Mohon tunggu...
Aura
Aura Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja lepas

Menulis supaya tidak bingung. IG/Threads: aurayleigh

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Serial Karantina Mandiri #1: Bagai Berada di Medan Perang

8 April 2020   12:28 Diperbarui: 10 April 2020   10:43 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto seseorang yang masih menggunakan sarung tangan karetnya untuk makan | Dokumentasi pribadi

Maumere

“Kamu nggak bisa pulang, lho.” Kalimat sambutan pertama dari Eka. Sial. Bukan “hai” atau “halo”, melainkan itu….

“Kenapa?”

“Kami sudah lockdown.” Ketika itu , pemahaman kami mengenai istilah tersebut masih sangat sempit. Saya membayangkan tidak akan ada penerbangan pulang dan saya akan tertahan di Maumere untuk waktu yang lama. Hari itu ternyata, sudah ada himbauan dari pemerintah  untuk menutup tempat-tempat umum dan meliburkan sekolah serta kantor. (Sumber)

Datang ke rumah tinggal di bilangan Lokaria-Nairoa, dengan berat hati saya menunda bersalam-salaman dan bercengkrama dengan orang lain. Tempat yang pertama dituju adalah kamar mandi.

Eka menyiapkan seember kecil air panas dengan batang-batang pohon ai laga (legundi dalam bahasa Indonesia, Vitex trifolia dalam bahasa Latin). Saya sudah beberapa kali mendengar tentang betapa enaknya mandi dengan air dari rebusan tanaman itu.

Hampir satu jam saya berada di dalam kamar mandi. Menggosok anggota tubuh dengan cermat sembari menikmati air hangat dan aroma terapi yang menenangkan. 

Hari kedua, saya mengisi formulir dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka untuk pendataan ODP (Orang dalam Pengawasan) karena saya baru datang dari wilayah positif covid-19. Formulir itu berisi informasi umum (nama, usia, kontak), detil riwayat perjalanan, serta gejala-gejala sakit (jika ada).

Di Maumere, saya beberapa kali berbincang dengan salah satu anggota Dinas Kesehatan. Saya mendapat informasi tentang kesulitan penanganan covid-19. Setelah baru saja lepas dari lonjakan penderita Tuberculosis, KLB Demam Berdarah Dengue, Kabupaten Sikka seakan tidak berhenti kedatangan “tamu”. Dinas Kesehatan hampir cukup kelimpungan.

Meski hari ini Provinsi NTT masih 0 pasien positif covid-19 (sebelum kedatangan KM Lambelu kemarin), tetapi problem yang dihadapi sama saja dengan daerah lain: Alat Pelindung Diri (APD) yang terbatas dan tes yang masih harus mengandalkan alat di luar pulau. Ketika itu, hanya terhitung dua maskapai penerbangan yang memenuhi standar pengangkutan sampel (satu di antaranya tidak mungkin mendarat di Maumere karena landasan tak memadai).

Beberapa hari saja di Maumere, saya sempat mampir di pasar tradisional dan beberapa restoran. Kecemasan itu terasa. Pusat perbelanjaan sepi, sebagian bahkan tutup. Sebisa mungkin, orang-orang menjaga jarak aman, menggunakan masker, dan sedia hand sanitizer di tempat-tempat umum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun