami ke sini dengan harapan supaya Tuan cepat-cepat menyampaikan khutbah Jum'at itu, karena kami dan rekan-rekan kami butuh penyelesaian yang segera. Tetapi Tuan baru menyampaikan nya sekarang".
Imam Hasan al-Bashri tidak menjawab komplen mereka, beliau balik bertanya, "Tahukah kamu, mengapa aku menunda khutbah Jum'atku tentang itu?" Mereka menjawab, "Allohu A'lam."
Sang Imam kemudian menerangkan, "Aku menunda khutbahku tentang pembebasan budak, karena aku belum mempunyai uang untuk membeli budak. Setelah Alloh Ta'ala mengaruniai aku uang, kemudian aku membeli budak, kemudian kubebaskan dia sesuai dengan tema pembicaraanku dalam khutbah Jum'at itu, barulah aku memerintah orang lain untuk membebaskan budak.''
Imam Hasan melanjutkan, ''Kaum muslimin akan menyambut seruan Alloh Rabbul alamin, bila mereka melihat bicara dan perbuatanku sejalan!".
Begitulah sang Imam memberikan keteladanan kepada masyarakat. Beliau seorang ulama karismatik, memiliki pengaruh yang kuat, yang ucapan nya senantiasa di dengar. Jika beliau mau, cukup berkata saja semua orang akan menuruti nya. Tapi hal itu tidak dilakukan nya. Karena beliau tahu risiko berkata tanpa pernah melakukan nya.
Kita tahu semua anggota dewan, pejabat eksekutif ketika mencalonkan pasti berkampanye, menyampaikan visi dan misi, menyampaikan sikap terhadap korupsi. Sehingga masyarakat percaya dan memilih mereka. Begitu juga dengan orang tua yang berkata tentang kebaikan kepada anggota keluarga nya, dengan harapan mereka menjalankan apa yang didengarnya.
Satu hal yang perlu kita fahami, bahwa manusia selain memiliki telinga untuk mendengar, mereka juga memiliki dua mata. Kata - kata meski indah hanya melewati telinga lantas berlalu bersama udara. Adapun, yang dilihat mata dapat dengan mudah terekam kuat dipikiran dan menjalar ke anggota tubuh. Itulah sebab nya sang Imam mendahulukan perbuatan dari pada ucapan. Walhasil, seluruh jama'ah yang mendengar khutbah nya membebaskan budak yang dimilikinya. Mereka bergerak melakukan sebagaimana yang disampaikan sang Imam, karena melihat keselarasan ucapan dan tindakan sang Imam.
Begitu banyak kehebohan di Negeri ini. Acara - acara diskusi yang ada di layar kaca semakin menambah kehebohan dunia maya dan dunia nyata. Penyebabnya, karena tidak selaras nya antara ucapan dengan perbuatan. Mereka berdiskusi, berdebat, hanya mencari kata pembenaran. Bukan untuk mengungkapkan yang benar adalah benar.
Ironi nya, sesuatu yang mereka tidak tahu ilmunya, bukan bidang nya, mereka menjawab nya seakan - akan mereka ahlinya. Walhasil, karena berbicara tanpa ilmu hanya menghasilkan " kehebohan " bahkan "kedunguan".
Seorang ulama besar, Imam Madzhab, yaitu Imam Malik yang keilmuannya terkenal luas. Suatu hari kedatangan seorang utusan dari Negeri maroko, Negeri yang jauh dari kediaman Imam Malik. Utusan tersebut membawa 40 pertanyaan dari kaum Negeri nya untuk ditanyakan kepada Imam Malik. Namun sang Imam hanya bisa menjawab beberapa saja. Selebih nya, ia katakan " saya tidak tahu, sampaikan kepada kaum mu bahwa Imam Malik tidak mengetahui nya".
Bandingkan dengan pembicara - pembicara masa kini yang ada dilayar kaca mengisi acara diskusi atau debat. Seakan - akan, mereka orang yang tahu segalanya. Semua pertanyaan mereka jawab, semua argumen mereka tanggapi.
Hari ini, umat islam merayakan pergantian Tahun Baru Islam 1440 Hijriah. Sebuah momentum untuk mengenang peristiwa hijrah nya Rasululloh saw. Semua ulama memaknai hijrah bukan sekadar perpindahan tempat semata. Melainkan, sebuah usaha perpindahan diri dari perbuatan yang tidak baik menuju perbuatan yang di ridhoi Alloh swt.
Salah satu hijrah yang harus dilakukan oleh umat saat ini adalah hijrah dari ucapan kosong tanpa ilmu, beretorika semata, hanya mencari kata pembenaran, menuju keselarasan kata dengan tindakan dan fakta. Atau, "diam" jika tidak mengetahui ilmu nya.
Didalam keluarga hijrah meninggalkan "omdo" (omong doang/ no action talk only) sangat penting. Terutama untuk keluarga yang memiliki anak usia dini. Karena mereka belajar dari apa yang dilihat nya, orang tua adalah model bagi mereka. Ketidak selarasan ucapan dengan tindakan yang mereka lihat pada sang model merupakan ilmu bagi mereka, yang siap mereka praktikkan.
Adapun pejabat, adalah model bagi masyarakat nya terutama para generasi muda sebagai penurus bangsa. Kesalarasan ucapan dengan tindakan mereka akan melahirkan ketenangan ditengah - tengah masyarakat. Dan akan tegak nya kebenaran menyingkirkan kebatilan, karena pejabat nya berkata dan berbuat berdasarkan kebenaran.
Para pendidik, yang perbuatan nya di amati oleh mata peserta didiknya baik disekolah maupun diluar sekolah. Kekuatan pendidikan yang di berikan sangat dipengaruhi oleh besarnya keselarasan antara perkataan dan perbuatan sang pendidik. Dan, apapun dan siapapun kita, pada dasarnya setiap kita adalah pendidik. Oleh karena itu, mari kita hijrah meninggalkan "omdo".
"Wahai orang-orang yang beriman, kenapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Alloh bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan." (QS. As-Shaff: 2-3)
"Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, Padahal kamu membaca Al kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?" (QS. Al-Baqarah: 44)
Wallohu'alam.
Aa Fajar
Guru TK Islam PB Soedirman
Cijantung, Jakarta Timur
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H