Mereka menjawab, "Semula kami datang dan mengadukan hal-ihwal kami ke sini dengan harapan supaya Tuan cepat-cepat menyampaikan khutbah Jum'at itu, karena kami dan rekan-rekan kami butuh penyelesaian yang segera. Tetapi Tuan baru menyampaikan nya sekarang".
Imam Hasan al-Bashri tidak menjawab komplen mereka, beliau balik bertanya, "Tahukah kamu, mengapa aku menunda khutbah Jum'atku tentang itu?" Mereka menjawab, "Allohu A'lam."
Sang Imam kemudian menerangkan, "Aku menunda khutbahku tentang pembebasan budak, karena aku belum mempunyai uang untuk membeli budak. Setelah Alloh Ta'ala mengaruniai aku uang, kemudian aku membeli budak, kemudian kubebaskan dia sesuai dengan tema pembicaraanku dalam khutbah Jum'at itu, barulah aku memerintah orang lain untuk membebaskan budak.''
Imam Hasan melanjutkan, ''Kaum muslimin akan menyambut seruan Alloh Rabbul alamin, bila mereka melihat bicara dan perbuatanku sejalan!".
Begitulah sang Imam memberikan keteladanan kepada masyarakat. Beliau seorang ulama karismatik, memiliki pengaruh yang kuat, yang ucapan nya senantiasa di dengar. Jika beliau mau, cukup berkata saja semua orang akan menuruti nya. Tapi hal itu tidak dilakukan nya. Karena beliau tahu risiko berkata tanpa pernah melakukan nya.
Kita tahu semua anggota dewan, pejabat eksekutif ketika mencalonkan pasti berkampanye, menyampaikan visi dan misi, menyampaikan sikap terhadap korupsi. Sehingga masyarakat percaya dan memilih mereka. Begitu juga dengan orang tua yang berkata tentang kebaikan kepada anggota keluarga nya, dengan harapan mereka menjalankan apa yang didengarnya.
Satu hal yang perlu kita fahami, bahwa manusia selain memiliki telinga untuk mendengar, mereka juga memiliki dua mata. Kata - kata meski indah hanya melewati telinga lantas berlalu bersama udara. Adapun, yang dilihat mata dapat dengan mudah terekam kuat dipikiran dan menjalar ke anggota tubuh. Itulah sebab nya sang Imam mendahulukan perbuatan dari pada ucapan. Walhasil, seluruh jama'ah yang mendengar khutbah nya membebaskan budak yang dimilikinya. Mereka bergerak melakukan sebagaimana yang disampaikan sang Imam, karena melihat keselarasan ucapan dan tindakan sang Imam.
Begitu banyak kehebohan di Negeri ini. Acara - acara diskusi yang ada di layar kaca semakin menambah kehebohan dunia maya dan dunia nyata. Penyebabnya, karena tidak selaras nya antara ucapan dengan perbuatan. Mereka berdiskusi, berdebat, hanya mencari kata pembenaran. Bukan untuk mengungkapkan yang benar adalah benar.
Ironi nya, sesuatu yang mereka tidak tahu ilmunya, bukan bidang nya, mereka menjawab nya seakan - akan mereka ahlinya. Walhasil, karena berbicara tanpa ilmu hanya menghasilkan " kehebohan " bahkan "kedunguan".
Seorang ulama besar, Imam Madzhab, yaitu Imam Malik yang keilmuannya terkenal luas. Suatu hari kedatangan seorang utusan dari Negeri maroko, Negeri yang jauh dari kediaman Imam Malik. Utusan tersebut membawa 40 pertanyaan dari kaum Negeri nya untuk ditanyakan kepada Imam Malik. Namun sang Imam hanya bisa menjawab beberapa saja. Selebih nya, ia katakan " saya tidak tahu, sampaikan kepada kaum mu bahwa Imam Malik tidak mengetahui nya".
Bandingkan dengan pembicara - pembicara masa kini yang ada dilayar kaca mengisi acara diskusi atau debat. Seakan - akan, mereka orang yang tahu segalanya. Semua pertanyaan mereka jawab, semua argumen mereka tanggapi.