Segitunya!
Di waktu luang saya, saya membuka The Pattern untuk mendukung kebiasaan saya menulis jurnal harian berisi refleksi personal. Aplikasi ini saya gunakan untuk membantu saya membaca hal-hal yang sedang terjadi pada diri saya. Harus saya akui, The Pattern tak pernah meleset.
- Riliv
“Banyak orang curhat di media sosial. Berharap mendapat dukungan, namun membawa pulang makian. Bila bercerita lewat teks dan smartphone begitu mudah, mengapa tidak menciptakan teman curhat profesional yang siap membantumu tanpa menghakimi?”
Riliv adalah sebuah aplikasi buatan Indonesia yang berisi paket lengkap panduan meditasi, cerita tidur, dan konseling psikologi.
Di Riliv, setiap orang memiliki pelacak mood yang mirip kalender untuk mencatat perkembangan perasaan dan emosi harian. Berdasarkan pelacak mood itulah kemudian tema meditasi bisa ditentukan.
Bagi orang-orang dengan insomnia, Riliv menyediakan nuansa, cerita, dan musik yang membantu menjemput kantuk.
Konseling psikologi yang disediakan Riliv dapat sangat berguna untuk membantu orang-orang tertentu yang dilanda kecemasan. Pembatasan sosial membuat masyarakat mengalami ketidakpastian kapan dan bagaimana pandemi akan berakhir. Belum lagi ketakutan akan terinfeksi, kehilangan pekerjaan, kemudian krisis ekonomi, lalu penanganan yang tidak jelas atau tidak sesuai dengan situasi yang diharapkan. (Sumber)
Konseling psikologi yang disediakan Riliv tidaklah gratis. Harga satu kali konseling lebih tinggi jika dibandingkan dengan harga konseling melalui aplikasi Halodoc—dengan potongan diskon 50% di masa pandemi. Namun untuk sebuah paket, packaging Riliv sungguh menarik.
- Netflix
Saya adalah salah satu dari 8,8 juta pelanggan baru Netflix yang mendaftar di kuartal IV-2019. Daya tarik pertama Netflix bagi saya adalah serial "Messiah" yang kontroversial—yang sayangnya berhenti di season pertama. Kemudian saya berlanjut ke serial yang lebih panjang seperti "La Casa de Papel", "Mindhunter", "How to Get Away With Murder", serta serial pendek seperti "Unorthodox" dan "Caliphate".